Saatnya tempat-tempat umum seperti hotel, mal, plaza dan perkantoran mewah memunyai tempat untuk membasuh kaki bila tempat wudhu tidak disediakan. Sebagaimana dialami oleh banyak muslim, kita semua kesulitan menyempurnakan wudhu ketika waktu salat tiba. Mayoritas tempat-tempat umum yang tersebut di atas tidak memunyai tempat wudhu yang memadai.
Apabila kita memaksa wudhu di toilet yang disediakan, siap-siap saja diomeli oleh petugas yang selalu berjaga-jaga di pintunya. Kita dianggap jorok bin kemproh karena toilet jadi basah. Bilapun tidak ada petugas di sana, maka dengan sangat terpaksa kaki pun bisa naik ke wastafel agar bisa terkena air demi sempurnanya wudhu.
Meskipun mayoritas muslim, Indonesia mengadopsi bentuk toilet barat yang maunya kering terus dan tak boleh ada air tergenang sedikit pun. Baik sih, tapi jadi susah ketika mau wudhu. Pemakaian air diminimalkan atau sebisa mungkin dihindari dan diganti dengan tisu. Nah, sampai di sini jelas butuh solusi karena wudhu tetap harus dilakukan dengan air dan bukan dengan tisu.
Saya ingat ketika menghadiri expo pendidikan di hotel bintang lima. Karena tidak tersedia tempat wudhu, saya pun mencari toilet. Ternyata di sana pun tidak ada kran air yang biasa untuk cebok apabila buang air. Walhasil wudhu pun harus dilakukan di wastafel yang biasa digunakan untuk cuci tangan dan muka. Bismillah, akhirnya kaki pun nongrong di sana untuk dibersihkan. Pastilah repot dan kena tegur apabila ketahuan oleh petugasnya. Tapi apa boleh buat, wudhu harus dilakukan sebagai syarat sahnya salat.
....Meskipun mayoritas muslim, Indonesia mengadopsi bentuk toilet barat yang maunya kering terus dan tak boleh ada air tergenang sedikit pun. Baik sih, tapi jadi susah ketika mau wudhu....
Di negeri barat, ada seorang teman muslim yang pernah kena tegur petugas kebersihan ketika kakinya dinaikkan ke wastafel saat wudhu. Alasan petugas sih karena kaki itu kotor jadi tak seharusnya dia naik derajat ke wastafel yang biasa untuk cuci muka dan tangan saja. Apa jawab teman saya itu?
“Kamu mencuci wajah berapa kali sehari? Kaki saya ini dicuci paling sedikit lima kali sehari sebelum kami salat. Jadi jangan beritahu kami yang mana bersih yang mana kotor karena kaki saya ini dibandingkan dengan wajah anda masih bersih kaki saya.”
Wuih...keren kan? Kita aja belum tentu berani ngomong begitu ke petugas kebersihan yang seringkali jutek ketika tahu kaki kita naik ke wastafel untuk wudhu. Nah, ternyata masalah yang kelihatannya sepele tapi penting ini sudah ada solusinya.
Universitas Regina di Kanada sudah menyediakan tempat untuk wudhu ini yang disebut foobaths atau footsinks. Bahkan para pemangku kebijakan di univeristas tersebut lebih peduli daripada mayoritas orang-orang berduit di tanah air yang mengaku muslim. Memang sih harga satu unit toilet plus instalasinya ini menghabiskan biaya sekitar $35.000 atau kurang lebih setara dengan 350 juta rupiah. Tapi Indonesia bisa kok bikin kw-nya, tentu dengan harga yang sangat murah daripada angka di atas. Bilapun tidak bisa, apa sih susahnya memberi fasilitas kran air untuk umat Islam agar mereka merasa nyaman ketika beribadah? Kembali lagi ini persoalan kemauan dan kesadaran, bukan melulu soal uang. (riafariana)