View Full Version
Ahad, 21 Dec 2014

Dibawah Jokowi, Indonesia Jadi Rebutan Asing dan Aseng

Oleh: Abdul Halim

Sahabat VOA-Islam....

Setelah memerintah selama 2 bulan, sekarang semakin jelas kemana arah politik dan kebijakan Presiden Jokowi.

Sebab tampilnya Jokowi yang begitu cepat meroket bak meteor dari seorang Walikota Solo kemudian menjadi Gubernur DKI dan sekarang menjadi Presiden RI, jelas tidak mungkin lepas dari pencitraan yang digerakkan kekuatan asing terutama AS melalui agen-agennya di Indonesia.

Namun jika seorang Presiden terpilih karena mendapat restu dan sokongan AS, itu menunjukkan sang Presiden lemah sehingga membutuhkan restu dari kekuatan asing, karena dia tidak percaya diri sebab tidak mampu memimpin dan tidak berkualitas.

Namun kalau dia memiliki integritas dan kepemimpinan seperti Soekarno-Hatta, maka restu-restuan dari pemerintahan asing tidak lagi diperlukan.      

Tampaknya tampilnya Jokowi menduduki kursi RI-1 sudah mendapat restu dari AS melalui kursi DKI-1 sebagai batu loncatannya. Terbukti awal 2012 lalu sebelum Jokowi maju untuk pencalonan Gubernur DKI, Dubes AS Scott A Marciel sempat berkunjung ke Solo dan bertemu Jokowi. Namun tidak diketahu apa isi pembicaraan diantara keduanya itu.

Sebab kemunculan Jokowi yang secara tiba-tiba dari seorang Walikota kota kecil yang hanya berpenduduk 500 ribu orang, kemudian berhasil menjadi Gubernur Ibukota dengan wilayah luas dan berpenduduk 10 juta orang lebih dengan segala problematikanya dan sekarang menjadi Presiden RI dengan wilayah sangat luas dan penduduk 250 juta orang, sungguh menimbulkan berbagai macam tanda tanya.

Mustahil kalau tidak disokong dengan dana besar dan kekuatan asing dibelakangnya dengan segala rekayasa dan politik pencitraannya melalui media massa yang menjadi senjata utamanya.

Namun selain mendapat sokongan asing terutama AS, untuk menuju kursi RI-1, ternyata Jokowi juga mendapat dukungan dari kelompok Cina Perantauan (Hoakiauw) yang memiliki kepentingan agar Ahok menduduki kursi DKI-1. Sekarang keduanya strategi politik itu telah berjalan lancar, dimana Jokowi berhasil menjadi RI-1 dan Ahok DKI-1.

Sekarang Jokowi yang masih memiliki darah keturunan Cina campur Jawa bersama Ahok yang memiliki darah keturunan Cina asli, keduanya memimpin negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia dan memimpin ibukota negara dengan penduduk lebih dari 10 juta orang yang mayoritas mutlak 88% muslim.

Memang sejak menjadi pengusaha mebel CV Roda Jati dan sebelum menjadi Walikota Solo, Jokowi sudah berada dibawah binaan dan pengawasan dari dua tokoh Cina asli Solo, yakni bos PT Sritex Lukminto (alm) dan bos PT Konimex, Djunaedi.

Sedangkan Wakil Walikota Solo di era Jokowi dan sekarang menjadi Walikota serta Ketua PDIP Solo, FX Hadi Rudyatmo, pernah menjadi karyawan PT Konimex. Jadi sangatlah wajar jika Jokowi merasa berhutang budi kepada para tokoh Cina yang turut berjasa besar membesarkan namanya sehingga sampai menduduki kursi Solo-1, DKI-1 hingga RI-1.

Rebutan

Sudah terbukti berbagai kebijakan Presiden Jokowi selama dua bulan ini sangat pro asing dan aseng. Rencana penjualan berbagai aset BUMN yang akan dilakukan Meneg BUMN Rini Sumarno, Blok Mahakam akan diberikan kembali kepada Total dan Inpex.

Penunjukan Dwi Sucipto yang dikenal antek asing sebagai Dirut Pertamina, penunjukan tokoh Cina Taher sebagai penasehat Panglima TNI, kunjungan luar negeri pertama Jokowi ke Cina dan Singapura, perpanjangan kembali Kontrak Karya (KK) PT Freeport Indonesia hingga tahun 2041; kesemuanya ini menunjukkan Jokowi sesunggunya telah menjual bahkan mengobral kekayaan negara yang dipimpinnya ke tangan asing dan asing.

Dengan demikian, maka dapat dipastikan akan terjadi benturan kepentingan antara kekuatan asing yang dimotori AS dan sekutunya dengan kekuatan konglomerat Cina yang saat ini menguasai 70 persen perekonomian nasional yang berafiliasi ke negara leluhurnya, Cina.

Meskipun mereka akan berbenturan dengan hebat, namun tujuan mereka sama yakni menjadikan kepemimpinan Presiden Jokowi selalu berada dibawah kendali dan bayang-bayangannya dan menjadikan Indonesia sebagai sapi perahan kekuatan asing dan aseng.

Namun yang dikhawatirkan adalah, jika nantinyakedua kekuatan raksasa Timur dan Barat itu bertempur habis-habisan untuk memperebutkan kue kekayaan yang bernama Indonesia, maka dikhawatirkan akan terjadi disintergarsi bangsa. Kekuatan asing dan aseng melalui antek-anteknya seperti media massa yang dapat dibelinya, pasti akan berusaha memperlemah umat Islam dan TNI.

Sebab jika kedua kekuatan umat Islam dan TNI sampai bersatu, maka gerombolan asing dan aseng yang merampok kekayaan alam dan menginfiltasi berbagai kebijakan Presiden Jokowi agar tetap pro asing dan asing, pasti akan berhasil disingkirkan.

Untuk itu sudah waktunya TNI dengan dukungan umat Islam bergerak cepat untuk menyelamatkan bangsa dan negara ini dari dominasi dan hegemoni asing dan aseng. [syahid/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version