View Full Version
Ahad, 21 Dec 2014

Ketika 'Cinta' Menyapa, Segala Seolah Menjadi Tiada

Ada satu kisah sejati yang beredar ketika zaman saya SMA dulu. Sepasang kekasih yang sangat ideal, harmonis, romantis, cocok dan menyandang gelar ‘couple of the year’ deh. Mendadak, mereka putus. Bukan karena ada pihak ketika alias perselingkuhan tapi mereka ternyata menemukan ‘cinta’ lain. Ya...cinta yang akhirnya membuat mereka berdua memutuskan untuk putus. Cinta yang mereka jalin ternyata berbalur nafsu dan maksiat sehingga tak pantas bila bernama cinta. Karena hakikatnya cinta itu, putih, murni dan sejati.

Pada kisah yang lain lagi, ada seorang aktivis yang sangat suka berorganisasi. Di luar kegiatan sekolah yang wajib, ia pasti rapat ini-itu dan super sibuk. Ketika ‘cinta’ itu menyapanya, ia pun lebih selektif. Bahkan di satu titik, dia mengorbankan kegemarannya karena harus mendahulukan cinta yang ia ketahui harus didahulukan. Ia pun beringsut, mengambil jarak untuk menata langkah agar jalan yang dipilihnya sesuai dengan kemauan yang dicinta.

Lalu ada kisah lain yaitu kecintaan yang besar terhadap ibu menjadi tersisih ketika ‘cinta’ yang lain itu mulai menyapa. Contoh nyata nama tokoh ini adalah Sa’ad bin Abi Waqqas. Ibunya marah dan mengancam tidak mau makan, minum dan berbicara pada anaknya karena ia telah mendahulukan ‘cinta’ yang lain daripada pada ibunya sendiri. Tapi tetap, meskipun ia tak hendak melepaskan ‘cinta’ yang begitu tinggi dan indah, Sa’ad tetap berbuat baik pada ibunya.

Di zaman ini, ada banyak contoh serupa kisah-kisah di atas. Cinta yang menyapa Cat Steven yang akhirnya menjadi Yusuf Islam dan Kristiane Backer yang mantan VJ MTV Eropa. Di dalam negeri era jadul (jaman dulu) ada Hari Mukti, Neno Warisman, Novia Kolopaking yang memilih berhijrah demi ‘cinta’ dan meninggalkan gemerlap dunia hiburan. Zaman kini ada Sakti mantan gitaris Sheila On7 dan yang terbaru adalah Reza, drummer grup band NOAH yang sedang berada di puncak popularitas.

Ya...ketika ‘cinta’ itu telah menyapa, hadirnya bisa mengalahkan segala. Semua yang awalnya begitu indah dan nikmat dijalani menjadi tak ada artinya. Cinta ini begitu susah untuk diabaikan karena efeknya tidak hanya sesaat tapi terus hingga nanti, di dunia keabadian. Setiap kisah di atas melewatkan cinta semua duniawi atas nama kekasih, popularitas, organisasi, orang tua, anak, uang, pekerjaan, apa saja demi menjemput ‘cinta’ yang lain.

...Ya...ketika ‘cinta’ itu telah menyapa, hadirnya bisa mengalahkan segala...

Di saat manusia lainnya mabuk oleh cinta semu duniawi, mereka ini sudah menjemput cinta ilahi. Mereka tersentuh cinta murni yang tidak semua diberi kesempatan merasakannya. Hanya orang-orang tertentu yang memenuhi panggilan dan sapaan cinta hakiki ini untuk kemudian mengikutinya hingga rela meninggalkan apa-apa yang disukainya. Cinta ini memberi kekuatan dahsyat untuk menggerakkan seseorang pada kondisi yang sangat berbeda.

Cinta pada Allah, inilah yang sedang dialami oleh tokoh-tokoh di atas. Cinta ilahi ini yang menginspirasi mereka untuk berani mengambil sikap dan keputusan meskipun sekilas terlihat ekstrim. Meninggalkan dunia gemerlap yang diimpikan oleh banyak anak muda di luar sana. Meninggalkan kekasih, orang tua, karier dan segala popularitas demi mengharap cinta dariNya saja. Tentu, ketika sapaan cintaNya disambut dengan sedemikan patuh, maka Allah Sang Mahacinta tentu tak akan menyia-nyikan apa yang telah mereka korbankan.

Allah akan memberikan sesuatu yang jauh lebih indah pastinya yang ada kalanya itu tak tertakar dengan uang. Yang bersangkutan sendirilah yang mampu merasakan getaran cinta itu sehingga dia enggan berpaling. Dia tak akan mau kembali ke kehidupannya yang jauh dari nur cinta Ilahi. Sehingga keputusannya untuk mundur adalah hal terbaik untuk dirinya, keluarganya, teman-temannya, dan semuanya. Wallahu alam. (riafariana)

Image: vustudents.ning.com


latestnews

View Full Version