View Full Version
Selasa, 20 Jan 2015

Dakwah, Jalan Hidup Pilihan Pecinta Nabi

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, kehadirannya menunjuki jalan yang mulia. Dengan Islam yang dibawa, manusia yang pandai akan berbondong-bondong memilih surga dan menjauhi neraka. Jalan hidupnya, yakni Islam. Dengan perjuangannya, Islam hadir ditengah-tengah kehidupan dunia. Sebab itulah, jalan yang termulia mengikuti perjuangan menegakkan syari’at Islam.

Jalan dakwah akan menjadi pilihan pecinta Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Jalan inilah yang menjadikan Islam tersebar seantero dunia. Dengan sebab ini, Islam sampai ke negeri kita nan jauh dari negeri asalnya. Dengan dakwah, kita yang terpaut jauh dari pembawa pertamanya, bisa merasakan nikmatnya keimanan.

Da’wah, secara etimologi adalah undangan atau seruan. Secara syar’i, adalah seruan kepada oranglain agar melakukan kemakrufan dan mencegah dari kemungkaran, atau juga bisa didefinisikan dengan usaha untuk mengubah keadaan yang rusak, dan tidak Islami, menjadi baik sesuai dengan Islam. (Hafidz Abdurrahman, Diskursus Islam Politik dan Spritual (Jawa Barat: Al Azhar Press), hlm.246)

Kedua pengertian itu di atas diambil dari nash hadist, sebagaimana yang dinyatakan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam:

Siapa saja diantara kalian yang melihat kemungkaran, hendaklah merubahnya dengan tangannya dan jika tidak mampu, hendaknya mengubahnya dengan lisannya, dan jika dia tidak mampu, hendaknya mengubahnya dengan hatinya. Sesungguhnya hal itu merupakan selemah-lemahnya iman.”(HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud, at Tirmidzi, an Nasa’i, Ibn Majah dari Abi Sa’id al-Khudri)

Karena itu, dakwah tidak hanya dicukupkan pada menyeru saja. Melainkan hingga mengubah keadaan yang tidak sesuai dengan Islam menjadi keadaan yang sesuai dengan yang syari’atkan Islam. Sedangkan perubahan tersebut ada yang bersifat ishlahiyyah (reformatif) dan inqilabiyyah (revolusioner). Perubahan inqilabiyyah adalah perubahan yang dimulai dari asas, yaitu perubahan aqidah. Sedangkan perubahanishlahiyyah adalah perubahan yang dimulai dari kulit, tidak sampai menyentuh asasnya.

Batasan “keadaan rusak”, yang tidak Islami mempunyai konotasi, bahwa kerusakan tersebut karena tidak sesuai dengan Islam. Artinya, yang menentukan keadaan tersebut baik atau rusak adalah Islam, yaitu dengan dijadikannya Islam sebagai standar setiap langkah pilihan hidupnya. Ini merupakan seluruh aspek, baik sosial, pemerintahan, ekonomi, pendidikan, dan sebagianya.

Namun, kenyataannya da’wah bukanlah jalan yang mudah. Jelaslah, jalan da’wah para Nabi dan Rasul menggambarkan pada kita bahwa da’wah adalah sebuah jalan perjuangan yang tak semudah dibayangkan. Rintangan hidup, bahkan ujian hingga kematian menjadi tantangan adalah sejarah dalam sebuah perjalanan da’wah.

Tentu kita tidak akan lupa, perjalanan pasukan perang yang dipimpin oleh Zaid bin Haritsah saat hendak menaklukkan wilayah Wadzil Qura’. Perjalanannya tercantum dalam sejarah hidupnya. Ibnu Ishaq mampu mengkisahkannya. Pada saat itu, bulan Rajab tahun 6 hijriyah, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam yang telah menyiapakan pasukan yang dipimpin oleh Zaid bin Haritsah untuk diberangkatkan ke Wadzil Qura’. Disanalah pasukan Zaid dipertemukan dengan Bani Fazarah. Banyak diantara mereka (pasukan Zaid) terbunuh, sehingga tampak sedih dan kondisi lemas menghampiri Zaid.

Lalu, apa yang terjadi pada Zaid? Sesampainya di Madinah mereka menghadap Rasul dang siap memberikan kabar, bahwa mereka kali ini belum mendapat kemenangan mengalahkan Bani Farizah. Ya.. kala itu. Saat keberangkatan pertama ternyata Allah belum memberikan kemenangan pada Panglima Zaid.

Pada bulan Ramadhan, Rasulullah mengirimkannya dengan pasukannya ke bani Fazarah. Kemudian ia memerangi mereka di Wadzhil Qura’. Ia berhasil menahan Ummu Qurafah Fatimah bintu Rabi’ah bin Badar dan kedua putrinya. Ummu Qurafah adalah wanita tua yang disegani dan dihormati. Kemudian Zaid membunuhnya sebab wanita tua itu telah lancang mencaci dan menghina Rasululloh Shallallahu 'Alaihi Wasallam.

Banyaknya peristiwa yang dijalani Rasulullah telah rapih dikisahkan oleh Ibnu Ishaq. Peristiwa tersebut memberi banyak pelajaran pada umat Rasulullah. Halangan da’wah yang dirasakan Nabi bukan lantas menjadi jalan henti untuk umatnya. Justru, jalan itulah yang akan menunjuki pada kita, bahwa da’wah itu bukan perkara yang mudah. Bahwa jalan da’wah bukanlah perkara yang sepele. Hingga akhirnya, keberhasilan Rasululloh menjadikan Madinah kota pertama yang menerapkan syari’at Islam. Hingga akhirnya, Madinah menjadi titik tolak daerah-daerah dimuka bumi itu merasakan perjalanan mulia menerapkan Islam.

Setelah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam memasuki Madinah al-Munawwaroh, dan beliau sudah bertekad bulat untuk mendirikan Negara Islam di sana, maka beliau harus menciptakan keamanan dan stabilitas di dalam Madinah, agar beliau sendiri dan orang-orang yang ada disekitar beliau mencurahkan tenaga, pikiran, waktu untuk membangun Negara Islam, dan agar mereka tidak disibukkan atau dihambat oleh gangguan-gangguan internal yang menjadikan mereka lupa akan tugas membangun Negara Islam, yaitu negara yang akan menjadi pelindung berbagai perselisihan dan pertengkaran antara Suku Aus dan Khazraj.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallamdengan pandangan politiknya yang cemerlang dan pengaturannya yang baik terhadap berbagai persoalan mampu merajut persatuan kelompok yang ada, sehingga menjadikan mereka sangat loyal dengan kepemimpinanya. (Rawwas Qol’ahji, Sirah Nabawiyah Sisi Politis Perjuangan Rsululloh saw., 2010 ( Bogor: Al Azhar Press), hlm.158.)

Keberhasilan Madinah menjadi kota Islam pertama bukan titik henti contoh perjalanan da’wah. Madinah menjadi tonggak da’wah Islam tetap harus ada. Menyeru umat dimuka bumi untuk menjadikan Islam sebagai mabda’. Mengingat, merefleksikan perjuangan Rasul dan para Sahabat sebelum dan setelah Madinah berhasil tertakhlukkan menjadi perkara pasti. Menjadikan setiap gerak da’wah para umat mulia sebuah pacuan untuk da’wah umat muslim saat ini.

. . . Berdarah-darah, itu kejadian yang ada meski tidak semuanya. Dan jalan dakwah akan menjadi jalan hidup bagi umat yang memilih untuk menjadi bagian darinya. . .

Sejarah telah menjadikan kisah indah untuk umat muslim. Berdarah-darah, itu kejadian yang ada meski tidak semuanya. Dan jalan dakwah akan menjadi jalan hidup bagi umat yang memilih untuk menjadi bagian darinya. Memilih surga yang hendak didapatnya. Memilih ridha Allah hingga mengikuti jalan yang dilakukan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam.Hingga Khilafah ‘alaa minhaji nubuwwahkehidupan umat muslim akan mulia hingga saatnya Allah menetapkan pada suatu masa semuanya akan dibangkitkan. Wallahu ‘alam bisshawab.[PurWD/voa-islam.com]

  • Penulis: Rizka Kusuma R(Divisi intelektual BEM J Sejarah dan kebudayaan Islam UIN Sunan Kalijaga), Jogjakarta, 17 Januari 2015.

latestnews

View Full Version