View Full Version
Senin, 30 Mar 2015

Hidup Abadi Dengan Menulis

Oleh: Irfan Saeful Wathon

(Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP Unpas & Pengurus DKM Ulul Abshor Unpas)

Sahabat Smart Teen yang Shalih dan Shalihah...

Nabi Musa a.s. diberikan mu’jizat berupa kemampuan untuk membelah laut, Nabi Isa a.s. diberikan mu’jizat untuk mengembalikan penglihatan mata seseorang yang buta, Nabi Sulaiman a.s. diberikan mu’jizat agar dapat berbicara dengan hewan. Namun Nabi Muhammad SAW sebagai penutup para Nabi dan Rosul Allah yang ajarannya masih hidup sampai saat ini, mendapatkan mu’jizat Al-Quran, sebuah tulisan sebagai penyempurna ajaran Nabi-nabi terdahulu. Apa keistimewaan dari sebuah tulisan?

Menulis merupakan salah satu cara bagi seorang Muslim untuk berdakwah dan menegakkan risalah kalimatillah. Di samping itu, kegiatan jihad bil qalam ini mempunyai keistimewaan khusus yang tidak bisa didapatkan dalam jalur dakwah lainnya, yaitu sebuah keabadian.

Untuk hidup abadi, seseorang tidak perlu menggunakan obat-obatan ataupun kekuatan magis, yang diperlukan adalah kekuatan dari tulisan yang dapat mengabadikan karya dan pemikiran dari penulis. Seperti layaknya Sayyid Quthb yang telah lama tutup usia, orang masih sangat mengenal namanya dan bahkan mengkaji ilmu dari apa yang ia pelajari semasa hidupnya. Itu semua karena ia mengabadikan hasil pembelajaran, pemikiran, serta apa yang telah ia perjuangkan semasa hidupnya untuk melewati sebuah karya tulis sebagaimana hadits berikut.

Sesungguhnya kebaikan yang akan mengiringi seorang mukmin setelah meninggal adalah ilmu yang ia ajarkan dan sebarkan..” [HR. Ibnu Majah No. 238].

Selain itu, menulis juga bisa menjadi sebuah pahala yang mengalir sepeninggalan hidup kita di dunia ini.

Barang siapa yang mengajarkan suatu ilmu, maka ia akan mendapatkan pahala orang yang mengamalkannya, tanpa mengurangi pahala orang yang mengamalkannya sedikitpun.” [HR. Ibnu Majah No. 236].

Hal yang sama juga berlaku pada Muhammad Husain Haekal yang menulis sejarah perjuangan hidup Nabi Muhammad SAW, ia telah lama tiada, namun karya tulis serta pemikirannya dari ajaran sang Nabi tetaplah hidup. Allah Azza wa Jalla, pencipta langit dan bumi, tuhan dari seluruh alam semesta ini, telah memilih jalur tulisan untuk menuntun hamba-Nya menuju sebuah kebenaran hakiki, yang mana tulisan tersebut tidak akan berubah sampai akhir zaman kehidupan ini, yaitu Al-Quranul Karim.

Namun sampai saat ini, menulis pun dianggap sebagai sebuah hal yang tabu. Heran terkadang, banyak orang yang memiliki setumpuk catatan harian tetapi menganggap dirinya tidak bisa menulis. Baik catatan sekolah, catatan harian atau coretan apapun sesungguhnya itu merupakan tumpukan karya tulis yang mungkin sangat berharga dan luar biasa manfaatnya. Pada dasarnya, semua orang bisa menulis. Karena menulis merupakan aktifitas yang rutin kita jalani setiap hari, tetapi sekali lagi tak jarang orang yang tidak menyadarinya.

Sedikit melek terhadap lingkungan kita, kita akan merasa tergelitik ketika menyaksikan keadaan sosial masyarakat kita. Tidak miriskah kita jika di tengah-tengah kehidupan kita masih banyak masyarakat yang hidup dalam kelaparan? Mereka mengemis, mereka meminta-minta, sampai melakukan hal-hal jahat karena desakan ekonomi, mereka tidak dapat sekolah, mereka tidak dapat berobat, mereka mati kelaparan,  bahkan tak jarang dari mereka yang akhirnya terpaksa mengakhiri hidupnya dengan sengaja. Tidakkah terdorong hati kita untuk memaksakan tangan ini menggoreskan tinta pena pada lembaran kertas guna mempersoalkan apa sesungguhnya yang tengah terjadi di sekeliling kita itu?

Namun, apakah cukup ditulis pada lembaran kertas kosong saja? Ternyata tidak. Ibarat air, apabila air itu hanya dibiarkan tergenang begitu saja di suatu tempat tertentu, ia tidak mungkin dapat memberikan manfaat kepada masyarakat banyak. Tetapi apabila air itu dialirkan, orang yang melewati air itu dapat mengetahui keberadaannya dan merasakan manfaat dari air tersebut sesuai dengan kebutuhannya.

Begitupun dengan tulisan. Tulisan merupakan rangkaian kata-kata dari sebuah ide besar yang berasal dari otak untuk mempengaruhi orang lain. Ketika sudah menjelma menjadi sebuah hasil karya tulis, hasil karya itu akan dapat mempengaruhi dan menginspirasi orang banyak ketika disebarkan luaskan kepada khalayak, berbeda dengan hanya disimpan saja di komputer atau memori kita.

Karena itu, menulis adalah salah satu jalan dakwah yang sangat dianjurkan bagi kita para pejuang kebenaran untuk menegakkan risalah yang telah diwariskan oleh para Nabi terdahulu. Dengan tulisanlah kita dapat membuka peluang besar akan berhasilnya upaya dari perjuangan dakwah kita yang nantinya akan selalu hidup meskipun kita telah tutup usia.

Malu bertanya, sesat di jalan. Malas menulis, bikin otak nggak jalan. Menulis adalah mengasah otak dan mengembangkan imajinasi. Mari menulis sekarang juga! [syahid/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version