View Full Version
Jum'at, 29 May 2015

Kisah Mualaf Freja, Muslimah dari Swedia

Namaku Freja dan aku baru masuk Islam, alhamdulillah. Keluargaku tidak paham apa itu Islam karena memang Islam tidak begitu dikenal di Swedia. Sebagai orang Swedia, kami memandang Islam dengan sudut pandang yang berbeda.

Keluargaku menganggap bahwa perempuan dengan hijab/niqab dan muslim yang tidak makan daging babi itu tidak cocok dengan masyarakat kami. Ibuku bahkan mengatakan bahwa kita tak bisa hidup dengan aturan Islam yang dibuat lebih dari 1000 tahun yang lalu. Ibu juga menghinaku dan marah ketika tahu bahwa aku sudah masuk Islam. Sedih rasanya diperlakukan ibu sedemikian rupa. Ibu  ingin aku keluar dari Islam. Ibu juga mengatakan bahwa keislamanku membuatnya takut.

Ketika duduk di bangku SMP, aku bilang pada ibu bahwa aku ingin membaca buku berbahasa Arab. Reaksi beliau seperti ini, “Kamu benar-benar niat ya bersikap tolol seperti ini?”

Ibu menekankan padaku bahwa hidup itu bukan hanya buku dan buku. Masih banyak hal yang harus kupelajari dalam hidup ini. Tapi itu semua terhalang karena sekarang aku sudah menjadi muslim. Oh...ibu, aku tahu apa makna hidup.

Ibu pantang menyerah untuk mencekokiku makna hidup versinya sampai aku mau mengikuti kemauannya untuk meninggalkan Islam. Aku memang masuk Islam di usia yang sangat muda, 14 tahun. Banyak yang bilang bahwa tindakanku ini gila. Seharusnya aku menunggu hingga menemukan ‘pilihan yang benar’. Tapi aku merasa bahwa Islam adalah pilihan hidupku yang benar.

...Aku yakin Islam adalah kebenaran. Islam adalah jalan hidupku, dan aku sangat yakin pada Allah. Aku akan mempertahankan agamaku ini dan tak akan pernah meninggalkannya...

Aku yakin Islam adalah kebenaran. Islam adalah jalan hidupku, dan aku sangat yakin pada Allah. Aku akan mempertahankan agamaku ini dan tak akan pernah meninggalkannya. Ini adalah pilihanku sendiri, tanpa paksaan. Ibuku seharusnya menghargainya dan ikut bahagia karenanya. Sayangnya, ibu malah kecewa dan menganggapku telah melakukan hal yang memalukan bagi keluarga.

Aku berusaha untuk mengajak ibu bicara tentang keputusanku masuk Islam. Tetapi ibu terlalu keras kepala. Ibu tak mau mendengarkan alasan-alasanku. Apapun yang kukatakan selalu saja dijawab dengan kata-kata kasar. Astaghfirullah.

Aku pun tak bisa melakukan hal-hal yang seharusnya dilakukan oleh seorang muslim. Aku ingin memakai hijab dan aku tidak ingin makan daging babi. Aku ingin merasakan kedamaian tapi sebaliknya seolah semua orang menentangku dan bersikap jahat terhadapku. Aku tahu bahwa aku masih harus terus belajar tentang Islam. Tapi aku juga tahu bahwa memang inilah yang kumau dalam hidup. Tak ada yang bisa mengubah apa yang kurasakan tentang Islam.

Kumohon, doakan aku. Sebarkan curhatku ini agar makin banyak orang yang mendoakanku. Saat ini aku tidak lagi merasa lemah. Allah membuatku kuat dan alhamdulillah, Allah telah menjadikan aku seorang muslim. (revertmuslimah/riafariana/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version