JAKARTA (voa-islam.com) - Beberapa hari belakangan ini di dunia maya para pegiat aktivis JIL membuat tagline #Ayomondok. Kegiatan tersebut bukan murni mengajak para netizen untuk belajar Islam di pondok pesantren seperti yang dipahami orang selama ini. Namun ajakan orang JIL #Ayomondok kepada netizen agar belajar agama sesuai dengan pemahaman dan ideologi mereka.
Jaringan Islam Liberal (JIL) ingin membangun citra di masyarakat bahwa pemikiran dan aktivitas mereka adalah pemikiran dan aktivitas golongan santri dari alumni pesantren.
Pesan liberal mereka bagian dari proses pembelajaran kaum santri yang memperoleh pencerahaan setelah mereka belajar agama di Eropa dan Amerika.
Maka pihak yang tidak suka akan pendapat mereka akan diposisikan sebagai pihak yang anti kepada Pesantren dan melecehkan keilmuan santri.
Oleh karena itu program #Ayomondok JIL merupakan program kamuflase aktivis JIL untuk membenturkan pengkritiknya Indonesia Tanpa JIL (ITJ) dengan para santri yang tidak mengerti jika mereka hanya dijadikan bemper oleh JIL.
Para pegiat ITJ sendiri banyak yang berasal dari kaum santri dan elemen masyarakat dari berbagai profesi. Dari mulai pelajar sampai dengan artis banyak yang ikut terlibat dalam kampanye ITJ di seluruh Indonesia.
JIL ingin memancing di air keruh, keritikan dan aktivitas kampanye ITJ meresahkan dan menghambat kaderisasi aktivis JIL. Masyarakat sudah mulai cerdas dan tidak ingin terpancing gaya promosi JIL yang menjual nama santri dan pesantren sebagai identitas mereka.
Karena di Pesantren tidak mungkin mengajarkan jika Al Quran adalah dongeng seperti pemahan JIL kebanyakan. Ciuman kepada non mahram adalah sedekah seperti yang diyakini aktivis JIL Syukron Amin @syukronamin.
Seharusnya pesantren bersih dari propaganda aktivis JIL yang mengaku santri. Aktivis JIL melalui aktivisnya di golongan muda NU berperan aktif memanaskan hubungan NU dengan wahabi yang dituduh jelmaan kader PKS dan salafi.
Wahabi dianggap gerakan berbahaya dan musuh para santri dan Pesantren karena mebid’ah kan ajaran Islam Pesanten. Karena kader Wahabi dan PKS hanya belajar agama dari emperan masjid dengan ustad timur tengah yang mengajarkan islam radikal.
Aktivis dakwah Islam Indonesia dan aktivis ITJ dari awal sudah memperingatkan bahaya gerakan ideologi JIL yang disponsori oleh Australia dan Barat.
Semoga masyarakat Indonesia tidak terpancing oleh isu murahan yang mengatasnamakan pesantren, kita dukung program #Ayomondok jika mondok yang dimaksud adalah gerakan belajar agama di Pesantren.
Mondok yang dimaksud belajar Alquran dan kitab kuning seperti yang diajarkan para kiyai dan ulama panutan umat. [sharia/ijja/rojul]