View Full Version
Rabu, 08 Jul 2015

Kenapa Kaum LGBT Memilih Pelangi Sebagai Simbol Mereka?

Baru-baru ini publik dikejutkan dengan disahkannya UU pernikahan sejenis oleh pengadilan Amerika Serikat dan disambut oleh kaum sodom era modern dengan berbagai aksi. Tak pelak, keputusan ini sontak menjadi parameter kaum LGBT di belahan dunia lain agar eksistensi mereka dilegalkan juga.

Namun yang menjadi perhatian, orang-orang baru menyadari bahwa pelangi adalah simbol kaum LGBT. Kenapa mereka memilih pelangi menjadi simbol eksistensi LGBT?

Ternyata, simbol ini sudah digunakan sejak tahun 1970an. Diciptakan di California, AS dan dirancang oleh  Gilbert Baker asal San Fransisco pada tahun 1978.  Awalnya bendera tersebut didesain dengan delapan buah warna, yaitu: merah yang menggambarkan hidup, orange yang menggambarkan penyembuhan, kuning dari sinar matahari, hijau menggambarkan alam, biru melambangkan harmoni, ungu sebagai spirit, pink melambangkan sexuality dan turqois menggambarkan art/magic. Namun karena sulit mendapatkan kain dengan warna pink, warna tersebut dihilangkan. Dan pada tahun 2008, warna turqois juga dihilangkan.

Gilbert Baker sengaja merancang bendera LGBT dengan warna pelangi karena terinspirasi lagu Judy Garland yang juga dikenal sebagai ikon gay. Lagu tersebut berjudul Over the Rainbow. Kaum LGBT memaknai pelangi sebagai rasa kebanggaan mereka terhadap keberagaman gay dan lesbian di seluruh dunia.

Yang patut diwaspadai, kaum LGBT tidak hanya menggunakan pelangi sebagai simbol legitimasi mereka. Ada setidaknya sembilan lambang lain diantaranya: Labrys, Lamda, Purple hand, segitiga pink, pride neclake of freedom rings dan lainnya.

Kamu yang lahir di tahun 1990-an, pasti pernah menonton kartun Teletubis. Nah, ternyata kartun ini pun sarat dengan simbol eksistensi kaum LGBT. Bisa dilihat dari warna yang dipilh dan lambang d iatas kepala teletubis. Dan hingga kini, masih misteri apa jenis kelamin dari Tingki-Wingky (ungu), Dipsy (hijau), La Laa (kuning) dan Po (merah). Karena antara tingkah laku dan fisik  para teletubis tersebut bertentangan.

Lazimnya sebuah lambang, warna pun apabila sudah diklaim oleh satu golongan, secara otomatis segala hal yang mengandung warna-warna tersebut akan dianggap bagian dari golongan itu. Contohnya di tahun 2014, seorang pendeta ortodoks asal Rusia, Alexander Shumsky, menyebut pertandingan sepakbola terakbar di Brasil banyak menonjolkan simbol-simbol kaum gay karena warna sepatu dan gaya rambut pemainnya. Dia mengatakan, mayoritas sepatu pemainnya menggunakan warna pink dan biru yang merupakan warna-warna “milik” kaum gay.

Sayang sekali, warna pelangi yang identik dengan keindahan alam harus ternodai  menjadi lambang orang “sakit”. Sebaiknya simpanlah barang-barang anda yang mengandung unsur pelangi. Karena bisa jadi ketika anda membawanya ke ruang publik, anda dianggap sebagai pendukung LGBT. Naudzubillahi min dzalik. Wallahualam bissowab. (filla/dbs/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version