View Full Version
Senin, 13 Jul 2015

20 Tahun Pembantaian Srebrenica, Luka yang Menggelorakan Iman

Bulan Juli tepatnya tanggal 11 diperingati sebagai peringatan 20 tahun pembantaian di Srebrenica, Bosnia-Herzegovina. Pembantaian ini dilakukan oleh militer Serbia terhadap warga Bosnia yang mayoritas muslim dan laki-laki dewasa maupun anak-anak. Mengapa hanya laki-laki baik dewasa dan anak-anak yang dibantai? Karena ternyata perempuannya yang mayoritas muslimah itu diperkosa dulu sebelum kemudian juga ada yang dibantai setelahnya. Naudzubillah min zalik.

Hanya dalam waktu beberapa hari lebih dari 8000 jiwa melayang di tangan keji militer Serbia. Selain pembasmian etnis, tragedi ini juga merupakan puncak kebencian pihak Serbia terhadap generasi muslim Bosnia.

Sebagai remaja muslim yang smart, kamu kudu tahu tentang peristiwa genosida ini. Saya masih ingat isi kajian yang membahas peristiwa ini sekian tahun lalu dilengkapi dengan literatur yang menghasilkan kesimpulan bahwa Islam tidak akan dibiarkan  bangkit dengan mudah.

Setelah Yugoslavia sebagai ‘induk semangnya’ runtuh, negara-negara yang dulunya dipaksa tunduk dalam kekuasaannya pun melepaskan diri. Salah satunya adalah Bosnia-Herzegovina. Penduduk Bosnia mayoritas adalah muslim. Sekian tahun berada dalam kekuasaan negara komunis yang tidak memberi ruang pada agama, rakyat Bosnia berontak. Mereka mencari jati dirinya yang ternyata terhubung dengan Islam.

...Sekian tahun berada dalam kekuasaan negara komunis yang tidak memberi ruang pada agama, rakyat Bosnia berontak. Mereka mencari jati dirinya yang ternyata terhubung dengan Islam...

Islam menjadi satu hal yang baru dan disambut dengan semangat. Remaja dan pemuda yang dulunya hidup selayaknya orang kafir yaitu minum-minuman keras hingga mabuk, kini sudah mulai berubah dan mau salat. Perempuan yang dulu umbar aurat, sudah mulai belajar berhijab. Ya...Bosnia berubah seiring dengan kebebasan dirinya dari cengkeraman Yugoslavia.

Perubahan ini ternyata tidak dibiarkan oleh negara tetangga, Serbia yang beragama Kristen Ortodoks. Perselisihan meruncing antara Serbia yang Ortodoks dan Bosnia yang muslim. Puncaknya adalah pembantaian beberapa hari dengan hilangnya nyawa lebih dari 8000 jiwa rakyat Bosnia. Dunia diam menyaksikan pembantaian ini. Atas nama perbatasan dan semangat kebangsaan semu mereka beralasan tidak turut campur urusan negara lain. Umat Islam Bosnia ‘dipaksa’ untuk bertahan hidup dengan kekuatan sendiri dan iman.

Semangat keislaman pun semakin menguat setelah kejadian ini. Banyak perempuan yang makin sadar untuk berhijab dan berusaha menjadi muslimah yang kaffah. Begitu pun dengan laki-laki yang masih tersisa. Mereka menyadari bahwa hanya dengan Islam saja kemuliaan bisa tercapai. Pembantaian ini tidak menyurutkan langkah mereka untuk menunjukkan identitas dan jati diri kemuslimannya.

Inilah Islam dan umatnya. Ketika diperangi secara fisik, seruan jihad dengan surga sebagai balasan dari Allah membuat umat Islam tak takut mati. Meskipun dengan senjata dan kekuatan yang terbatas, Serbia tak mudah menaklukkan Bosnia. Dari sini terbukalah mata dunia bahwa ada kekuatan tak terlihat yang dimiliki oleh pasukan Islam. Kekuatan itu bernama iman. Keyakinan akan janji Allah karena sesungguhnya pilihan hanya ada dua: hidup mulia dengan Islam atau mati dalam kesyahidan.

Semoga kita bisa meneladani semangat yang terus bergelora dari rakyat Bosnia meskipun bisa jadi hampir semua anggota keluarga menjadi korban dalam pembantaian. Karena sesungguhnya musuh-musuh Islam tak akan pernah rela dengan umat Islam yang menjadikan Islam sebagai panutan hidupnya. Wallahu alam. (riafariana/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version