View Full Version
Kamis, 30 Jul 2015

Intoleransi dalam Kasus Tolikara, Asing Harus Dihilangkan dari Indonesia

BANDUNG (voa-islam.com) – Menyikapi kasus penyerangan terhadap umat Islam dan pembakaran Masjid di Distrik Karubaga, Kabupaten Tolikara, Papua, yang tengah melaksanakan shalat Idul Fitri 1436H oleh sekelompok massa hada Jumat pagi 17 Juli, sekitar pk 07.00 WIT, Badan Koordinasi Lembaga Dakwah Kampus (BKLDK) Bandung Raya (Baraya) menggelar Focus Group Discussion (FGD), pada Kamis (30/07).

FGD bertema “Solusi Mahasiswa atas Duka Tolikara di Papua” diselenggarakan di Pendopo Masjid Unpad Dipatiukur. Hadir sebagai narasumber utama Koordinator BKLDK Baraya Mashun Sofyan, dari FSLDK Billy Abadinur, dari HIMA Persis Ulil Albab, dan Ketua LDK DKM Unpad Riki Nasrullah.

Dalam paparannya Ketua LDK DKM Unpad Riki Nasrullah memandang kasus Tolikara ini dalam dua problem, yaitu problem utama dan problem turunan.

“Problem turunannya ada intoleransi, ini dibuktikan dengan keluarnya surat pelarangan Shalat Idul Fitri dan penggunaan jilbab,” katanya.

Sedangkan problem utamanya sendiri menurut Riki adalah banyak berkeliaraannya Missionaris Asing dan lokal serta minimnya umat Islam dalam menjaga kemuliaan umat Islam.

“Solusi untuk problem utama ini adalah mengilangkan intervensi asing di Indonesia dan mengembalikan kemuliaan umat Islam,” tegasnya.

Beberapa peserta FGD ini juga menyoroti media arus utama (sekuler -red.) yang membiaskan peristiwa dan bertindak diskriminasi, dengan mengaburkan dan membingungkan masyarakat, seperti menyebut Masjid bukan dibakar tetapi terbakar, atau menyebut Musola bukan masjid.

Acara yang dimulai pada pukul 16.00 WIB ini berakhir sebelum adzan magrib berkumandang. [syahid/voa-islam.com]  


latestnews

View Full Version