View Full Version
Jum'at, 28 Aug 2015

Dalam Sakit, Ada Nikmat untuk Tetap Bersyukur Pada-Nya

Untuk menjadi sakit, ada kalanya tak butuh sebab. Kehendak Allah semata mau memberi kita nikmat sakit itu kapan dan dimana. Begitu juga ketika tiba-tiba kaki kiri saya berbunyi pelan, ‘klik’. Pelannya bunyi tak sebanding dengan efek yang dihasilkannya. Saat itu juga daya topang kaki kiri langsung berkurang drastis. Qadarullah, piring yang sedang saya pegang tidak jatuh saat itu. Suara ‘klik’ yang saya duga berasal dari salah satu sendi di dekat ibu jari kaki kiri, menjalar ke belakang arah pergelangan kaki. Sakit? Ya...sangat.

Saat itu juga kaki saya langsung kehilangan daya angkatnya. Kaki kanan berjalan menyeret kaki kiri yang rasanya sangat sakit untuk digerakkan. Dengan terpincang-pincang, saya tetap menyelesaikan amanah-amanah hari itu.

Saya berusaha berpikir positif terhadap kejadian ‘kecil’ ini. Berusaha lebih memahami kehendak Allah dengan ‘Kun Fayakun’Nya. Hampir semua teman dan saudara mengira bahwa saya habis jatuh sehingga keseleo. Atau paling tidak sedang turun atau naik tangga yang memang membutuhkan energi dan tumpuan ekstra. Tapi nyatanya tidak. Saya tidak habis jatuh ataupun naik dan turun tangga. Saya benar-benar sedang  berjalan biasa dan pelan, tidak terburu-buru.

Saya berusaha tidak mengeluh dengan rasa sakit yang menyerupai keseleo itu. Setelah diolesi krim pereda nyeri sendi, saya pun tetap beraktivitas biasa meskipun tetap dengan menahan sakit yang lumayan juga rasanya. Saya berusaha mensyukuri rasa sakit ini karena dengan begitu saya jadi makin menghargai nikmat sehat. Meskipun sesekali mulut mengaduh tapi tetap berusaha mengingat betapa kaki ini lebih banyak waktu sehatnya daripada sakitnya. Jadi di dalam mengaduh itu tetap ada rasa syukur dengan ujian sakit yang sedang mendera.

Saya pun berusaha introspeksi. Mungkin ada dosa dalam diri yang tak kan terhapus kecuali dengan sabar dalam sakit yang diberiNya. Mungkin selama ini kurang mensyukuri nikmat kaki yang sehat sehingga bisa aktif bergerak kemana-mana. Bisa jadi juga si kaki butuh istirahat karena telah diforsir untuk melakukan ini-itu tanpa cukup istirahat. Tapi faktanya, dengan kondisi kaki seperti ini pun, susah juga mengistirahatkan diri dan si kaki pun ikut diseret kemana pun pemiliknya melangkah. Duh...kasihan juga si kaki.

...Saya pun berusaha introspeksi. Mungkin ada dosa dalam diri yang tak kan terhapus kecuali dengan sabar dalam sakit yang diberiNya. Mungkin selama ini kurang mensyukuri nikmat kaki yang sehat sehingga bisa aktif bergerak kemana-mana...

Imbas yang paling terasa atas kaki yang sedang diuji ini adalah posisi salat. Salat sunah diskip dulu. Jangankan sunah, untuk yang wajib saja si kaki harus menahan rasa sakit berlipat terutama ketika posisi duduk antara dua sujud, tasyahud awal dan akhir. Belum lagi ketika harus bangkit dari posisi sujud untuk berdiri rakaat berikutnya.

Dari sinilah saya menginsyafi bahwa si kaki tidak sendiri. Dia memunyai teman dalam suka dan duka. Ada kedua tangan yang berusaha menopang tubuh yang tidak kecil ukurannya. Ada kaki kanan yang siap untuk bekerja ekstra mengambil beban si kaki kiri. Ada kepala yang ikut merasakan nyut-nyutan rasa nyeri. Bahkan ada paha dan perut yang otomatis ikut sakit, menegang ototnya karena ikut menahan beban dari posisi sujud ke berdiri atau sebaliknya, berdiri ke sujud. Masya Allah...kerja sama yang indah, kompak dan harmonis.

Sakitnya datang dalam hitungan detik, sembuhnya butuh waktu ribuan kali lipat dari itu. Seminggu sudah berlalu, rasa sakit telah berkurang. Tapi nyeri di pergelangan kaki kiri dan kadang menjalar ke seluruh tapak kaki kiri tetap bertahan. Sudah tak pincang lagi meskipun sakitnya tetap ada. Tak mengapa, ini sebagai pengingat diri agar tak kufur nikmat. Toh, nikmat sehat selama ini lebih banyak daripada sakit yang masih dalam hitungan hari ini, bukan?

Lalu, nikmat Tuhan yang manakah yang hendak kita dustakan? Tetap semangat ya untuk kalian yang mungkin memunyai rasa sakit meskipun dalam versi yang berbeda. Bahkan di dalam kesakitan, ada nikmat yang tak terdefinisikan ketika kita dalam kondisi sehat. Dan ingat, bila kita bersabar maka insya Allah rasa sakit ini menjadi penggugur dosa loh. Wallahu alam. (riafariana/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version