View Full Version
Kamis, 03 Sep 2015

Rihlah Cordoba: Menjadi Saksi Masjid yang Diubah Menjadi Gereja

Oleh: Rahma Rahimah Thaib

Bismillahirahmanirahim KORDOBA (Qurtubiyah), Andalusia spanyol.

Setelah berputar-putar selama 1 jam dengan bis turis mengelilingi kota Kordoba, kami masuk istana Kordoba. Bangunan ini dulunya adalah masjid yang sekarang berubah menjadi katedral. Tempat inilah centre of attraction for tourism di Kordoba.

Alhamdulillah banyak restoran muslim di sekitarnya. Itu karena banyak juga muslim yang mengunjungi Kordoba. Ada restoran Pakistan, Arab dan Maroko.

Di halamannya ada bangunan yang masih terjaga bentuknya. Bangunan ini dikelilingi taman yg indah dan kolam air mancur, masih seperti dulu. Airnya murni sehingga bisa langsung diminum.

Pagi itu kami belum bisa masuk ke istana karena ada misa di dalamnya. Istana baru dibuka jam 3 sore. Setelah membeli karcis, kami mengantri seperti turis-turis yang lain. Ada satu ukhti berhijab yang kami temui.

"Assalamualaikum ukhti. Kaifa halik? Min aina enti?” sapa saya

“Ana min maghribiyah,” jawab beliau. Magribiyah adalah Maroko. Bukan hanya ukhti ini yg muslim di antara turis-turis lainnya tapi kami juga bertemu dengan 3 orang akhi dari Turki. Tiga laki-laki muslim ini bertanya pad suami saya di mana mereka bisa shalat.     

Setelahnya, kami masuk ke dalam dan harus bayar 8 euro per orang. Kami pun mengantri dan ketika sampai giliran masuk, petugas keamanan wanti-wanti memberitahu kami sebagai turis muslim:

"Sir, you can enter but you are stictly prohibited and not allowed to pray" (Pak, anda boleh masuk ke dalam tapi bagi muslim dilarang shalat dan berdoa di dalam).

...Tak ada lagi sisa-sisa kejayaan dan kegemilangan islam di Kordoba. Itu semua tinggal kenangan...

SubhanaAllah, suami mulai merasa sedih dengan kenyataan ini. Saat masuk ke dalam pun ada rasa sebah di dada. Rasanya suram, gelap, tak ada Nur atau cahaya, dan tidak ada keberkahan seperti perasaan masuk masjid. Cahayanya pun sangat redup cenderung gelap. Tak ada lagi sisa-sisa kejayaan dan kegemilangan islam di Kordoba. Itu semua tinggal kenangan.

Bangunan yang dulunya adalah masjid ini, kini dihiasi dengan dekorasi gereja. Altar-altar yang megah dihiasi dengan patung-patung dan juga kursi-kursi yng berjejer di pelataran utamanya.  Ada juga hisan patung-patung emas yang megah di pinggirnya dijaga dengan terali besi.

Bangunan ini mengingatkan saya pada dekorasi masjid Al Aqsa. Terlihat di sudut pojok ujung bangunan ini ada gerbang dan pintu yang masih bertuliskan hiasan arab dan Al Quran. Sambil mengambil gambar terlihat ukhti dari Maroko yang saya temui tadi, mulai berkaca-kaca melihat pintu-pintu masjid yang masih utuh bertuliskan kaligrafi arab dengan tingkat seni sangat tinggi dan ditulis dengan tinta emas.

...Bangunan yang dulunya masjid ini saat ini semua orang bisa masuk dengan memakai sepatu dan pakaian seadanya. Laa hawlaa wa laa quwata illa billah...

Sekarang saya tahu bagaimana rasanya perjuangan saudara-saudara kita di Palestina untuk mempertahankan masjid Al Aqsa dari tangan zionis israel. Saat ini, itulah yang saya rasakan. Bangunan yang dulunya masjid ini saat ini semua orang bisa masuk dengan memakai sepatu dan pakaian seadanya. Laa hawlaa wa laa quwata illa billah.

Hal yang lucu adalah ketika ada banner besar bertuliskan bahwa yang mengikuti misa harus berpakaian sopan dan tertutup bagi wanita. Tapi anehnya setelah jam 3 sore dan bangunan dibuka untuk turis, pakaian you can see dan umbar aurat ada di mana-mana. Miris. Double standard!

Di sisi lain hati, saya bahagia karena di Inggris banyak gereja yang berubah menjadi masjid karena ditinggalkan pengikutnya. Alhamdulillah. WITH OR WIHTOUH US ISLAM WILL PREVAIL AND NEVER DIE!

Semoga cahaya Islam kembali bersinar lagi di penjuru bumi. Aamiin, Allahu akbar! (riafariana/voa-islam.com)

 


latestnews

View Full Version