Kamis, 14 Januari 2014 bom mengguncang Jakarta. Seharian itu situasi mencekam dan cukup tegang serta panik meskipun tak lama. Selain segera ditangani aparat, situasi juga cepat kembali normal. Bahkan di media sosial banyak bertebaran foto-foto yang menunjukkan bahwa masyarakat sudah kembali beraktivitas seperti semula. Pedagang sate tetap asyik mengipasi satenya hanya beberapa meter dari tempat kejadian. Begitu juga dengan penjual krupuk dan minuman ringan.
Bom Jakarta terjadi hanya selang dua hari dari bom yang terjadi di Ankara, Turki. Senyap pemberitaan dunia tentangnya, disusul kemudian bom Jakarta. Hebohkah? Ya...sebatas netizen dan media nasional saja.
Bagaimana dengan media luar negeri atau taruhlah sosial media semacam Facebook dan twitter? Ternyata yang meramaikan juga tetap netizen Indonesia saja. Beberapa menggunakan bahasa Inggris mungkin maksudnya berusaha untuk menarik perhatian dunia. Berhasilkah? Bila ukurannya adalah seheboh kasus bom di Paris, Perancis maka sangat jauh panggang daripada api.
...Lalu dimana orang-orang Indonesia yang sok peduli bom Paris dan memasang PP bendera Perancis di akun medsos masing-masing?...
Beberapa netizen menyindir orang-orang yang tempo hari latah memasang PP (profile picture) bendera Perancis sebagai ungkapan ikut berduka. Kali ini, seharusnya bendera Turki dan Indonesia meramaikan PP mereka. Tapi nyatanya, jangankan ganti PP sebagai ungkapan berduka, yang ada malah nyinyir sana-sini dan memilih untuk lempar becandaan berkaitan dengan peristiwa bom tersebut.
Bagaimana pun, peran media massa memegang peranan penting dalam opini tragedi baik di Paris, Turki, Indonesia, bahkan Gaza yang setiap hari dibom habis-habisan tapi dunia adem-ayem saja. Mark Zuckenberg yang ikut heboh ketika terjadi bom Paris, tak bersikap sama terhadap tragedi bom Ankara dan Jakarta. Tak ada ajakan untuk bersimpati kemudian memasang bendera Turki ataupun Indonesia sebagai wujud peduli.
Lalu dimana orang-orang Indonesia yang sok peduli bom Paris dan memasang PP bendera Perancis di akun medsos masing-masing? Oh ya, mereka kan cuma pembebek yang ikut-ikutan saja. Jadi tak usah berharap mereka memunyai kepedulian yang sama. Ikut nyinyir sih jalan terus.
Tak usahlah kita ikut-ikutan mereka. Peduli dan simpati bisa kita berikan lewat untaian doa. Tak harus juga lebay ganti PP dengan bendera masing-masing negara yang berduka. Tak perlu juga pasang status atau ikut komentar yang semakin memperkeruh suasana. Saat ini kondisi sedang mencekam, bukan dalam makna fisik karena toh orang-orang Indonesia sudah bisa berhaha-hihi. Mencekam ini adalah ketika Islam dan umatnya menjadi makanan empuk bagi ‘mereka’ untuk semakin menangkapi aktivisnya. Mencekam ini adalah ketika kita semakin tak berdaya di tengah fitnah global terhadap Islam dan pejuangnya.
Marilah kita selipkan doa di tengah munajat panjang agar kondisi ini segera berlalu. Tetap tanamkan keyakinan bahwa secanggih apapun makar musuh Islam, makar Allah jauh lebih canggih dari segalanya. Berdoalah bagi kaum muslimin baik di Indonesia, Turki, Perancis, Palestina, Syam, di mana pun mereka berada. Semoga doa sederhana kita, yang jauh dari hingar-bingar medsos ataupun mata dunia, makbul adanya. Wallahu alam. (riafariana/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google