View Full Version
Rabu, 20 Jan 2016

Remaja Masa Kini Sudah Krisis Identitas?

Oleh: Anastasia (Alumni Pendidikan Bahasa Jerman UPI Bandung)

Sahabat Smart Teens yang Shalih dan Shalihah...

Remaja menurut psikologi, masa yang penuh guncangan dan badai, usia yang sangat membara dipenuhi luapan emosi dan masa-masanya mencari  identitas diri, benarkah demikian?

Tapi sayang warna dunia remaja tak seindah harmoni pelangi di atas awan, walaupun warna hidup dunia remaja saat ini beraragam, namun sayang kecendrungan remaja memiliki satu ke arah kebebasan. Bukan malah mengarahkan kepada contoh kebaikan, bagaimanakah tontonan saat ini?

Malah sebaliknya gempuran sinetron mempertontonkan gaya pacaran, kebebasan, freesexs, bahkan kebut-kebutan di jalanan hampir menduduki ratting fantastis di masyarakat. Pantas saja remaja sekarang sudah sulit “dikendalikan”, karena minimnya tujuan hidup yang dia idolakan, remaja teromban-ambing meniru idolanya belum tentu baik, yah inikah yang namanya remaja krisis indentitas. 

Sejalan dengan itu  jumlah kasus aborsi di Indonesia setiap tahun mencapai 2,3 juta, 30 persen di antaranya dilakukan oleh para remaja. "Kehamilan” yang tidak diinginkan (KTD) pada remaja menunjukkan kecenderungan meningkat antara 150.000 hingga 200.000 kasus setiap tahun," kata Luh Putu Ikha Widani dari Kita Sayang Remaja (Kisara) Bali di Denpasar.

Ia mengatakan, survei yang pernah dilakukan pada sembilan kota besar di Indonesia menunjukkan, KTD mencapai 37.000 kasus, 27 persen di antaranya terjadi dalam lingkungan pranikah dan 12,5 persen adalah pelajar.

 

Sulitkah Mendidik Remaja?

Ingin menghasilkan generasi yang mulia di tengah-tengah masyarakat memang membutuhkan kerja keras yang panjang, walaupun panjang tentu kita faham bahwa remaja adalah pemuda harapan, generasi penurus bangsa pewaris kehidupan dunia, sebagaiamana Allah memerinthakan kepada kita menjaganya, apabila saat ini remaja rusak bagaimana nasib bangsa kedepannya.

Apabila kita berbalik pada sejarah kaum Muslimin yang saat itu mampu mencetak ulama besar, hingga saat ini nama mereka masih terdengar dan menjadi acuan. Islam memandang apabila seorang manusia dikatakan dewasa ketika dia aqil(berakal) dan baligh(dewasa) bekenaan dengan perkembangan dari anak anak dan aqil baligh, Islam lebih menekankan pada tanggung jawab, yaitu tanggung jawab syariah, kesadaraan dia menjadi seorang mukalaf,  mukalaf berarti dia sadar posisi identitasnya manjadi seorang manusia di sisi Allah, menerima konsekuensi dan tanggung jawab.

Tentu proses ini dibutuhkan peran orangtua yang mengarahkan seorang ibu yang mendidikan mengarahkan kepada hakekat identitas yang sesungguhnya yaitu menjadi hamba Allah, bagaimana dengan remaja sekarang yang sudah terlanjur masuk area pergaulan bebas?

Seorang ibu harus bekerja keras, karena mendidik anak sejatinya pekerjaan yang terus menerus bukan perkara yang mudah, menyadarkan kepada kesadaraan dirinya terhadap pencipta-Nya, bahwa setiap aktivitas kehidupan ini akan dipertanggung jawabkan dihadapan Allah, namun selama negara saat ini masih menganut sistem sekularisme yang menjauhkan manusia dari aturan Tuhanya, manusia dibiarkan mencari hawa nafsunya, masyarakat tidak mempunyai imunitas untuk menangkal setiap serbuan budaya barat dan pemikirannya yang toh mereka memang sengaja menjualnya ke negeri-negeri kaum muslimin. [syahid/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version