View Full Version
Sabtu, 06 Feb 2016

Menulislah, Bangkitkan Peradaban dengan Pena!

Oleh: Anna Mujahidah Mumtazah

Menulis, sebuah aktivitas para ulama. Aktivitas mulia yang bernilai ibadah tatkala apa yang ditulis memberi manfaat bagi para pembacanya. Apalagi diamalkannya. Jika saja Ibnu Hajar Ats Qalani enggan menulis tentulah kita tak mampu menikmati kitab Fatul Baari. Jika saja Buya Hamka enggan menulis, bisa jadi kaum muslim tak dapat menikmati tafsir Al azhar. Tidak sedikit pula saudara kita yang memperoleh hidayah dari Allah melalui tulisan.

Menulis itu ibarat menambal umur. Betapa tidak, saat kita tiada, karya kita mampu dibaca orang lain maka saat itulah pahala mengalir. Menulis sekali, dibaca berkali-kali, pahala mengalir meski sudah mati. Jika apa yang ditulis sebuah kebenaran yang memberi manfaat serta niat ikhlas hanya karena Allah. Namun jika yang ditulis mengantarkan pada kemurkaan Allah, maka tiada nilainya di sisi Allah. Jadinya menulis sekali, ruginya berkali-kali meski sudah mati.

Sebuah kata inspiratif “Dengan membaca aku mengenal dunia, dengan menulis aku dikenal dunia”. Hidup di dunia hanyalah sementara, manusia tak mampu menjangkau masa lalu kecuali dengan membaca. Begitu juga dengan masa dimana nafas sudah tiada, maka tulisanlah penyambungnya. Rasulullah berpesan kepada kita diantara amalan yang pahalanya mengalir adalah sodaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak salih yang mendoakan orang tuanya.

Sebaik-baik warisan bukanlah harta, atau istri yang menarik hati lagi rupawan namun ilmu yang bermanfaat. Dengan menulis ilmu yang bermanfaat maka surgalah tempatnya. Insyaallah

Kebangkitan umat tidak lepas dari pemikirannya. Penjajahan kaum kafir masa kini bukan sekedar dengan senjata seperti halnya yang terjadi di Palestina, Syiria dan lainnya, namun penjajahan yang mereka lakukan adalah dengan pemikiran, opini umum yang dibangun di tengah masyarakat. Pemikiran ini tak lepas dari tulisan. Media Barat begitu gencar opinikan sepilis (sekulerisme, pluralisme dan liberalisme), maka sebagai seorang muslim yang peduli umat, upaya mengatasi penjajahan ini dengan pemikiran pula, diantaranya dengan tulisan.

Saat Barat gencar dengan pencitraan buruk kepada Islam, maka sudah saatnya kita melawan. Menyampaikan Islam tak hanya lisan namun juga tulisan. Zaman sekarang media tak hanya cetak, namun media online menjadi konsumsi publik dalam keseharian. Hampir sulit didapati para pemuda/i yang bebas gadget. Sosial media bak kebutuhan sehari-hari. Dengan gadget menjadi lahan pahala jika benar dalam menyikapinya.

Opinikan Islam, jika tidak musuh Islam yang bermain peran. Jangan biarkan sepilis meradang negeri semakin menjadi. Sudah saatnya kita peduli. Saat perjumpaan terkendala waktu dan tempat, maka tulisan akan menjadi wakil suara hati yang tepat. Semoga menjadi hamba Allah yang semakin taat. Menulislah, karena dengan menulis kita berharap kebangkitan umat akan diraih. Semoga istiqomah dan niat ikhlas karena Allah. Allahu A’lam. (riafariana/voa-islam.com)

 


latestnews

View Full Version