Voa-Islam- Berakhir dengan indah adalah sebuah harapan bagi setiap manusia. Begitu juga dengan kehidupan. Dari banyak waktu yang dijalani setiap manusia, akhir kehidupanlah yang menjadi penentu atas semua. Inilah rahasia kehidupan setiap manusia.
Rasulullah bersabda : Sesungguhnya amalan itu tergantung kepada niatnya. (HR Bukhari)
Akan tetapi kita tidak boleh lupa bahwa Rasulullah juga mengingatkan, “Sesungguhnya seorang hamba beramal dengan amalan yang dalam pandangan manusia sebagai sebuah amalan penduduk surga tetapi ia kemudian menjadi penduduk neraka, sebaliknya ada seseorang yang beramal dengan manusia memandangnya sebuah amalan penduduk neraka, kemudia ia menjadi penduduk surga, karena sesungguhnya amalan itu tergantung kepada penutupnya.” (HR Bukhari)
Ibnu Rajab Al Hambali dalam kitabnya Faidhul Qadir menjelaskan, “Allah mengisyaratkan bahwa amalan itu juga ditentukan oleh penutupnya. Jika ia mulai dan ditutup dengan baik maka amalan tersebut akan berbuah kebaikan dan ampunan dari Allah.“
Inilah yang disebut oleh ulama dengan Miskul Khitam. Apa itu Miskul Khitam? Akhir yang baik dan manis, kehidupan yang dijalani dengan aneka warna berakhir dengan manisnya iman. Dalam bahasa yang lebih populer adalah Khusnul Khotimah.
Akan tetapi berbeda dengan kisah seorang muadzin yang dituliskan oleh Imam Ibnu qoyyim Al jauziah dalam kitabnya Ad da’ wal dawa’.
Diceritakan bahwa di Mesir pernah ada seorang pria yang senantiasa ke masjid untuk mengumandangkan adzan dan iqomat sekaligus melaksanakan shalat. Dalam dirinya terdapat sinar ketaatan dan cahaya ibadah.
Pada suatu hari ia naik ke menara masjid untuk mengumandangkan adzan seperti biasanya. Di bawah menara tersebut terdapat rumah seorang Nasrani.
Entah mengapa ketika pria ini menengok ke dalam rumah tadi, tanpa sengaja ia melihat seorang gadis pemilik rumah. Dia terfitnah dengan kecantikanya. Ia pun turun menemuinya gadis tersebut dan meninggalkan adzan.
Sesampai di rumah tersebut, bertanyalah wanita nashrani itu, “Ada perlu apa? Apa yang kamu inginkan?
“Aku menginginkanmu.”
“Mengapa?”
“Karena kamu telah menawan akal pikiranku dan mengambil seluruh isi hatiku.”
“Aku tidak akan tertipu dengan rayuanmu.”
“Aku Ingin menikah denganmu.”
“Engkau muslim, sedangkan aku Nasrani, ayahku tidak akan menikahkanku denganmu,” sanggah wanita tadi.
“Kalau begitu aku akan pindah ke agama Nashrani.”
“Jika engkau melakukannya, maka aku akan menikah denganmu “ tegas wanita itu.
Maka si pria langsung memeluk aagama Nashrani demi menikahi gadis tersebut dan tingggal di rumahnya.
Masih pada hari yang sama, siang harinya pria tadi naik ke atap rumah untuk satu keperluan. Tiba tiba dia terjatuh dari atap rumah dan akhirnya meninggal. Ironisnya, dia belum sempat menggauli gadis tersebut padahal sudah mengorbankan agamanya.
Kisah ini bisa menjadi ibroh bagi setiap muslim, agar kita berhati-hati menjaga iman supaya tidak mudah terjebak oleh kemilaunya dunia, cantiknya wanita dan segala rayuan yang ada. Karena menjual agama demi kesenangan dunia adalah sebuah kerugian yang nyata dan penyesalan tiada tara.
Seorang muslim seharusnya menundukkan pandangan, tidak membiarkan mata menikmati hal yang diharamkan oleh Allah. Karena panah panah pandangan kita akan meracuni hati kita sendiri. [Protonema/voaislam]
Editor: RF