View Full Version
Ahad, 14 Feb 2016

Remaja dalam Kepungan Valentine's Day

Sahabat Smart Teens yang Shalih dan Shalihah...

Valentine’s day tinggal menghitung hari. Pusat-pusat perbelanjaan sudah mempersiapkannya jauh-jauh hari demi meraup keuntungan berlipat kala Valentine. Hal ini nampak dari coklat berbagai ukuran dengan kemasan cantik beserta berbagai pernak-pernik Valentine mulai mewarnai etalase.

Tak terkecuali pula hotel, restoran, kafe, outlet dan bahkan kantor-kantor juga dihiasi dengan nuansa Valentine. Entah itu berupa spanduk berisi slogan-slogan, pita-pita, balon dan pernak-pernik serba pink. Pun begitu juga yang dilakukan oleh para remaja pembebek sekuler-liberal. Mereka menjadi garda terdepan dalam perayaan Valentine’s day.

Mengkompori para remaja seusianya untuk mengadakan pesta perayaan Valentine, atau saling tukar kado sesama teman dalam rangka hari kasih sayang, atau bahkan yang lebih membahayakan yaitu mereka melakukan seks bebas sebagai perwujudan rasa cinta terhadap pasangan pada perayaan valentine tersebut. Haduh, jangan sampai para remaja terutama remaja muslim kebablasan seperti itu.

Gempuran Valentine’s Day juga datang dari media massa baik media cetak maupun elektronik. Segala hal mengenai berita dan iklan produk senantiasa dikaitkan dengan perayaan Hari Valentine. Gencarnya pemberitaan dan iklan produk di media tentu saja semakin membentuk opini pada diri remaja untuk ikut serta merayakan Hari Valentine. Setidaknya untuk mendapatkan stempel  gaul dan kekinian di kalangan remaja. Sedangkan yang tidak ikut merayakan siap-siap saja dibully dengan cap kuper bahkan bisa dikucilkan dari pergaulan.

Para Orang tua pun ikut-ikutan latah merayakan Valentine’s Day. Mereka malah mengijinkan putra-putrinya ikut dalam perayaan Hari Valentine hanya demi tidak mau disebut sebagai orang tua yang kolot.

Sebenarnya sudah banyak remaja yang tahu kalau merayakan hari Valentine itu dilarang dalam Islam dan  lebih banyak maksiat daripada manfaat.  Tapi ya itu tadi tetap saja banyak dari kalangan remaja yang merayakan Hari Valentine. Bisa jadi mereka sudah tahu tapi pura-pura tidak tahu karena takut dibilang kuper dan ditinggalkan gengnya. Atau memang ada remaja yang tidak peduli atau tidak mau tahu. Cuek bebek pokoknya mengikuti arus pergaulan yang lagi trend saja. Bahaya kuadrat kalau remaja seperti itu.

Bukan sesuatu yang mengherankan sebenarnya kenapa para remaja turut aktif merayakan Hari Valentine. Intinya ada pada aqidah Islam. Para remaja di Indonesia mayoritas masih memiliki aqidah yang lemah. Dengan aqidah yang lemah ini mereka sudah bisa dipastikan tidak memiliki prinsip hidup dan mudah sekali terombang-ambing dalam kemaksiatan dengan mengatasnamakan pergaulan, modern, dan kekinian.

Pengaruh lingkungan tempat tinggal dan sekolah yang serba permisif juga turut andil dalam penjerumusan para remaja dalam kubang hedonisme.  Pun begitu pula longgarnya pengawasan orang tua terhadap anaknya.

Terlepas dari banyaknya sejarah yang melatar belakangi  perayaan Hari Valentine, kalau kita menilik perayaan Hari Valentine sangat dekat dengan kemaksiatan dan aktivitas yang sia-sia. Semuanya melanggar hukum syara’ dan tidak memiliki manfaat sama sekali. Awalnya mungkin hanya sekedar memberikan coklat, kartu ucapan selamat, dan sekuntum mawar .Namun  aktivitas selanjutnya bagi pasangan yang sedang dimabuk asmara bisa jadi terjerumus melakukan hubungan seks bebas. Na’udzubillahi min zalik.

Padahal Allah Swt melarang keras umat-Nya untuk mendekati zina, apalagi sampai benar-benar berzina.  Allah Swt berfirman yang artinya: “Dan janganlah kalian mendekati zina, sesungguhnya zina ituperbuatan tercela dan jalan yang buruk.” (Al-Isra:32).

Andaikan kamu tahu wahai para remaja, saat ini   Valentine’s Day sejatinya sengaja dijajakan ke penjuru dunia sebagai bagian dari skenario liberalisasi (kebebasan). Hari Kasih Sayang sengaja dicekokkan ke benak umat Islam untuk
melenakan mereka dengan aktivitas yang melanggar syara’. Dengan aktivitas ini, sedikit demi sedikit umat Islam diarahkan untuk semakin menjauh dari aqidah Islam.

Oleh sebab itu, pesan untuk para remaja adalah janganlah menjadi remaja pembebek. Jadilah remaja yang memiliki prinsip tegas walaupun harus dibayar dengan stempel kuper. [syahid/voa-islam.com]

Penulis: Sri Indrianti

(Alumni Diploma III Akademi Manajemen Informatika BSI Tulungagung) 


latestnews

View Full Version