BANDUNG (voa-islam.com) - Selasa 16 Februari 2016 Badan Koordinasi Lembaga Dakwah Kampus Kota Bandung (BKLDK-Bandung) mengadakan kegiatan FGD (Focus Group Discussion). Acara yang mengangkat tema "Kampanye Melawan LGBT" tersebut menghadirkan puluhan pergerakan Pemuda dan Mahasiswa Bandung Raya.
Saiful Anwar selaku Korda BKLDK Kota Bandung membuka wacana diskusi dengan pemaparan bahwa LGBT (Lesbi, Gay, Biseksual, dan Transgender) bukan perkara yang baru di Indonesia, akan tetapi sekarang kampanyenya semakin masif.
LGBT adalah ancaman serius yang merusak tatanan sosial dalam kehidupan sosial masyarakat, terlebih lagi kampanye ini di dukung oleh beberapa organisasi level internasional termasuk PBB dan UNDP. LGBT sendiri dalam Pandangan Islam sebagai sesuatu yang diharamkan dan pelakunya dilaknat. Tidak hanya bertentangan dengan Islam. LGBT pun merusak kesehatan dan membahayakan generasi.
Senada dengan hal tersebut, Ipank yang merupakan pembicara kedua dan mewakili Aktivis Pemuda di Bandung menuturkan bahwa LGBT tidak berdiri sendiri akan tetapi terkait dengan sistem sosial. Target kaum LGBT adalah mendapat legalitas di negeri ini, mereka memanfaatkan isu diskriminatif terhadap mereka untuk meraih dukungan dan simpati dari masyarakat umum.
Kelompok ini juga didukung oleh LSM Internasional dengan pendanaan yang besar, artinya ada upaya sistemis dan global untuk menyerang umat Islam. maka perlu keterlibatan berbagai komponen masyarakat untuk bersama-sama melakukan perlawanan terhadap hal tersebut.
Lanjutnya, bahwa dengan dalih Kebebasan dan HAM yang merupakan derivat dari sekularisme inilah yang menjadi dasar filosofis gerak kaum LGBT. Jadi serangan terhadap ide tersebut pun harus dilakukan.
"Dan saat ini mereka telah menjadi gerakan yang sistematis dan terorganisir," papar Ipank.
Muhammad Ridwan dari perwakilan ITJ (Indonesia Tanpa JIL) Bandung turut memberikan tanggapan, bahwa kaum LGBT berlindung dibalik HAM sehingga membaut orang-orang yang menentang segala bentuk penyimpangan mereka dituduh sebagai pelanggar HAM.
"Justru yang menjadi pelanggar HAM adalah mereka sendiri," ungkapnya.
Kang Ridwan mengambil contoh korban dari kaum LGBT ini tidak jarang adalah anak-anak dan orang-orang lemah dari segi pendidikan dan ekonomi. Ingat kasus Emon di Tasik yang melakukan tindak asusila menyimpangnya itu ke lebih dari 90 anak.
Acara yang dipandu oleh Mashun Sofyan tersebut diramaikan dengan berbagai pandangan dan respon dari teman-teman aktivis mahasiswa dan pemuda Bandung Raya. Diantaranya perwakilan dari UPI, STKS, Unikom, ITB dan kampus-kampus di Bandung Lainnya. Termasuk juga perwakilan aktivis mahasiwa dari Cimahi, Zulkepli berujar bahwa penyimpangan tingkah laku seperti ini akan tumbuh subur dalam sistem demokrasi yang menjunjung tinggi kebebasan sebagai pilar penegaknya.
Semua sepakat untuk satu sikap dalam perlawanan dan penolakan terhadap LGBT termasuk dalih Kebebasan dan HAM yang dijadikan senjata oleh kaum LGBT. [msofyan/voa-islam.com]
Editor: Syahid