View Full Version
Selasa, 23 Feb 2016

Hentikan Bullying untuk Mencegah Teman jadi Banci dan Gay

Satu hari di salah satu kelas Sekolah Menengah Pertama (SMP). Seorang guru berusaha membagi murid dalam kelas tersebut berdasarkan gender atau jenis kelamin untuk memudahkan berdiskusi masalah tertentu.

“Sebelah kiri laki-laki, sebelah kanan perempuan.”

Secara otomatis mereka tahu dan sadar harus ke sebelah mana. Tiba-tiba beberapa anak perempuan memanggil nama seorang anak laki-laki dan mengatakan bahwa dia seharusnya bergabung dengan kelompok perempuan. Ya...mereka berolok-olok atau bahasa trend sekarang adalah bullying terhadap teman sekelasnya.

“Eits, gak boleh begitu. Dia kan jelas laki-laki, karena kalau perempuan dia pasti pakai rok dan hijab,” si ibu guru berusaha menengahi dan menyadarkan dengan bercanda.

Itu karena anak laki-laki tersebut dianggap oleh teman-temannya terlalu lembut untuk ukuran laki-laki. Dia memang sedikit gemulai dan lebih suka ngobrol dengan teman perempuan daripada laki-laki. Tapi tetap, itu bukan alasan bullying atau olok-olok jenis kelamin menjadi boleh. Bila hal ini terus dibiarkan bukan tidak mungkin si anak tersebut akan mengalami krisis identitas dan salah mengidentifikasi jenis kelaminnya sendiri.

Inilah kemudian yang bisa menjadi cikal-bakal keterusan menjadi banci atau laki-laki yang berperilaku seperti perempuan. Lebih parah lagi ketika dia kemudian menjadikan perempuan sebagai teman dan sesama laki-laki sebagai pihak untuk dicintai dalam arti seksual. Naudzubillah min dzalik.

Secara karakter, memang ada laki-laki yang berperilaku lebih lembut daripada umumnya jenis kelamin tersebut. Dia juga lebih telaten, lebih suka kebersihan, bahkan lebih cerewet dan perasa daripada perempuan. Tapi itu semua bukan alasan bagi teman sebaya untuk mengolok-olok dia sebagai banci atau gay. Bukan tidak mungkin karena olok-olok demikian, meskipun awalnya becanda bisa jadi kebablasan sehingga membuat dia terjerumus dalam nista. Kita tak ingin itu terjadi kan?

Jadi, stop bullying! Daripada mengolok-oloknya, kita bisa kok membantu laki-laki tipe ini agar tak keterusan menjadi sosok yang ‘melambai’. Bagi teman-teman sesama cowok, dukunglah temanmu yang lebih lembut ini agar menjadi laki-laki sewajarnya. Lembut memang boleh tapi ada dalam tataran hati dan perlakuan ke orang lain. Lembut yang bukan dalam bentuk perilaku kemayu dan terbawa terus sehari-hari.

Dan untuk teman perempuan, ingat bahwa laki-laki seperti ini meskipun mewakili banyak perangai perempuan tapi dia tetaplah non mahrom. Jadi ingatkan dia baik-baik agar berteman lebih ke sesama jenis kelaminnya sendiri daripada nongkrong dan ngobrol bareng dengan teman cewek. Bila lingkungan teman sepakat untuk stop bullying seperti ini,  maka insya Allah fenomena banci dan gay tidak akan berkembang. Maka, marilah kita bantu laki-laki ‘gemulai’ seperti ilustrasi di atas agar tetap ‘straight’ alias lurus dengan jenis kelamin yang telah dianugerahkan Allah padanya. Wallahu alam. (riafariana/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version