View Full Version
Jum'at, 11 Mar 2016

Meraih Cinta yang Agung dan Hakiki

Oleh: Fatihah Qurrota A’yun Dinillah

Sahabat VOA-Islam yang Dirahmati Allah SWT...

Keberadaan syariat islam tak lain hanyalah memberikan dan mendatangkan kemaslahatan (manfaat) serta mencegah kerusakan yang dapat menimbulkan segala hal yang tidak diinginkan. Mendatangkan kamaslahatan setidaknya seseorang bisa mengendalikan dirinya dari nafsunya supaya menahan  dan tidak membahayakan serta menyakiti selainnya.

Maka, sudah jelas bagi kita bahwa semakin banyak manfaat yang kita tanamkan, semakin bertambah pula kecintaan Allah kepada kita, tentunya hal yang bermanfaat itu memiliki unsur yang tidak menyebabkan Allah murka, bukan sebaliknya.

Menjadi manusia normal tentunya memiliki rasa mencintai dan ingin dicintai. Barangkali hadir dari sahabat, orang tua, kawan atau bahkan kekasih. Merupakan sebuah argument yang memberikan kenyamanan dan ketentraman satu sama lain apabila didapati keterkaitan hati yang sama, saling mengerti dan memahami satu sama lain, bahkan saling berkorban satu diantara mereka untuk mendapatkan harapan yang diiinginkan, baik secara lahiriyah maupun bathiniyah.

Ibnu Qayyim Al Jauziyyah menyebutkan di dalam kitabnya, Madarij As- Salikin, kunci utama dalam ibadah adalah mahabatullah. Apabila cinta telah tercurah sepenuhnya kepada Allah, maka seorang hamba tidak akan mau mencintai selain Allah

 

Menjadi sebuah keagungan dan kemuliaan ketika seorang hamba meraih mahabbah (kecintaan) dari sang Khaliq seluruh alam. Sebab, di dalamnya terdapat sebuah anugrah yang terbesar dan suatu kemuliaan yang tak tertandingi jika kita mendapatkan cintanya Allah di banding cinta manusia.

 

Cinta Allah Terhadap Hamba-Nya

Ibnu Qayyim Al Jauziyyah menyebutkan di dalam kitabnya, Madarij As- Salikin, kunci utama dalam ibadah adalah mahabatullah. Apabila cinta telah tercurah sepenuhnya kepada Allah, maka seorang hamba tidak akan mau mencintai selain Allah. Ketika cinta sudah mendarah daging dan hanya tercurah kepada Allah beserta hal yang dicintainya – seperti mencintai nabi, rasul, malaikat, dan para kekasih-Nya, maka cinta kita kepada mereka adalah untuk menyempurnakan cinta kita kepada Allah.

Tidak ada cinta lain selain kepada-Nya. Bukan seperti cintanya orang- orang yang mencinta kepada selain Allah. Jika cinta kepada Allah adalah hakikat ibadah, maka hal itu hanya akan bisa direalisasikan dengan mematuhi perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Sebab, perfektif sebuah amal berawal dari ruh rasa cinta yang murni, sehingga kebaikan dan iman akan tumbuh menjalar sesuai dengan yang lurus. Sedangkan orang yang tidak memiliki rasa cinta kepada Allah berarti ia beribadah secara tidak ikhlas.

Merupakan hakikat yang nyata bagi seorang hamba yang mencintai Rabbnya dan termasuk sifat ubudiyah seorang hamba terhadap Rabbnya dengan menjalankan segala apa yang diperintahkan dan menjauhi segala hal yang dilarang-Nya yang direalisasikan berdaraskan keimanan yang tinggi dan murni. Allah berfirman:

 وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ

“Dan orang- orang yang beriman sangat cinta kepada Allah” (QS. Al- Baqarah:165).

Ibnu Katsir di dalam tafsirnya  (1/317), menyebutkan bahwa karena kecintaan mereka kepada Allah dan kesempurnaan mengenai diri-Nya serta pengesaan mereka kepada- Nya, mereka tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, sebaliknya mereka hanya beribadah kepada-Nya semata, bertawakkal kepada-Nya, da kembali kapada-Nya dalam segala urusan mereka. Di dalam firman-Nya,

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (31)

“Katakanlah (wahai Muhammad): Jika kamu (benar- benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa- dosamu. Dan Allahlah Maha pengampun lagi Maha penyayang” (QS. Ali Imran: 31).

...bukti tanda cinta Allah terhadap hamba-Nya bukan hanya sekedar memberikan nikmat yang melimpah ruah, melainkan dengan memberikan ujian seberapa besar dan kuat ia akan menghadapinya dengan tulus ikhlas

Ibnu Katsir menyebutkan di dalam tafsirnya (2/36), kalian akan mendapatkan sesuatu yang lebih dari kecintaan kalian kepada-Nya, yaitu kecintaan-Nya kepada kalian, dan ini lebih besar daripada kecintaan kalian kepada-Nya. Imam Al- Hasan Al- bashri dan beberapa ulama’ salaf berkata:

“Ada suatu kaum yang mengaku mencintai Allah, lalu Allah menguji mereka melalui ayat ini, kemudia Dia melanjutka firma-Nya pada ayat yang sama, yang intinya adalah dengan mengikutinya kalian kepada Rasulullah, maka kalian akan memperoleh hal tersebut (pengampunan dosa) berkat kaberkahan perantara-Nya (Rasul-Nya)”.

Ini menjadi bukti yang nyata bahwa kita sering mengaku-ngaku mencinta Allah dan begitu memiliki harapan besar terhadap meraih cintanya Allah. Akan tetapi secara realita, banyak diantara kita lupa, bahkan lalai atau enggan untuk menerapkan apa yang disyariatkan-Nya dan apa yang menjadi sunnah Rasul.

Diantara sebab yang mendatangkan cinta Allah terhadap hambanya yaitu hendaknya seorang hamba selalu membaca KalamNya dengan sepenuh hati dan bermunajat, menyingkirkan segala hal yang membuat murkaNya dengan lebih mementingkan cinta-Nya disbanding cinta saat dikalahkan oleh bisikan nafsu, serta diiringi dengan selalu beristighfar kepada-Nya.

Sementara kadar cinta seorang hamba terhadap Rabbnya dapat dibuktikan dengan sikap hamba yang selalu Ridho dan bersyukur akan keputusan Allah yang diberikan dan senantiasa husnudzan akan segalanya pasti memiliki jalan pintas yang lebih baik. Sebab, bukti tanda cinta Allah terhadap hamba-Nya bukan hanya sekedar memberikan nikmat yang melimpah ruah, melainkan dengan memberikan ujian seberapa besar dan kuat ia akan menghadapinya dengan tulus ikhlas.

 

Buah Keistimewaan Cinta Allah

Diriwayatkan dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah bersabda,

ثلاث من كنّ فيه وجد بهنّ حلاوة الإيمان من كان اللهُ ورسوله أحبّ إليه ممّا سواهما أن يحبّ المرء لا يحبّه إلاّ لله و أن يكره أن يعود في الكفر بغد أن أنقذه الله منه كما يكره أن يقذف في النّار. ((رواه البخاري))

“Tiga perkara, barang siapa yang apabila tiga perkara ini ada padanya, maka dia akan mendapatkan manisnya iman, yaitu: hendaknya Allah dan Rasul- Nya lebih dia cintai daripada (cintanya kepada) selain keduanya, dia mencintai seseorang dan tidak mencintainya melainkan karena Allah, dan dia benci kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya dari kekufuran itu, sebagaimana dia benci dilemparkan ke dalam api neraka.” (HR. Bukhari).

Rasulullah juga bersabda,

إذا أحبّ الله عبداً نادى جبريل إنّي أحببتُ فلاناَ فأحبّه قال فينادي في السّماء ثمّ تنزل له المحبّة في أهل الأرض

“Jika Allah mencintai seorang hamba, maka Dia akan memanggil malaikat Jibril seraya berfirman, “ Aku mencintai si fulan ini, maka kasihilah dia.”  Kemudian Jibril berseru di langit dan menurunkan cinta kepada seluruh penduduk bumi.”(HR. Bukhari dan Muslim)

Allah juga banyak menyebutkan di dalam firman-Nya, diantaranya:

وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ     (146)

“…Allah mencintai orang- orang yang sabar” (QS. Ali Imran: 146)

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ (42(

“ … Sesungguhnya Allah mencintai orang- orang yang berbuat adil.” ( QS. Al- Maidah: 42)

Sebenarnya banyak cinta Allah yang tidak kita hiraukan setiap saat. Hal ini semoga menjadi hikmah bagi kita semua, hamba-Nya yang selalu melalaikan-Nya, diantaranya dDialah yang masih memberikan kita rasa Iman dan Taaqwa, memberikan rizki yang melimpah ruah, menempatkan kita bersama orang- orang yang kita kasihi, bahkan masih menyelamatkan kita dari orang- orang zalim.

Ikhwah sekalian, yakinlah bahwa Allah akan senantiasa memberikan cinta dan kasih kepada kita selagi kita masih konsisten untuk tidak menyekutukan-Nya dan menjalankan segala perintah- Nya serta senantiasa berusaha menghindari hal- hal yang mengundang murka-Nya

 

Sebenarnya tanpa kita sadari, Dia telah menberikan ruh hdan jasad yang sempurna kepada kita supaya kita senantiasa bersyukur. Dan bukan berarti Allah benci terhadap orang- orang yang cacat, memer juga diberi keistimewaan yang tentunya tidak dimiliki o;eh selainnya, melalui realita tersebut Allah mengujinya supaya selalu sabar dan syukur terhadap apa yang dihadapinya.

Ikhwah sekalian, yakinlah bahwa Allah akan senantiasa memberikan cinta dan kasih kepada kita selagi kita masih konsisten untuk tidak menyekutukan-Nya dan menjalankan segala perintah- Nya serta senantiasa berusaha menghindari hal- hal yang mengundang murka-Nya. Wallahu a’lam bish shawaab. [syahid/voa-islam.com]

 

Referensi:

-Tafsir Ibnu Katsir (terjemah), jilid I dan II, cet:3 Jakarta: Pustaka Imam Syafi’I, 2011

-Madarij As- Salikin (terjemah versi PDF), Ibnu Qayyim Al- Jauziyyah

-Menjadi Manusia Paling Dicintai, Dr. ‘Imad ‘Ali ‘Abdussami’ Husain, cet: I. Solo: Samudera, 2009

-Tamasya di Kota Cinta, Dr. Ihab Fuad, Solo: Insan Kamil: 2009

-Quantum Cinta, Dr. Majdi Al- Hilali, Solo: Insan Kamil, 2008

 

 


latestnews

View Full Version