Remaja yang sedang dalam pencarian jati diri (katanya sih) selalu minta dimengerti. Resehnya remaja, gelisahnya dia, galaunya, betenya, dan segudang masalah yang seolah hanya milik remaja sering menjadi alasan bagi penduduk fase in untuk dimengerti. Mereka ingin ortu atau siapa pun orang dewasa memahami apa yang sedang mereka lalui di saat krusial ini. Mereka ingin didengar, disayang, diberi perhatian dan dipahami.
Tapi tahukah para remaja, bahwa bukan hanya pihak mereka saja kok yang ingin dimengerti. Ortu, dalam hal ini adalah sosok yang seharusnya paling dekat dengan remaja juga berharap untuk dimengerti. Ortu ingin agar segala apa yang menjadi keinginan, harapan dan cita-cita mereka bisa dipenuhi oleh sang anak. Tidak boleh ada bantahan, pembangkangan, protes atau apapun itu namanya yang bikin ortu makin kalap.
Ortu susah-payah mencari nafkah, demi sang anak. Berkorban ini dan itu juga demi sang anak. Maka ortu merasa wajar bila mereka menaruh harapan tinggi pada sang anak tanpa bantahan. Seolah-olah semua yang direncanakan ortu akan berlaku dan baik pada diri si anak.
...Ortu ingin agar segala apa yang menjadi keinginan, harapan dan cita-cita mereka bisa dipenuhi oleh sang anak...
Nah, bila masing-masing pihak sama-sama egoisnya untuk melihat dari sudut pandang masing-masing, maka tidak akan pernah ada titik temunya. Jalan keluar dari masalah ini adalah komunikasi. Ayo antara anak dan ortu duduk bersama dan berbincang dengan kepala dingin dan hati yang penuh dengan cinta. Bila masing-masing ego bisa dipinggirkan sejenak, maka komunikasi akan terjalin dengan lancar dan tidak ada lagi pihak yang merasa diabaikan.
Di pihak ortu, apabila sudah merasa melakukan segalanya tapi tetap saja seolah menemui jalan buntu untuk memahami dan berkomunikasi dengan anak, cobalah untuk menepi. Diskusikanlah dengan ahlinya untuk mencari jalan keluar. Di atas semua itu, cobalah introspeksi diri dan mendekat pada ilahi. Allah-lah pembolak-balik hati manusia, termasuk anak-anak kita. Minta padaNya agar dilembutkan hati mereka supaya memahami apa yang dimaksud oleh sang ortu.
Jangan menyerah apalagi putus asa. Karena kalau ortu hanya mengandalkan kemampuan diri untuk ‘menjinakkan’ anaknya yang sedang tumbuh remaja, yakinlah itu semua akan sia-sia. Siapalah sosok ayah dan ibu yang sekadar dititipi amanah anak untuk sementara waktu? Ingatlah bahwa mereka yaitu para remaja itu adalah milik Allah. Maka pasrahkan segala doa dan upaya hanya padaNya.
Dan untuk kamu, wahai remaja. Tempatkan dirimu pada posisi ortu. Sesekali cobalah memahami apa yang menjadi keinginan, harapan dan cita-cita mereka. Bicarakan baik-baik bila sepertinya ada yang mengganjal dalam keserasian cita-cita bersama. Ayolah, kamu bisa kok. Tak ada masalah yang tak ada solusinya. Jadi tolong pahami dan mengerti posisi dan keinginan ortu saat ini. Yakin deh, itu semua untuk kebaikan kamu. Wallahu alam. (riafariana/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google