Oleh: Ucu Mujahidah
(Penerima Beastudi BES Dompet Dhuafa, Mahasiswi STEI SEBI)
“Sesungguhnya roda islam senantiasa berputar. Adakalanya ia diatas dan adakalanya ia dibawah, lalu ia akan berputar keatas kembali. Maka ikut berputarlah kamu, kemana saja roda islam itu berputar. Hingga Allah menentukan satu dari dua kebaikan : mati syahid atau kemanangan”
Saat kita mendengar kata peradaban, perubahan, dan kejayaan tentu pikiran kita akan langsung mengingat sosok-sosok luar biasa penuh semangat menggelora yang tak kenal lelah dan takut. Siapakah mereka? Ya benar, mereka adalah para pemuda. Dimana jika kita menengok sejarah pastilah disitu akan termaktub perjuangan-perjuangan heroik mereka, para pemuda yang mana menjadi tulang-inti kekuatan perjuangan. Hal ini sesuai dengan Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an yang menempatkan masa muda sebagai masa keemasan, masa kekuatan.
“Allah, Dia yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa” (QS.Ar-Ruum:54).
Dalam Surat Al-Buruj dikisahkan tentang Ashabul Ukhdud, sekelompok pemuda yang berontak melawan kekuasaan kuffar yang dzalim di tengah ketidak berdayaan masyarakat. Tertangkap bukan menjadi akhir dari perjuangan, justru disitulah puncaknya perlawanan. Ketika parit api membakar habis tubuh mereka, justru pemandangan inilah yang membakar kembali semangat keberanian dan perlawanan masyarakat yang sudah putus asa. Rakyat banyak ikut masuk kedalam parit api, meninggalkan sang raja yang tidak berarti kekuasaannya.
Begitupun dengan kisah para nabi semasa mudanya, kepintaran dan kepribadian kuat pemuda bernama Yusuf yang mampu mengatasi krisis ekonomi di kota mesir, keberanian pemuda bernama musa yang mampu menumbangkan raja congkak fir’aun, kejeniusan pemuda bernama ibrahim yang mampu membuat namrud diam malu akan kebodohannya menyembah berhala hingga lahirlah pemuda bernama Muhammad yang hidup pada masa kebodohan umat, kompleksitas problem sosial-ekonomi dan friksi politik antar kabilah yang sangat kuat.
Begitulah pemuda, orang yang mampu merubah zaman kedzaliman menjadi keadilan. Pemuda dimanapun tempatnya merekalah pasti yang akan berteriak paling lantang dan berani saat menemui ketidakadilan
Namun ia Muhammad melawan segala problematika umat pada masa itu bukan dengan senjata, kekuasaan atau harta, melainkan dengan akhlaqul karimah, akhlaq yang mulia. Ia seorang yang Ra’ufun Rahiim, sosok yang santun dan pengasih hingga mampu merubah permusuhan menjadi persaudaraan, kebodohan menjadi kepintaran, kekafiran menuju ke islamman. Firman Allah SWT:
“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mu’min”. (QS.At-Taubah: 128).
Begitulah pemuda, orang yang mampu merubah zaman kedzaliman menjadi keadilan. Pemuda dimanapun tempatnya merekalah pasti yang akan berteriak paling lantang dan berani saat menemui ketidakadilan. Di Hungaria, revolusi menuntut kemerdekaan, kebebasan dan pengusiran Uni Soviet dimotori oleh Dewan Mahasiswa Revolusioner. Melalui Manifesto, mereka berhasil menghimpun 100 ribu masa pada 23 Oktober 1958 di lapangan Petofi.
Mahasiswa Jerman, dalam sejarahnya di abad 19, memiliki tradisi sebagai ujung tombak politik dan sebagai elit nasional. Persatuan bangsa Jerman pun dipelopori oleh tiga generasi mahasiswa Jerman yang terhimpun dalam Burschenschaften. Begitupun aksi para pemuda yang terhimpun dalam barisan mahasiswa Mesir yang melakukan demonstrasi ke Istana Abidin yang dipimpin oleh Mustafa Mukmin –Pimpinan Mahasiswa Ikhwanul Muslimin- pada 11 Februari 1946, yang mana berhasil menjatuhkan pemerintaahn Perdana Menteri Naqraisy.
Dipenghujung abad ke-20, gerakan-gerakan pemuda khususnya pemuda Islam menjadi sayap kekuatan pergerakan islam (harakah islamiyah) juga berperan dalam menumbangkan rezim-rezim otoriter. Dengan mengusung bendera demokratisasi dan reformasi, mereka tampil sebagai kekuatan penekan yang diperhitungkan. Dengan ideologi dan fikrah islamnya, para pemuda islam banyak mempengaruhi dinamika perubahan sosial dan politik di negerinya. Ini juga yang terjadi di Indonesia pada akhir tahun 90-an.
Secara umum, proses kebangkitan negara atau islam sendiri sejak abad 20 Masehi dimotori oleh kaum muda muslim. Dalam kitabnya “Ummatuna Bainal-Qarnain” Yusuf Qardhawi menyebutkan bahwa diantara fenomena kebangkitan Islam adalah kembalinya para pemuda kepada ajaran islam dan mereka meramaikan kembali masjid-masjid, serta semaraknya kaum muda muslimah dalam mengenakan jilbab.
Disinilah titik poin kelemahan para pemudasaat ini. mereka lebih memilih meramaikan tempat-tempat hiburan, cafe-cafe, studio musik dan tempat lainnya selain masjid. Para pemudinya lebih memilih mempertontonkan aurat dibanding dengan menutupnya yang padahal hijab akan membuat mereka terjaga kehormatannya. Akhlaq yang semakin terkikis, keberanian yang menciut dan intelektualitas yang rendah membuat para pemuda muslim saat ini begitu terlena dan berleha serta tidak peka akan keadaan umat saat ini.
Tentu saja ini fenomena ini tidak boleh terjadi terus menerus atau kehancuran umat di depan mata. Akhirnya, kita sebagai seorang pemuda yang sadar akan tanggung jawab dan beban moral yang diberikan, kita harus bisa memperbaiki diri dan mengajak kembali para pemuda-pemudi muslim untuk berada dalam koridor yang benar sesuai syariah.
Kenapa pemuda menjadi ujung tombak kebangkitan? Kenapa pemuda menjadi ujung tombak kejaayaan? Jawabannya, karena didalam diri para pemuda terhimpun unsur-unsur penting yang dibutuhkan ummat, yaitu
1. Kekuatan dan kapasitas pemuda (Quwwatus-syabaab)
Perjuangan dan pergerakan ini membutuhkan kekuatan dan intelektualitas yang dimilik para pemuda. Para pemuda yang mampu terlibat dalam berbagai sektor perjuangan, sektor pembebasan dan kemerdekaan daari berbagai penindasan dan kedzaliman, sektor pemikiran dan opini yang di sekarang ini banyak di racuni oleh virus-virus pemikiran yang menyesatkan (ghazwul-fikri) dan perang budaya yangpun kini menjadi hal yang biasa dan wajar saat mengikuti budaya-budaya barat yang kurang dan tidak baik. Disinilah kekuatan pemuda harus dipancarkan, kekuatan tauhid, moral dan intelektualnya untuk mendorong perubahan di berbagai bidang.
2. Memberi tanpa berpihak (‘atho bilaa tahazzub)
Pandangan yang jauh kedepan membuat mereka akan bersikap objektif dan jauh dari hal-hal yang bersifat kepentingan sesaat. Sehingga perjuangan dan perubahan yang dimotori pelajar dan mahasiswa akan selalu terjaga idealisme, keaslian dan kejujurannya.
3. Kelompok yang selalu bergerak (Qaumun ‘amaliyyun)
Dengan wawasan dan kepeduliannya, mereka adalah kaum yang dinamis dan progresif. Perubahan membutuhkan proses yang panjang dan semangat para pemuda yang menggelora apalagi jika melihat ketidak adilan akan memacu diri mereka agar selalu bergerak dan berjuang menyuarakan kebenaran. Masyarakat dengan persoalannya yang kompleks seringkali tidak mampu berjuang dalam tempo yang lama. Sedangkan para pemuda yang komunitasnya selalu diperbaharui setiap tahun- adalah kekuatan yang mampu melakukan pergerkana dan perubahan secara continue.
4. Universal (‘alamiyyah)
Kesamaan status sosial sebagai pemuda (pelajar, mahasiswa), membuat mereka jauh dari fanatisme kedaerahan atau ras. Mereka bisa bertemu dna berhimpun bersama atas nama pemuda muslim, pemuda indonesia atau organisasi-organisasi lainnya.
Hal-hal itulah yang membuat pemuda dibebani tugas lebih secara moral, dan tentu saja itu semua akan tercapai jika para pemuda memikili akhlaq yang mulia, akhlaq yang baik dan senantiasa kembali kepada syariah islam. Jangan heran jika suatu saat keadilan akan kembali berjaya oleh pemuda-pemuda yang memiliki militansi yang tinggi, semangat juang yang menggelora dibarengi dengan aqidah dan akhlaq yang benar dan lurus.
Teriakan dalam hati kita masing-masing, jika ada 1000 pemuda yang berjuang untuk kebanaran pastikan salah satu diantaranya adalah aku, jika ada 100 pemuda yang berjuang untuk kebenaran maka pastikan salah satunya adalah aku dan jika tidak ada pemuda yang berjuang untuk kebenaran maka pastikan dan saksikan aku telah mati untuk membela kebenaran itu.
Wahai para pemuda, pastikan kita adalah salah satu pencetak solusi sejarah kejayaan peradaban, bukan malah menjadi masalah dalam sejarah peradaban. Semua pilihan ada ditangan kita. Bergerak atau tergantikan! [syahid/voa-islam.com]