View Full Version
Selasa, 24 May 2016

18 Tahun Reformasi Gagal, Selanjutnya Kemana Arah Perjuangan Mahasiswa?

Oleh : Ari Farouq (Ketua Gerakan Mahasiswa Pembebasan Surabaya)

Terhitung hampir dua dekade sudah Reformasi berjalan di Indonesia. Tepat 18 tahun perayaan sebuah perjuangan panjang yang dipelopori oleh mahasiswa yang berhasil menumbangkan rezim otoriter yang telah berkuasa 32 tahun. Reformasi tadinya menjadi sebuah harapan dengan model baru penerapan demokrasi yang lebih melibatkan peran rakyat dalam menentukan pejabat pemerintahan dari tingkat kota sampai tingkat Negara.

Namun, dapat kita lihat bahwa ide keterlibatan rakyat tersebut tidak diiringi dengan konsepsi kriteria calon yang seharusnya diusung rakyat serta perbaikan sistem yang akan dijalankan. Sehingga pertanyaan besarnya adalah, akankah reformasi membuka lembaran baru bagi kesejahteraan  indonesia ?

Dari berbagai aspek kita bisa melihat bahwa kondisi Indonesia saat ini tidak jauh berubah dengan kondisi sebelum reformasi, artinya tidak ada perubahan dan kemajuan yang signifikan yang terjadi. Karena dari awal memang Reformasi digulirkan hanya sebatas bagaimana bisa menumbangkan rezim Soeharto saja, Reformasi tidak memikiran siapa orang yang ideal yang menjadi pengganti Soeharto dan sistem apa yang paling ideal untuk bisa membawa indonesia menuju kesejahteraan yang hakiki.

Kondisi indonesia bisa dilihat dari berbagai aspek. Misal dari aspek politik, korupsi masih menjadi permasalahan yang sampai saat ini masih belum terselesaikan. Seperti halnya data dari Peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW) tahun 2015. sebanyak 550 kasus korupsi pada tahap penyidikan yang ditangani Aparat Penegak Hukum (APH) dengan total tersangka sebanyak 1.124. Adapun total potensi kerugian negara dari seluruh kasus tersebut sebesar Rp 3,1 Triliun dan nilai suap sebesar Rp 450,5 Miliar.

Dari ranah sosial, beberapa waktu belakangan ini kita di hebohkan dengan kasus pelecehan seksual. Diawali dengan kasus yang menimpa yuyun gadis 14 tahun yang diperkosa lalu dibunuh oleh 14 pemuda.  Setelah kasus itu mencuat ke publik, kasus-kasus yang serupa seakan tidak ada hentinya.

Dari Aspek Ekonomi, Korporasi asing masih mendominasi pengelolaan SDA (Sumber Daya Alam) di Indoenesia. Data menunjukkan Sedikitnya 95% kegiatan investasi mineral dikuasai dua perusahaan AS yaitu PT Freeport Mc Moran, dan PT Newmont Corporation. Sebanyak 85% ekplotasi minyak dan gas dikuasasi oleh asing, 48% migas dikuasai Chevron. Sebanyak 75-80% ekploitasi batubara dikuasai perusahaan asing. 65%-70 % perkebunan dikuasai asing. Sebanyak 65% perbankkan dikuasai asing. Sebanyak 100 persen mineral diekspor, 85 persen gas diekspor, 75 persen hasil perkebunan diekspor, untuk kebutuhan industri negara-negara maju. (Surampaet, 2013).

 

Kemana Arah Perjuangan Mahasiswa?

Reformasi telah berlalu, mahasiswa yang dulu berteriak lantang menyuarakan perubahan, saat ini mereka berada di dalam gedung yang dulu mereka duduki bersama ratusan ribu Mahasiswa. Mereka yang dulu berteriak dengan begitu lantang dengan balutan warna warni almamater saat ini seakan diam, mereka berubah menjadi ciut seolah lupa dengan apa yang mereka teriakan di jalanan 18 tahun lalu. Mereka sekarang Duduk dikursi empuk dan mobil mewah, menjadikan mereka tak lebih dari sekedar preman-preman berdasi yang engan turun merasakan penderitaan rakyat seperti 18 tahun silam. Inikah buah aksi 18 tahun lalu?

Mahasiswa sebagai agen perubahan mempunyai peran yang sangat strategis, kita bisa melihat setiap perubahan politik dan sosial yang terjadi di Indonesia bahkan berawal dari gerak mahasiswa. Tidak hanya itu mahasiswa merupakan penyalur aspirasi rakyat, mereka merupakan cadangan kekuatan dimasa depan, kontrol sosial menjadi fungsi mahasiswa seutuhnya yang tidak bia dipungkiri.

Namun sayangnya hari ini gaung pergerakan mahasiswa sudah mengalami kemunduran, diskusi-diskusi intellektual sudah jarang ditemukan di kampus-kampus. mahasiswa yang mestinya menjadi agen perubahan sudah tenggelam dalam glamoritas dunia modern. Alih-alih memperbaiki kondisi masyarakat, modernitas malah membuat mahasiswa semakin jauh dari nilai-nilai yang harusnya mereka emban. Realita yang terjadi tentang kondisi politik dan refleksi gerakan mahasiswa membawa kita kepada sebuah kesimpulan bahwasannya tantangan mahasiswa saat ini dituntut bukan hanya mampu turun dijalan namun, menyiapkan kajian dan gagasan strategis yang substansial dalam melakukan kritik membangun terhadap pemerintahan.

Untuk menentukan arah perjuangan Mahasiswa sangat terkait dengan dua hal penting. pertama bagaimana mahasiswa memahami kondisi faktual bangsa kita secara menyeluruh (politik, ekonomi, sosial, budaya dan sebagainya). Yang Kedua Kondisi ideal sepeti apa yang di cita-citakan. Secara faktual kita bisa melihat bagaimana bangsa kita mengalami krisis multidimensi dan fakta ini tidak bisa dipungkiri oleh siapapun.

Sejatinya persoalan yang melanda indonesia tidak hanya sekdar rezim yang berkuasa tapi sistem pemerintahan yang diterapakan, karena indonesia sudah berganti presiden 7 kali namun perubahan ke arah kesejahteraan nampakmya jauh dari harapan. Bahkan sudah berbagai model, karakter dan latar belakang Presiden memimpin, mulai dari kalangan militer, intellektual, tokoh agama, hingga masyarakat sipil, namun hasilnya tidak jauh berbeda.

Demokrasi yang diterapkan di indonesia merupakan akar masalah, demokrasi yang mempunyai asas sekulerisme (Memisahkan agama dari kehidupan) menjadikan kedaulatan berada ditangan manusia.

 

Saatnya Mahasiswa menjadikan islam sebagai Mainstream Perjuangan

Memahami kondisi ideal sangat penting untuk menentukan arah perjuangan, karena tanpa memahami kondisi ideal yang di cita-citakan maka menjadikan pergerakan Mahasiswa tidak punya arah dan. Lalu kondisi ideal seperti apa yang kita cita-citakan ? apakah hanya sekedar perubahan yang bersifat fisik saja tapi dari segi rukhiyah atau aspek sosial rusak? Apakah perubahan yang hanya bersifat tambal sulam saja. Atau perubahan yang dimaksud adalah perubahan yang fundemental (mendasar) dan substansial berupa peruabaan yang sifatnya medasar.

Kalau kita memahami aturan kehidupan (ideologi) didunia, maka hanya ada 3 idologi besar yang eksis. Yaitu Kapitalis, sosialis komunis, dan islam. Dan setiap pergerakan mahasiswa akan membawa idelogi khas yang mempengaruhi arah perjuanganya. Lalu pertanyaanya dari ketiga ideologi yang ada antara Kapitalisme, sosialisme atau islam mana yang dijadikan sebagai arah perjuangan oleh mahasiswa. apakah kita akan bertahan terus dalam kondisi seperti ini, di jajah oleh sistem kapitalis yang bobrok dan membawa kerusakan di semua lini kehidupan, atau kita memilih sosialisme / komunisme yang sudah sekian lama mati dan terbukti juga gagal, atau kita akan mengambil mabda islam sebagai arah perjuangan kita, menjadikanya sebagai aturan dalam kehidupan.

Islam merupakan mabda (ideologi) yang komprehensif yang mengatur semua aspek kehidupan, yang apabila diterapkan akan membawa kebaikan (rahmat) bagi semesta alam, Rahmat yang bermakna menghadirkan manfaat dan kemaslahatan (jalban lil’manafiq amil masolih) dan mencegah dari kemungkaran (daf’an alil mafasik). Kemaslahatan islam yang bermakna terpelliharanya 8  hal. terpeliharanya agama, terpelliharanya akal, terpelliharanya jiwa, terpelliharanya harta, terpelliharanya keturunan, terpelliharanya kehormatan, terpelliharanya keamanan, terpelliharanya negara.

Secara historis islam juga telah terbukti mampu mengatur hampir ¾ dunia selama lebih dari 1300 tahun dengan memberikan kebaikan untuk manusia, baik Muslim maupun non-Muslim. dan menjadi mercusuar peradaban dunia kala itu. Abu Yusuf di dalam kitab Al-Kharâj meriwayatkan bahwa Khalifah Umar bin al-Khaththab ra. pernah bertemu dengan orang Yahudi ahludz-dzimmah yang sudah renta sedang meminta-minta dari pintu ke pintu.

Lalu Khalifah Umar ra. berkata kepada dia, “Apa yang membuat Anda melakukan apa yang saya lihat ini?” Orangtua itu menjawab, “(Untuk membayar) jizyah dan memenuhi kebutuhan.” Khalifah Umar ra. lalu berkata kepada dia, “Kami tidak berlaku adil kepada Anda. Dulu kami mengambil jizyah dari Anda pada saat Anda muda, tetapi kemudian kami menelantarkan Anda saat Anda tua.”

Kemudian Khalifah Umar ra. membawa orang tua itu ke rumahnya dan memberi dia apa saja yang dapat memenuhi kebutuhannya. Selanjutnya Khalifah Umar ra. mengirim dia kepada pengurus Baitul Mal dan memerintahkan pengurus Baitul Mal agar menggugurkan jizyah dari orang tua itu sekaligus memberi dia harta dari Baitul Mal.

Maka patutlah para Mahsiswa menjadikan islam sebgai mainstream perjuangan. mendakwahkanya dan menjadikan diskusi-diskusi intellektual dikampus hingga islam bisa terwujud sebagi aturan dalam kehidupan. Wallahu a’lam bi asshowab. [syahid/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version