View Full Version
Jum'at, 17 Jun 2016

Puasa, Peluang Pahala Tanpa Batas

Oleh: Rahmat Saputra

Kita sering mendengar pahala dengan nominal 10, 100, bahkan hingga 700 pahala. Seperti dalam firman-Nya:

مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji”. (Al-Baqarah: 261).

Namun, ternyata ada pahala yang diberikan oleh Allah dengan tanpa batas. Melebihi dari pahala 10, 100, hingga 700.

Didalam surat az-zumar ayat 10 disebutkan:

إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas”.

Siapa orang yang mendapatkan pahala tanpa batas tersebut? Syaikh Jabir Al-Jazair berkata: “Bahwa orang yang bersabar adalah orang yang berpuasa”.

Kenapa orang puasa bisa disebutkan menjadi orang yang bersabar?

Maka syaikh Ibnu Rajab Al-Hanbali mengatakan bahwa orang yang puasa terkandung didalamnya tiga kesabaran. Pertama, sabar dalam menjalankan ketaatan, kedua sabar dalam menjauhi kemaksiatan, ketiga sabar dalam menghadapi cobaan.

 

Sabar Dalam Menjalankan Ketaatan

Dalam menjalankan berbagai ketaatan, terdapat didalamnya kesabaran. Puasa yang dilakukan seorang hamba adalah salah satu bukti  dari  bentuk ketaatan. Yaitu dengan menahan diri dari makan dan minum, sejak shubuh hingga maghrib. Hal itu butuh kesabaran dalam menjalankannya.

Dalam ibadah selain puasa, seorang ibu disiang hari dengan terik matahari yang menyengat tetap semangat menggunakan hijab syar’i meski kondisi dan keadaan yang sangat panas. Maka melaksanakan hal itu butuh kesabaran.

Seorang bapak yang pulang dari kerjanya jam 12 malam dengan diselimuti rasa letih dan capek. Kemudian dibangunkan oleh adzan shubuh dengan turunnya hujan. Lalu memaksakan diri untuk bangun demi melaksanakan ketaatan. Maka hal itu butuh kesabaran.

 

Sabar Dalam Menjauhi Kemaksiatan

Dalam ibadah puasa tidak hanya menahan diri dari makan dan minum saja. Tetapi bagaimana seharusnya puasa mampu menahan diri dari perkataan dusta dan perbuatan yang nihil manfaat. Karena dalam menjalankan perintah, harus sabar dalam menghindari kemaksiatan. Namun jika puasa tetap jalan dan disisi lain tidak mampu bersabar dalam menahan perkataan dusta dan perbuatan keji, maka hasilnya sebagaimana dalam sabda Rosulullah sallallahu alaihi wasallam:

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَه

“Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dusta dan beramal dengannya, maka Allah tidak memerlukan orang itu untuk meninggalkan makanan dan meminumannya (puasanya),” (HR Bukhari [1903]).

Konsekwensi yang didapat Allah tidak akan menerima lapar dan haus orang puasa tersebut. Itulah akibat dari ketidaksabaran dalam menjauhi kemaksiatan.

 

Bersabar Dalam Menghadapi Cobaan

Ketika menjalankan kewajiban, ada cobaan yang selalu menghadang. Baik syetan dari jenis jin maupun manusia untuk menghambat hamba-Nya dalam melaksanakan kewajiban. Puasa didalamnya mengandung cobaan dari Allah untuk menjadikan manusia berkwalitas taqwa. Emas akan terlihat murni dan bersih dari campuran tanah jika dipanaskan terlebih dahulu dengan derajat panas yang tinggi. Begitu juga orang yang berpuasa. Ia di uji dengan cobaan dalam menahan lapar dan dahaga dengan waktu yang telah ditentukan selama sebulan. Jika lolos dari ujian tersebut, ia akan berubah menjadi orang yang bertaqwa. Ia akan menjadi emas yang bersih dari kotoran-kotoran yang melekat pada dirinya.

Mengenai balasan orang yang berpuasa, dalam hadist Qudsi disebutkan,

قال الله عز وجل كل عمل ابن آدم وقال سعيد كل حسنة ابن آدم له إلا الصيام هو لي وأنا أجزي به إنما يذر شهوته وطعامه وسروره من أجلي فالصيام لي وأنا أجزي به

Artinya: “setiap amalan anak adam adalah untuk dirinya, kecuali puasa, karena sesungguhnya puasa untukku, dan akulah sendiri yang akan membalasnya, karena (orang yang berpuasa) dia telah meninggalkan syahwatnya dan makannya karena Aku”. (HR. Bukhori dan muslim, lafadz milik muslim). Dalam kitab Al-Mustakhrij ala shahih muslim.

Inilah yang pahalanya berbeda dari pahala amalan selainnya. Karena amalan puasa untuk Allah saja, dan Dia sendiri yang  langsung membalasnya. Sehingga besar peluang jika seseorang berpuasa dengan melalui 3 kesabaran diatas, Allah akan memberikan pahala tanpa batas. Sebuah pencapaian yang luar biasa bagi hamba yang mendambakan Ridho-Nya.

Maka, dipenghujung makalah ini, marilah kita menjaga puasa dibulan ramadhan dengan bersabar dalam menjalankannya, bersabar dari maksiat, dan bersabar terhadap cobaan.

Semoga Allah menerima puasa kita selama 1 bulan penuh dan menjadikan kita hamba yang bertaqwa. Amin ya rabal alamin. [syahid/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version