Galau identik dengan remaja. Kosakata yang sering dipakai karena banyak ulangan, putus dengan pacar, cinta bertepuk sebelah tangan, jomblo tak berkesudahan dan semua hal yang tak mengenakkan. Galau ini semakin populer saja dengan adanya media sosial. Bagaimana tidak, semua topik galaunya dimuntahkan berupa status galau yang sebetulnya itu cara remaja untuk minta diperhatikan. Iya apa iya?
Status galau dari remaja yang sedang galau itu pun menjadi viral, menebar aura negatif kepada teman dan siapa pun yang membacanya. Padahal ketika galau, cobalah introspeksi apa yang membuat hatimu risau. Kegalauan diumbar di media sosial tak ada jaminan akan membuat hidupmu menjadi lebih baik. Lega? Mungkin saja. Tapi setelahnya kamu akan merasa ketagihan untuk menggalau lagi di sosial media demi secuil perhatian.
Sobat remaja voa-islam yang dirahmati Allah, rasa galau ini sebetulnya adalah pilihan. Kamu bisa memilih untuk merasa galau atau sebaliknya, ceria dan bahagia. Suasana hatimu itu ada dalam kendalimu. Ketika rasa galau muncul karena satu atau beberapa sebab, coba deh kamu cari tahu sebabnya. Ulangan dapat nilai jelak sehingga galau takut gak naik kelas?
...rasa galau ini sebetulnya adalah pilihan. Kamu bisa memilih untuk merasa galau atau sebaliknya, ceria dan bahagia. Suasana hatimu itu ada dalam kendalimu...
Masalah tak akan selesai dengan menggalau terus. Ubah pola belajar dan kurangi main. Begitu juga dengan masalah lain yang biasa dialami remaja dan dianggap sebagai masalah besar. Percintaan, persahabatan, beda pendapat dengan ortu, kurang uang jajan, adalah sebagian masalah remaja yang mudah untuk menimbulkan rasa galau. Galau untuk bisa dicarikan ‘obatnya’ selama kamu mau untuk mencarinya.
Ketika hati galau dan risau, coba ambil air wudhu dan tunaikan salat sunah dua rakaat. Perhatikan siapa yang menjadi teman-temanmu selama ini. Apakah mereka turut andil dalam situasi galau hatimu, atau sebaliknya? Mereka adalah pereda dan pendingin suasana karena selalu menasehatkan pada kebenaran. Bila ternyata pilihan pertama, jangan takut untuk berganti lingkungan pertemanan. Ini demi kebaikan jiwamu sendiri. Dan apabila pilihan kedua telah dipunyai, maka bersyukurlah. Karena salah satu rezeki yang barakah adalah memunyai teman-teman yang selalu mengingatkan kamu pada kebaikan.
Kualitas pertemanan kamu menjadi indikasi akan kualitas iman, yang itu nantinya berimbas pada kondisi hati. Hati yang diliputi keimanan dan dikelilingi oleh orang-orang salih adalah hati yang tenang dan senantiasa mengingat Allah. Sedangkan hati yang mudah galau itu karena kondisi diri yang jauh dari cahaya Ilahi. Jadi, tak musim lagi menggalau terus baik dalam hati ataupun ditumpahkan di media sosial. Sehatkan hatimu tanpa galau dan sehatkan media sosial dengan status bermutu. Insya Allah, kamu pasti bisa. Wallahu alam. (riafariana/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google