View Full Version
Jum'at, 22 Jul 2016

Larangan Penggunaan Kerudung, Bukti Sekularisme dan Pelecehan Terhadap Islam

Oleh: Eka Rahmi Maulidiyah

(Mahasiswi Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga Surabaya)

Baru-baru ini, umat Muslim dikejutkan dengan adanya larangan menggunakan kerudung oleh Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahja Purnama (Ahok). Larangan ini digaungkan pada sekolah-sekolah negeri di Jakarta. Pak Ahok menyampaikan larangan di Gedung Yayasan Budha Tzu Chi yang ditujukan kepada 1.700 kepala sekolah TK, SD, SMP, SMA, SMK, dan pejabat struktural eselon III serta IV di lingkungan Dinas Pendidikan DKI Jakarta.

Larangan ini dilakukan karena pak Ahok tidak ingin memaksa siswi-siswi untuk memakai kerudung di sekolah. “Anda mengimani kalau kerudung itu sebagai sesuatu yang bisa menyelamatkan Anda, ya silakan. Tapi Anda tidak bisa memaksa semua anak pakai kerudung”, kata pak Ahok.

Menurut beliau, penggunaan kerudung harus lahir atas dasar keinginan atau keimanan. “Tempat saya itu 93 persen Muslim. Tiba-tiba semua guru mewajibkan semua muridnya berkerudung. Padahal kerudung itu kan panggilan iman.” kata Pak Ahok.

Menurut pak Ahok, penggunaan kerudung tidak hanya diajarkan dalam agama Islam, namun juga diajarkan pada agama Kristen dan Yahudi. “Kalau kita mau berdebat, orang Kristen sama Yahudi juga pakai kerudung,” ujar Pak Ahok. Maka dari itu, kerudung bukanlah simbol dari agama Islam. Terdapat satu permintaan dari pak Ahok agar jangan menghubungkan larangan pemakaian kerudung yang ingin beliau terapkan dengan anti terhadap agama Islam.

Pada tahun 2006, larangan ini pernah diterapkan oleh pak Ahok saat menjadi Bupati Belitung Timur. Berdasarkan pengalaman beliau, kerudung yang dipakai karena adanya peraturan tidak dipakai sebagai sesuatu yang serius, hanya main-main saja. Kerudung memang dipakai di dalam sekolah, tapi setelah keluar dari sekolah dilepaslah kerudungnya tersebut. “Kerudung yang dipakainya kayak serbet. Malah mungkin lebih bagus serbet di dapur saya. Begitu keluar dari sekolah naik motor bapaknya, langsung dibuka,” kata pak Ahok.

Hal yang pak Ahok inginkan adalah, seharusnya siswi-siswi berfikir sebab mereka memakai kerudung adalah bahwa kerudung merupakan bagian dari akhlak, bukan karena paksaan. Sehingga, mereka tidak mempermalukan agama dengan membuka dan melepas kerudung semaunya sendiri. “Anda ngajarin dia baik-baik sampai nanti dia berpikiran bahwa pakai kerudung inilah bagian dari akhlak saya sebagai seorang Muslim, dia akan pakai. Dia akan pakai dengan terhormat. Bukan dia pakai terus pas keluar sekolah dia buang. Bukan dia pakai tapi kelakuannya mempermalukan agama,” tutur beliau.

Jika kita telusuri lebih lanjut, fakta berupa larangan menggunakan kerudung merupakan sebuah hal yang sangat tidak pantas dilakukan. Apalagi, dilakukan oleh pemimpin non Muslim yang tidak tahu menahu soal agama Islam. Lebih parahnya, larangan ini dilakukan di tempat yang mana sebagian besar masyarakatnya adalah Muslim. Larangan ini muncul semau pemimpin, tanpa mempedulikan risiko yang akan terjadi setelahnya.

Islam telah dengan jelas mengatur bagaimana Muslimah menutup aurat dengan berpakaian. Firman Allah di dalam Al-Qur’an memerintahkan semua Muslimah untuk memakai kerudung. Namun, adanya sekulerisme (pemisahan agama dari kehidupan) malah membuat Muslimah tidak lagi menggunakan kerudungnya yang telah diwajibkan. Dengan adanya sekulerisme, agama dipaksa tidak boleh mengatur kehidupan manusia. Agama dimaknai hanya ibadah ritual semata. Peraturan yang telah Allah berikan dihiraukan dan diganti oleh peraturan buatan manusia sendiri.

Yang dimaksud dengan peraturan buatan manusia adalah larangan menggunakan kerudung yang dilakukan oleh Pak Ahok. Dengan beraninya, manusia tidak menganggap aturan Allah. Siapa sebenarnya yang menciptakan dirinya? Apakah dirinya tiba-tiba muncul dan hidup?

Bukan hanya itu, kata-kata serbet yang dilontarkan yang merujuk pada kerudung merupakan pelecehan terhadap agama Islam. Kerudung bukan serbet. Kerudung merupakan mahkota Muslimah yang harus dipakai ketika keluar rumah. Bagaimana manusia bisa mengatakan jangan hubungkan hal ini dengan antiIslam?

Sungguh miris, larangan penggunaan kerudung ini dilakukan bertepatan dengan bulan Ramadhan. Bulan dimana seharusnya orang berlomba-lomba untuk meraih ketaqwaan malah dilarang untuk bertaqwa. Jika penggunaan kerudung tidak dimunculkan sebagai peraturan wajib di sekolah, siapa yang akan melatih generasi muda kita untuk taat kepada Allah? Bukankah sekolah tempat untuk mendidik generasi yang cemerlang?


latestnews

View Full Version