STMJ (Salat Terus Maksiat Jalan) adalah generasi yang muncul sekitar tahun 90-an. Diawali dengan boomingnya tontonan bioskop berjudul Catatan si Boy, digambarkan di situ bahwa generasi keren adalah bila kamu bisa jadi STMJ. Jadi si Boy ini adalah sosok pemuda ganteng, kaya dan pintar serta tidak meninggalkan salat. Sayangnya, salat rajin maksiat jalan juga. Ada adegan pacaran dan main ke diskotik serta aktivitas maksiat lainnya.
Seiring dengan zaman yang semakin maju, ternyata kejahiliyahan juga menemukan bentuknya yang baru. Era internet dan medsos membuka banyak pintu baik itu menuju kebaikan atau kemaksiatan. Generasi lanjutan dari STMJ menemukan tempat untuk sok bereksis diri. Didukung oleh tayangan sinetron gak bermutu jenis serupa, jadilah remaja menjadi korban yang tersia-sia.
Remaja menjadi pihak yang diberi tontonan untuk kemudian dijadikannya sebagai tuntunan. Lemahnya bekal akidah dan teladan dari rumah membuat remaja mencarinya di luar rumah. Walhasil, muncullah seleb-seleb dadakan yang menjadi idola kaum muda karena keberaniannya menabrak sopan-santun yang ada.
Betapa banyak di jagad medsos remaja putri berkerudung tapi perilaku tak ada beda dengan orang kafir. Selfie berbagai pose tanpa tahu batasan mana yang pantas dan mana yang tidak. Belum lagi foto dengan laki-laki yang disebut sebagai gebetan atau pacar tanpa ada jarak seolah tak lagi kenal yang namanya halal dan haram apalagi dosa. Yang penting having fun, banyak mendapat like dan komentar serta terkenal dadakan.
...Remaja menjadi pihak yang diberi tontonan untuk kemudian dijadikannya sebagai tuntunan. Lemahnya bekal akidah dan teladan dari rumah membuat remaja mencarinya di luar rumah...
Bagaimana dengan yang cowok? Sebelas duabelas alias sama saja. Kelakuan generasi STMJ ini diduplikat di era medsos dengan tambahan yang semakin memprihatinkan. Gaya pacaran yang semakin berani dan diekspos di FB, twitter, IG bahkan blod dan video semakin marak. Bila dulu generasi si Boy masih ada adegan salat, sekarang ini diperparah dengan kosakata yang penuh berisi makian dan kata-kata cabul.
Mengerikan sekali generasi negeri ini bila pemudanya berisi sosok-sosok seperti gambaran di atas. Layak, sangat layak bila ke depan tak akan ada yang pantas menyandang sebagai sosok panutan bagi generasi setelahnya. Bukan tak mungkin, akan terjadi lost generation alias generasi yang hilang karena kerusakan itu sedemikan parah. Naudzubillah.
Sobat muda voa-islam yang dirahmati Allah, semoga kita bukan menjadi bagian dari generasi STMJ tersebut. Paling tidak, kita jaga diri kita, teman kita dan keluarga dari kerusakan akibat virus ingin eksis di media sosial. Kita bisa memilih untuk menjadi terkenal atau tercemar dengan adanya kecanggihan teknologi ini. Terkenal itu karena suatu kebaikan yang kita lakukan, tercemar adalah terkenal tapi akibat keburukan dari perilaku diri. Kita bisa memilih.
Sebagai generasi muslim cerdas dan berkualitas, pasti dong kita memilih terkenal akan kebaikan dari akhlak dan perangai kita. Tidak perlu terkenal di medsos atau di hadapan manusia dengan cara eksis sana-sini demi pujian dan tombol like saja. Yang utama dari semua itu adalah eksis di hadapan Allah dan para penghuni langit tanpa mengharap pamrih dari manusia. Ya semoga saja kita semua bisa memilih dengan cerdas, jangan mau jadi jadi terkenal dengan cara tercemar. Wallahu alam. (riafariana/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google