Fardhu kifayah, apa yang ada di benak kita ketika mendengar istilah ini? Salat jenazah. Inilah contoh yang seringkali diberikan saat kita membahas tentang fardhu kifayah. Menjadi tanggung jawab seluruh umat Islam untuk menyalatkan sang mayit apabila ia memang seorang muslim. Apabila tanggung jawab ini tidak terlaksana, maka umat Islam secara keseluruhan akan menanggung dosa. Namun bila ada beberapa orang saja yang mampu menyalatkan sang mayit, maka gugur kewajiban tersebut pada diri umat Islam lainnya. Inilah yang namanya fardhu kifayah.
Tak heran, ada beberapa muslim yang berusaha mati-matian menunaikan tanggung jawab tersebut. Ia tempuh perjalanan melintasi laut menuju ke satu kota kecil di Sumatra Utara sana, saat didengarnya salah satu saudara seiman meninggal dunia. Saudara seiman yang mualaf, meninggal dunia karena parahnya luka yang diderita akibat siksaan keluarga. Muslimah yang masuk kategori di bawah umur tersebut gigih mempertahankan akidah yang dipeluknya secara sadar dan sukarela. Ia tak hiraukan hajaran meskipun nyawa taruhannya.
Apa daya, kekuatan keluarga yang masih kafir tersebut jauh lebih banyak daripada segelintir muslim yang akan menunaikan fardhu kifayah tersebut. Luka tusukan menjadi penanda bahwa mereka telah berusaha maksimal. Paha dan perut yang terkoyak menjadi saksi bahwa telah ada segelintir umat Islam pemberani yang mempertaruhkan nyawa demi bisa menunaikan kewajiban terhadap saudaranya tersebut.
Inilah gambaran Islam dan Muslim di negeri ini. Mayoritas yang menjadi minoritas bahkan sekadar bisa menunaikan fardhu kifayah pun harus bertarung nyawa. Apakah kejadian tersebut masuk berita dan diketahui oleh banyak warga? Tidak sama sekali. Hening, apalagi kasusnya adalah SARA yang dilakukan oleh non muslim/kafir kepada Muslim. Media tentu saja enggan mengabarkannya.
...Saudara seiman yang mualaf, meninggal dunia karena parahnya luka yang diderita akibat siksaan keluarga. Muslimah yang masuk kategori di bawah umur tersebut gigih mempertahankan akidah yang dipeluknya secara sadar dan sukarela...
Bandingkan apabila kejadian serupa terjadi pada warga non muslim. Pasti secepat kilat seluruh media memuatnya. Karena, apakah yang lebih seksi daripada berita yang memojokkan umat Islam sendiri?
Kesedihan dan airmata yang tercurah dari tim pemberani itu bukan karena pedihnya luka akibat tusukan. Nyeri itu jauh lebih besar akibat rasa tak berdaya untuk menyalatkan dan memakamkan saudara sesuai dengan syariat. Apakah jawaban yang akan diberikan nanti saat semua harus berdiri di padang Mahsyar demi mempertanggungjawabkan fardhu kifayah ini?
Ya...bahkan di negeri yang katanya umat Islam mayoritas ini, ‘sekadar’ menyalatkan jenazah saudara sendiri saja harus sesulit ini. Tak bisa terbayangkan bagaimana lagi apabila umat Islam ini menjadi minoritas. Bukan tak mungkin Indonesia menjadi Burma kedua ketika non muslim/kafir menjadi mayoritas. Naudzubillah.
Itulah mengapa dakwah kepada kaum kafir adalah satu keniscayaan sesuai dengan perintah Allah.
Serulah (manusia) ke jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhan-mu, Dialah Yang Mahatahu tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah Yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS an-Nahl [16]: 125).
Wallahu alam. (riafariana/voa-islam.com)