View Full Version
Selasa, 27 Sep 2016

Menyertakan Allah dalam Ruang Ujian

Musim Ujian Tengah Semester (UTS) sudah di ambang pintu. Semua pelajar bersiap-siap menyambutnya dengan belajar yang rajin. Eh, enggak juga sih. Banyak juga pelajar yang menyambutnya dengan santai serasa di pantai. Belajar tetap enggan, mantengin TV dan mainin HP terus berjalan. Tak ambil pusing dengan yang namanya ujian. Toh nanti bisa minta tolong teman ngasih contekan atau kerpekan.

Ah, semoga saja itu yang punya niatan nyontek dan ngerpek bukan para sahabat voa-islam. Apalah gunanya ngerpek dan nyontek kalau ternyata demi tujuan sesaat yaitu nilai di atas kertas. Nilai yang lebih penting yaitu kejujuran dan kerja keras, dimana posisinya?

Kamu mungkin saja bisa mengelabui guru dan ortu. Tapi kamu tetap tak bisa menipu dirimu sendiri dan tentu saja Allah Yang Mahatahu. Sebangga dan sebahagia apa sih rasa hatimu saat mendapat nilai tinggi tapi hasil dari menipu?

Akan jauh lebih puas rasanya saat nilai itu kamu peroleh dengan penuh perjuangan. Belajar rajin, mengerjakan tugas dengan tekun, banyak membaca dan latihan soal, bertanya pada guru bila ada materi yang belum paham, dan sebagainya. Di setiap ikhtiyarmu ini, ada nilai kejujuran dan kerja keras yang sedang kamu tanam. Kejujuran dan kerja keras yang kamu niatkan hanya karena Allah semata.

...Bukan nilai yang kamu kejar. Bukan pula pujian di depan manusia yang ingin kamu raih. Tapi semuanya kamu lakukan karena memang Allah memerintahkan demikian...

Bukan nilai yang kamu kejar. Bukan pula pujian di depan manusia yang ingin kamu raih. Tapi semuanya kamu lakukan karena memang Allah memerintahkan demikian. Sehingga saat ujian itu tiba, kamu pun telah siap mental dan bekal untuk mengerjakannya.

Ada Allah yang menjadi pengawas. Ada Allah yang akan menilai. Ada Allah yang selalu mendampingi dan memberi bantuan. Ada Allah yang akan memudahkan.

Apapun yang terjadi -misal di tengah mengerjakan soal kamu bingung tak bisa menjawab-, kamu yakin ada Allah yang akan membantumu. Tak ada keinginan untuk toleh kanan-kiri mencari contekan atau kerpekan. Percaya diri dengan usaha maksimal, itulah yang akan kamu lakukan. Selebihnya, serahkan hasil pada Allah setelah melewati rangkaian ikhtiyar yang maksimal.  

Inilah yang dinamakan menyertakan Allah dalam ruang ujian. Bukan hanya itu, menyertakan Allah dalam segenap aspek kehidupan juga merupakan satu keniscayaan. Di sinilah komitmenmu sebagai seorang muslim diuji. Benarkah Allah benar-benar hadir dalam hati?

Menjadi muslim artinya menyertakan Allah dalam setiap gerak laku dan pikiran. Seluruh perbuatan ditimbang dengan halal dan haram. Inilah nanti yang akan menjadi bekal bagi kehidupan bukan hanya di dunia tapi juga di akhirat kelak. Wallahu alam. (riafariana/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version