View Full Version
Selasa, 11 Oct 2016

Resensi: Beratnya Mempertahankan Prinsip di Tengah Masyarakat Oportunis

Judul Novel : A Man Called Ove

Penulis : Fredrik Backman

Penerbit : Noura Books

Tebal : 440 Halaman

Cetakan : 1 / Januari 2016

“Orang dinilai dari apa yang ia kerjakan, bukan apa yang ia katakan.” (Hal. 105)

Poin dari kalimat tersebut menjadi inti dari perjalanan hidup Ove, laki-laki yang teguh memegang prinsip apapun yang terjadi. Karena prinsip itulah, Ove menjadi sosok yang sangat irit bicara tapi banyak kerja. Irit bicara ini dibuktikan saat ia menemukan dompet ketika sedang membantu ayahnya bersih-bersih gerbong kereta api.

“Kita bukan jenis yang mengadukan perbuatan orang lain,” kata ayah Ove. (Hal. 60). Hal ini dikatakannya saat Ove harus menghadap petugas untuk menyerahkan dompet yang berisi uang dalam jumlah besar tersebut. Kalimat tersebut membuat Ove ikut bersikukuh tidak menceritakan kondisi sebenarnya bagaimana dompet itu ia temukan.

Sikap ini dibawanya hingga ia dewasa kelak. Tak peduli terancam dipecat, Ove lebih memilih menutup mulut daripada melaporkan kejahatan yang dilakukan oleh temannya. Sebaliknya, si teman ini memfitnah Ove yang melakukan kejahatan tersebut. Meskipun akhirnya sang atasan menyadari bahwa Ove tidak bersalah, sanksi tetap dijatuhkan meskipun diperlunak. Ove pun dipindah bagian dari yang semula menangani mesin kereta api menjadi bagian kebersihan.

Siapa nyana, di posisi yang dipandang sebelah mata ini Ove bertemu dengan perempuan yang kemudian menjadi istrinya. Perempuan cerdas dan terpelajar yang jatuh cinta pada Ove karena kepolosannya. Perempuan yang membuat Ove merasa hidupnya dipenuhi kebahagiaan sejak bertemu dengannya. Sebelumnya, hidup Ove adalah kesedihan demi kesedihan karena ditinggal ibu yang melahirkannya. Disusul kemudian oleh ayah saat ia duduk di bangku SMA.

...Karakter Ove adalah satu di antara berjuta orang yang masih memegang prinsip dengan teguh. Betapa kesetiaan ia junjung tinggi hingga urusan merk mobil...

Karakter Ove adalah satu di antara berjuta orang yang masih memegang prinsip dengan teguh. Betapa kesetiaan ia junjung tinggi hingga urusan merk mobil. Siapa pun yang mudah mengganti merk mobil sesuka hatinya, menurut Ove orang itu tak memunyai kesetiaan sehingga tak layak untuk dipercaya.

Kesetiaan ini pula yang membuat ia bertahan pada rumah lama milik ayahnya meskipun berulang kali ia mendapat surat pemberitahuan penggusuran. Hingga satu titik, ada konspirasi pemerintah setempat untuk membakar rumah Ove dengan sengaja hingga tak ada yang tersisa. Klaim asuransi yang pernah ia bayarkan juga ternyata fiktif. Orang yang sebegitu ramah di bibir mau membantunya, tak lebih dari seorang penipu.

Pertemuan Ove dengan keluarga baru pindah di sebelah rumah membuat hidupnya berubah. Awal perkenalan sama sekali jauh dari berkesan. Si tetangga baru seolah hobi menghadirkan masalah pada kehidupan Ove. Tapi perlahan, ketulusan dan keceriaan keluarga tersebut menular pada Ove yang berulang kali berusaha mengakhiri hidup sejak istrinya meninggal beberapa bulan sebelumnya.

Sederhana tapi memikat untuk bercermin pada karakter Ove yang semakin langka didapati di dunia nyata. Terlepas beberapa muatan negatif tentang pergaulan bebas antara Ove dengan calon istrinya waktu itu, novel ini memberi banyak hal positif sebagai bacaan ringan yang berbobot sembari minum kopi di sore hari. (riafariana/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version