View Full Version
Selasa, 08 Nov 2016

Saat Media Sosial Panen Unfriend, Unfollow dan Blokir

Hiruk-pikuk media sosial kembali hadir. Selalu begitu setiap kali ada kejadian yang mengundang sikap pro dan kontra kalangan netizen. Banyak topik yang bisa dijadikan titik poin. Mulai dari pilihan presiden, dilema ibu rumah tangga dengan segala variannya hingga isu terakhir tentang demo dan penistaan agama.

Status demi status menunjukkan tensi hebohnya satu fenomena di dunia maya. Tak cukup dengan status dukungan, status sindir-menyindir hingga adu otot jari untuk saling balas komentar pun bergulir. Mulai dari yang lembut, samar hingga sarkas dan kasar, lengkap semua ada. Efeknya adalah kemudian terjadi yang namanya ‘unfriend’ alias menghapus seseorang dari pertemanan atau bahkan memblokirnya. Ini seolah menegaskan satu sikap untuk tak sudi lagi melihat status atau apapun yang menyangkut si orang yang dihapus atau diblokir dari pertemanan itu tadi.

Uniknya, ada juga tipe orang yang memilih untuk menghapus pertemanan dengan seseorang bukan karena beda pandangan. Abstain atau memilih tidak membahas satu topik yang sedang seru berkembang, bisa juga dipakai alasan untuk menghapus pertemanan dengan seseorang. Orang yang abstain tadi dianggap tidak memunyai empati dan tidak jelas keberpihakannya. Daripada menuhin daftar teman, maka hapus sajalah.

Sah-sah saja. Bahkan tanpa alasan apapun, kita menghapus siapa yang menurut kita layak dihapus juga boleh-boleh saja. Saya pernah ‘di-unfriend’ teman yang lumayan dekat di kampus, sering dimintai tolong dan dicurhati. Sempat heran tapi lalu berpikir ya sudahlah. Bukan masalah besar. Toh dia masih tetap kirim salam untuk saya apabila ada teman yang lain berjumpa dengannya. Dia berhak memilih siapa yang boleh ada di daftar teman medsosnya. Dan mungkin saya bukan salah satunya.

...Hidup ini sudah terlalu banyak drama, jadi tak perlulah masalah ini didramatisir lagi. Perbedaan itu niscaya jadi tak perlu terlalu dibawa baper. Selama disajikan dengan santun, ikuti saja dinamika masing-masing teman dengan segala keunikannya...

Begitu pula dengan saya, pun berhak memilah dan memilih siapa yang boleh ada di daftar teman rumah maya akun pribadi ini. Bedanya saya melakukan unfriend, unfollow atau blokir itu tanpa perlu woro-woro ke yang bersangkutan apalagi pamitan. Itu lebih mendamaikan daripada kirim pesan pamitan tapi menyakitkan. Itu sama saja kita bilang ke dia ‘Kamu gak pantas deh jadi temanku. Sorry yee.’. Dan itu sama saja membuat konfrontasi baru yang berujung permusuhan, suuzan dan prasangka lainnya.

Jadi silakan meng-unfriend, unfollow atau bahkan memblokir seseorang yang kita rasa membuat rumah maya kita tidak lagi nyaman. Tapi alangkah eloknya bila masalah ini tidak menimbulkan permusuhan baru yang tidak perlu.

Kita berhak kok memilih dan memilah siapa saja yang bisa ada di daftar pertemanan. Siapa yang kita tolak, kita tunda permintaan pertemanannya, kita hapus dan kita blokir. Ini hal biasa, kawan. Tapi bisa menjadi tidak biasa bila kita mendramatisirnya.

Hidup ini sudah terlalu banyak drama, jadi tak perlulah masalah ini didramatisir lagi. Perbedaan itu niscaya jadi tak perlu terlalu dibawa baper. Selama disajikan dengan santun, ikuti saja dinamika masing-masing teman dengan segala keunikannya. Bila ada yang dianggap kurang tepat, komentari dengan santun pula. Tak perlu nyolot atau memaksakan kehendak. Selebihnya, bantu dengan doa agar yang hak itu ditampakkan.

Sudah begitu saja. Jadikan medsos yang ada sebagai silah ukhuwah dan sarana mengekspresikan diri dengan saling menghargai. Sesederhana itu kan? (riafariana/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version