Oleh: Binti Istiqomah*
Acara reality show di Indonesia diramaikan dengan munculnya kembali program acara biro perjodohan bernama Take Me Out Indonesia. Program ajang pencarian jodoh yang dipandu Eko Patrio kembali hadir di layar kaca tahun 2016 ini menghadirkan 30 wanita single yang akan memperebutkan 4 pria single untuk menjadi kekasih hati. Miris, acara tersebut ditonton anak-anak sampai dewasa.
Masalah fisik, itu yang utama pria memilih perempuan. Meskipun yang perempuan cerdas, tapi kalo nggak cantik dan langsing jangan harap bakal terpilih. Jenis pekerjaan, itu pilihan utama perempuan dalam memilih si pria. Jabatan direktur atau pemilik sebuah perusahaan, bisa dipastikan hampir semua perempuan menyalakan lampunya agar dipilih oleh si pria tersebut.
Kejombloan dieskploitasi untuk bisnis. Apa pun dalihnya, uang adalah tuhan para penyelenggara acara itu. Tak peduli harus dengan memanfaatkan perasaan orang lain. Dalam hal jodoh, perasaan jelas terlibat. Itu adalah komoditas yang akan memancing pemasang iklan untuk berdatangan. Uang adalah hasil akhirnya. Sangat khas kapitalisme.
Jodoh itu masalah serius, bukan main-main. Apa bisa seorang jodoh yang baik dunia-akhirat didapat dari penilaian fisik selama 10 menit? Pasti faktor nafsu yang banyak berperan di sana. Tata krama menundukkan pandangan pada memandang sesuatu yang haram tak berlaku sama sekali. Boro-boro bisa menundukkan pandangan, baju aja sengaja dibuka-buka begitu.
Sedikit menelaah, sebenarnya dunia hiburan kita saat ini tak lepas dari invasi budaya asing yang tak lain adalah Barat. Banyak hal yang kemudian berkaca dan mengambil standart yang dipakai oleh Barat, mulai dari makanan, cara berpakaian, gaya hidup, hingga hal yang sangat mendasar yakni ideologi pun tak jauh dari budaya Barat.
...Sejak dahulu hingga nanti, target utama kaum liberal ini tidak lain adalah para wanita. Karena dari satu sisi bisa dikatakan mereka sangat menjual dan mendatangkan banyak keuntungan...
Jika sebagian besar orang menilai hal tersebut sebagai sebuah kemajuan dalam berbudaya dan menjadi sesuatu yang layak untuk dibanggakan, maka lain halnya dengan kaum Barat itu sendiri. Justru mereka kaum liberal sudah lama menciptakan produk-produk liberalisasi mereka, yang kita kenal dengan 3F alias Food, Fun, and Fashion sebagai bentuk penjajahan baru terhadap kaum muslimin untuk mengubah pola sikap dan pemikiran sehingga jauh dari Islam.
Dan sejak dahulu hingga nanti, target utama kaum liberal ini tidak lain adalah para wanita. Karena dari satu sisi bisa dikatakan mereka sangat menjual dan mendatangkan banyak keuntungan. Sedangkan dari sisi lain, seperti pepatah mengatakan “sekali dayung dua tiga pulau terlampaui atau sekali tepuk dua lalat”. Artinya dengan merusak wanita berarti mereka telah menghancurkan sendi-sendi kaum muslimin. Seperti kita tahu saat ini wanita mendominasi secara jumlah dan sifat. Karenanya dengan merusak wanita maka mereka berhasil memporak-porandakan satu keluarga, masyarakat juga institusi negara.
Kembali pada bahasan soal ajang pencarian jodoh. Memang kita diajurkan untuk berikhtiar dalam ini, namun sebagai seorang muslim kita tetap diwajibkan untuk terikat pada hukum syara’. Ada aturan-aturan yang perlu dilakukan, sehingga para wanita tetap bisa menjaga izzah dan merasa dimuliakan.
Bukan seperti saat ini, wanita banyak menggadaikan rasa malunya demi mengikuti kontes kecantikan, ajang pencarian jodoh, dan hal-hal semacamnya. Justru hal tersebut merendahkan kehormatan seorang wanita yang sebenarnya sangat dijaga dan dimuliakan dalam Islam. Saat ini bisa kita lihat, banyak wanita dengan bangga mempertontonkan auratnya di depan laki-laki yang bukan mahram, bertabarruj, dan jauh dari jati dirinya sebagai seorang muslimah. Dan itu dianggap biasa, karena memang pola pikir mereka sudah teracuni oleh pemikiran Barat.
Saat ini banyak fakta menunjukkan bagaimana stasiun televisi swasta di Indonesia berlomba untuk menghasilkan program-program yang mampu menghibur dan memikat hati para penonton. Namun, sangat disayangkan semakin ke sini berbagai tayangan televisi yang disuguhkan ke hadapan publik justru semakin jauh dari segi kualitas dan dirasa kurang mencerminkan etika serta budaya Indonesia. Tak jarang dari acara-acara tersebut yang akhirnya berpengaruh pada pola pikir dan gaya hidup para penontonnya.
Sebut saja drama Korea yang konon terkenal dengan keromantisannya, drama Bollywood yang sambung menyambung tiada hentinya, sinetron bernuansa abege unyu-unyu nan kaya, hingga ajang pencarian bakat sampai pencarian jodoh pun bisa dengan mudah ditemukan di layar kaca. Namun anehnya, justru hal-hal semacam inilah yang kemudian sangat digemari. Justru anak-anaklah yang kini semakin sulit untuk menemukan tontonan yang sesuai dengan usia mereka.
Saatnya kita runtuhkan peradaban kapitalisme yang sangat tidak manusiawi, termasuk menjadikan komoditi ajang perjodohan yang seharusnya sakral ini. Indonesia terpuruk akibat kapitalisme ini. Jadi sekarang saatnya Islam diambil sebagai solusi tak terkecuali dalam memilih jodoh dan ajang perjodohannya. Manusia itu punya harga diri, perasaan dan keimanan. Bukan sekadar onggokan daging yang dinilai dari tampilan luar fisik yang sifatnya sangat fana. Jadi sudah saatnya acara Take Me Out, dan acara-acara yang merusak lainnya dihapuskan dari acara pertelevisian negeri ini. (riafariana/voa-islam.com)
*Penulis adalah analis di Muslimah Voice
Ilustrasi: Google