Oleh: Taufik Setia Permana (Aktivis Gema Pembebasan Malang)
Melihat berbagai permasalahan yang menimpa negeri ini semakin membuat dada sesak. Permasalahan multidimensi menjadi masalah yang seolah-olah sulit terselesaikan, berbagai solusi termasuk mengganti kepemimpinan ternyata tidak membuahkan solusi yang tepat, malah mererka asik mengobral janji yang dijadikan sebagai obat penawar dari segala kesremawutan permasalahan bangsa. Segala latar belakang pernah memimpin negeri ini dari kalangan nasionalis, jendral TNI, teknokrat, ibu-ibu, ulama, bahkan wong cilek pun semuanya sama saja. Ganti rezim dan ganti rezim namun “nol” kemajuan.
Era kepemimpinan Presiden Jokowi yang katanya peduli dengan wong cilek faktanya malah menyengsarakan wong cilek. Kebijakan di awal tahun membuat masyarakat dan kalangan intelektual menjadi gusar. Hal tersebut di karenakan kenaikan-kenaikan harga di berbagai sektor dominan. PP RI No 60 Tahun 2016 menjadi saksi atas kenaikan tarif jenis penerimaan negara bukan pajak yang berlaku pada kepolisian, setelah itu diikuti dengan kenaikan harga pasar BBM, pengurangan subsidi listrik 900 VA dan terakhir kenaikan harga-harga sembako.
Inilah akibat ketika negara hanya bertumpu pada sektor pajak untuk pemenuhan APBN. Padahal negeri ini adalah negeri yang kaya akan SDA, jika pemerintah mengelola akan menajdi sektor potensial untuk menambah khas negara. Namun apa daya ternyata 70% SDA di negeri ini dikuasai asing dan anehnya pemerintah tidak mempermasalahkan hal tersebut. Kemenkeu Sri Mulyani menegaskan bahwa.dalam PMK Nomor 129/PMK.08/2016 menjelaskan, Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) asing dalam proyek kilang minyak dimungkinkan dalam rangka mendukung ketahanan energi nasional dan menjamin ketersediaan BBM nasional, serta mengurangi ketergantungan impor BBM.dilansir oleh eksplorasi.id (5/9/16)
Bebasnya perusahaan asing untuk mengelola dan berinvestasi membuktikan bahnwa pemerintah hanya sebatas regulator bagi mereka. Negeri ini hanya sebatas penyelenggara lalu diserahkan kepada asing untuk merelakan alam ini di eksploitasi secara bebas. Bagil-bagi hasil untuk indonesia hanya mendapatkan sebagian kecil dari royalti yang sudah ditetapkan, sepertiperusahaan tambang terbesar di Indonesia PT. Freeport pemerintah hanya mendapatkan 1 persen royaltinya dari hasil bersih pendapatan PT. Freeport. Dimana letak keadilan itu?, disaat para kolomerat menikmati hasil perusahaan tambang tersebut mereka lupa bahwa masyarakat Papua tidak segelintirpun menikmati hasil dari tanah mereka sendiri, malah justru Papua menajdi pulau yang paling terbelakang.
Masa Aksi
Permasalahan bangsa ini tidak akan terselesaikan apabila pihak yang tersadarkan ini tidak melakukan konfrontasi serta tidak melakukan tindakan untuk membenamkan segala kebodohan.
Permasalahan pemikiran menjadi peran yang central untuk mengarahkan suatu kebangkitan. Ideologi sekulerisme berhasil menelorkan pemikiran kapitalis di benak pemikiran mahasiswa. Memisahkan peran aturan-aturan sang Khaliq ke dalam kehidupan merupakan permasalahan utama mahasiswa sekarang ini, sehingga mereka menganggap aturan itu hanya berada dalam hal ibadah saja. Urusan duniawi mereka cenderung membuat aturan sendiri.
Itulah titik awal mahasiswa mulai terserang pemikiran kapitalis. Orientasi materi dan perut menjadi hal yang diutamakan. Sebagaian dari mahasiswa lebih memilih menjadi mahasiswa akademisi saja yang setelah lulus bisa bekerja di tempat yang mentereng. Maka tidak heran banyak mahasiswa setelah lulus lalu menjabat menjadi pejabat korup.
Pembajakkan pemikiran kapitalisme harus disudahi, sehingga mahasiswa tidak lagi terjerumus pada jurang pragmatisme dan apatisme. Saatnya mahasiswa bertindak sebagaimana slogan Agent Of Change yang disematkan pada mereka. Mahasiswa harus kembali ke jalur yang benar yaitu masuk keranah politik dan membahasnya sebagai pembuka solusi yang tepat.
Saatnya mahasiswa terbangun dari tidur panjangnya dan berlepas diri dari selimut-selimut yang melalaikan akan kebangkitan itu. Maka kebangkitan itu semakin nyata jika mahasiswa mengambil landasan berfikir yang benar. Jelas sekulerisme dan kapitalisme menjadi musuh kita bersama, dan menjadi tugas kita untuk membebaskan mahasiswa dari jeratan kedua hal tersebut, sehingga mereka terarahkan ke jalan perjuangan yang sebenarnya.
Arah Perjuangan Kita Kawan
Bila kita sudah mengetahui berbagai permasalahan-permasalahan di negeri ini maka sudah saatnya mahasiswa menyatukan arah pemikiran dan gerak perjuangan. Diawal ini, menjadi hal yang wajib bagi mahasiswa untuk berlepas diri dari ideologi yang menyesatkan yaitu sekulerisme dan sosialisme menuju ideologi yang sesuai terhadab fitrah manusia yaitu ideologi Islam. Mahasiswa dapat menemukan kebangkitan ketika mengambil islam tidak sebatas bersifat ruhiyah namun ruang lingkup pemikiran wajib menjadi landasan berfikir mahasiswa.
Bila mahasiswa sudah menyatukan pemikiran dan arah gerak maka dengan sendirinya mereka akan memperjuangkan dan mengopinikan islam sebagai solusi dari berbagai permasalahan bangsa ini. Perlu pembaca ketahui bahwa Islam tidak hanya mengatur dalam hal ibadah namun urusan duniawi pun diatur didalamnya termasuk urusan negara.Hal itu dibuktikan ddengan berdirinya supremasi hukum islam di dalam Khilafah Islamiyah yang agung itu. [syahid/voa-islam.com]