View Full Version
Jum'at, 17 Feb 2017

Valentine Telah Berlalu, Maksiat di Kota Santri Membuat Malu

Oleh: Priani,S.Pd*

Tanggal 14 Februari kemarin, masih ada saja remaja muslim yang merayakan Valentine day. Katanya sih, hari kasih sayang. Padahal jika paham sejarah, Valentine day bukanlah dari Islam. Perayaan tersebut adalah budaya kafir yang saat ini mempengaruhi pemuda muslim. Lihat saja apa yang terjadi di Kota Santri, Jombang. Di malam V-day, Satpol PP Jombang dan petugas kepolisian Polres Jombang melakukan razia di beberapa hotel di Kota Santri tersebut. Hasilnya, sebanyak 6 pasangan mesum yang sedang asyik berduaan di dalam kamar berhasil diamankan petugas. (kabarjombang.com, 14/02/2017)

Lihatlah, budaya barat ini berhasil mempengaruhi perilaku remaja muslim. Padahal, baik MUI pusat maupun MUI Kabupaten Jombang sudah memfatwakan haram merayakan Valentine day. Ketua MUI Kabupaten Jombang KH Kholil Dahlan, Pengasuh Pondok Pesantren Darul Ulum Peterongan sudah melakukan himbauan kepada masyarakat untuk tidak merayakan valentine. Himbauan ini sudah disampaikan kepada tokoh-tokoh masyarakat dan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopinda) Kab Jombang. (kabarjombang.com,  13/02/2017)

Jika kita perhatikan banyak faktor penyebab generasi muslim terjerumus dalam kemaksiatan Valentine day. Iman pelaku yang lemah, keluarga kurang mendidik dan mencurahkan kasih sayang kepada anak, sistem pendidikan sekuler(memisahkan agama dari kehidupan), agama yang diajarkan hanya 2-4 jam per minggu, sistem pergaulan yang liberal(bebas), sistem sanksi yang tidak memberikan efek jera, itu hanya sebagian faktor merebaknya kemaksiatan di negeri ini secara umum dan Jombang secara khusus. Mari berpikir bersama untuk menemukan solusi bagi masa depan generasi.

Pendidikan saat ini yang lebih fokus pada materi (nilai, ijazah, kerja), membuat remaja kehilangan jati diri. Kalaupun ada pelajaran agama, mapel ini belum mampu menjadi pedoman hidup remaja muslim.Hasilnya yaitu remaja lebih mengidolakan gaya hidup barat yang penuh maksiat daripada nilai-nilai Islam yang penuh dengan kebaikan.

Diperparah dengan sistem demokrasi yang menjamin kebebasan berperilaku individu, semakin jauh saja para remaja dari ajaran Islam yang suci dan lurus ini. Dengan demokrasi, mereka seakan-akan mendapatkan kebebasan. Faktanya, itu semua adalah konsep kebablasan yang membuat remaja semakin sulit dikendalikan.

Lalu, bagaimana mengembalikan remaja agar kembali lagi pada fitrah dirinya yang suci? Haruslah dipahami dulu bahwa usia remaja sudah bukan anak-anak lagi. Mereka sudah mencapai usia baligh sehingga wajib atasnya terikat dengan aturan Illahi.

Sistem Islam adalah sistem yang sempurna. Di dalam pergaulan, ada batasan yang harus diketahui dan dipatuhi. Islam memberi aturan yang menjaga interaksi laki-laki dan perempuan agar berjalan dengan kesucian dan penuh ketakwaan. Islam juga memiliki sistem sanksi yang tegas dan berkeadilan yang membawa ketentraman pada masyarakat. Sistem sanksi dalam Islam memberikan efek jera bagi pelaku maksiat. Dari titik ini saja, angka pelaku kemaksiatan bisa ditekan serendah-rendahnya meskipun bukan berarti hilang sama sekali.

Tidak zamannya lagi remaja Muslim ikut-ikutan merayakan Valentine day yang penuh kemaksiatan. Saatnya generasi muslim sadar akan posisi dirinya sebagai umat yang terbaik. Tak perlu membebek budaya lain, tekadkan diri untuk menjadi remaja smart dengan Islam. Itu saja. (riafariana/voa-islam.com)

*Pemerhati Remaja, tinggal di Jombang

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version