View Full Version
Ahad, 19 Feb 2017

Sadarlah Punk!

Oleh: Aufa Ibnu Junaidi Ath Thayibi

Punk, sebagai cara hidup yang mencakup aspek sosial dan politik. Penilaian punk dalam melihat suatu masalah dapat dilihat melalui lirik-lirik lagunya yang bercerita tentang masalah politik, lingkungan hidup, ekonomi, ideologi, sosial dan bahkan masalah agama. Punk di dalam masyarakat memiliki citra yang buruk.

Punk berpedoman pada satu prinsip yaitu Kebebasan. Mereka bebas melakukan sesuatu dan seolah tidak terikat aturan. Anak punk pun bebas untuk berekspresi. Ketenangan mereka merujuk pada kekerasan dan mabuk-mabukan. Mereka akan puas ketika sudah berbuat kekerasan, mereka akan puas kalau sudah teler. Kurang lebih keseharian anak punk adalah pengangguran. Bebas berteman, sesama laki-laki maupun perempuan.

Para punker biasanya datang secara berkelompok berkumpul dari satu tongkrongan ke tongkrongan yang lain. Sekilas mereka bercirikan: rambut mohawk, jaket penuh spike, kaos hitam bergambar band-band punk dengan berbagai slogan anti kemapanan. Kaki mereka dibalut celana pipa ketat dan mengenakan sepatu boot, ada juga yang hanya bersandal jepit. Mereka nongkrong di beranda depan pusat perbelanjaan, pasar-pasar ataupun pusat keramaian.

Tidak jarang mereka juga menempati lahan kosong yang tak berpenghuni untuk sekedar melepas penat, setelah seharian berada di jalanan, sambil asik ngobrol dan bermain musik. Dengan ukulele (kentrung), gitar dan jimbe mereka menyanyikan lagu-lagu sambil menggali makna dari lirik lagu, dan di sinilah proses belajar dan mengajar secara tidak langsung terjadi di komunitas ini secara alamiah.

Di negara asalnya inggris, punk lahir sebagai perwujudan ketidaksesuaian mereka pada pemerintah. Punk selalu berusaha menunjukkan eksistensinya, melalui tindakan criminal, lagu-lagu, slogan, gaya hidup, dan adatistiadat mereka terhadap satu sama lain. Contoh slogan mereka seperti “we can do it ourselves”, dan “do it yourself”. Sehingga mereka selalu berbuat sesuka hati dan nekat.

Lalu bagaimana dampaknya bagi negeri ini. Punk membawa segudang masalah. Punk menjadi cikal bakal anak anak yang nakal menjadi lebih nakal, menjadi seorang criminal. Mudahnya transaksi narkoba di mana mana, perkelahian tidak bisa dihindari. Generasi muda rusak dengan masifnya. Ini sebenarnya merupakan sebuah dampak dari kapitalisme. Dilihat dari sejarahnya tadi, membuktikan bahwa punk merupakan salah satu dari dampaknya penerapan kapitalis. Golongan yang miskin diterlantarkan. Hukum rimba semakin tegak. Dengan prinsip uang adalah segalanya.

Masyarakat awam sampai saat ini mungkin masih memandang Punk sebagai sebuah organisasi yang terpusat dan berada pada satu komando tertentu. Pada kenyataannya, punk adalah satuan-satuan kecil komunitas yang menyebar. Di luar itu, adalah massa cair seperti yang dipresentasikan para gerombolan yang beratribut punk di jalanan. Masalah ekonomi, kemiskinan, dan keluarga ternyata masih menjadi arus utama lahirnya komunitas punk. Latar belakang ini tidak hanya terjadi di tempat di mana punk dilahirkan, akan tetapi kemudian merambah ke seluruh dunia, Amerika bahkan kini sampai kepada anak muda Indonesia. Sebuah modul gaya hidup ala punk menyebar hampir tidak terkendali.

 Selain itu bagi anak punk sendiri, mereka memilih kehidupan sebagai anak punk merupakan pelarian mereka terhadap sistem pemakan rakyat ini. Yang hanya mementingkan kekuasaan para elite dan penguasanya. Mereka bingung terhadap masa depannya, membebaskan jiwwanya kepada hal yang salah. Hingga pada akhirnya menumbuh subur bak penyakit yang menggurita. Menjadi budaya yang merusak generasi muda. Lalu bagaimana masa depan yang cerah akan tercipta. Budaya punk tidaklah menunjukkan budaya yang dewasa dan mulia. Ini justru merupakan simbol dari kecacatan dan ketidakmatangan ideologi dan sistem kapitalisme.

Karena merupakan kesalahan sistem yang mendasar, cara memperbaikinya adalah dengan menghapus sistemnya. Dan mengganti dengan sisem yang mengatur masalah pergaulan juga. Menanamkan ketauhidan kepada jiwa mereka. Menyadarkan mereka bahwa ada tujuan yang lebih klimaks daripada di dunia. Mengajarkan aqidah dalam setiap pembelajaran dalam kehidupan dan pendidikan. Sehingga kecerdasan yang didapat bukanlah sekedar kecerdasan akal saja, yang selama ini ingin diwujudkan sistem kapitalis.

Namun kecerdasan cara berpikir yang benar bahwasanya segala sesuatu yang mencakup alam semesta, kehidupan dan manusia, memiliki awal dan akhir. Tidak abadi dan hanya sebagai fasilitas dunia agar manusia dapat melewati ujian mereka di kehidupannya dan mencapai tujuan akhir mereka masing masing. Kalimat dakwah mengungkapkan penentangan terhadap penindasan, atau meminta pertanggungjawaban penguasa yang zalim adalah sikap mulia, daripada menggelandangkan diri pada ketidakpastian. Ambilah Islam sebagai jalan hidup, kawan… [syahid/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version