Sahabat VOA-Islam...
Cinta adalah anugrah yang diberikan oleh Allah Swt. kepada setiap makhluk-Nya. Cinta juga merupakan fitrah manusia yang setiap orang pasti pernah merasakannya. Rasulullah Saw bersabda “ciri dari cinta sejati ada tiga : Pertama, lebih suka berbicara dengan yang dicintai dibanding dengan yang lain. Kedua, lebih suka berkumpul dengan yang dicintai dibanding dengan yang lain.
Ketiga, lebih suka mengikuti kemauan yang dicintai dibanding kemauan orang lain/diri sendiri. Bagi orang yang telah jatuh cinta pada Allah Swt, maka ia lebih suka berbicara dengan Allah dengan membaca firman-Nya. Lebih suka bercengkrama dengan Allah dalam I’tikaf, dan lebih suka mengikuti perintah Allah Swt daripada perintah yang lain.”
Sama halnya jika cinta itu kita jatuhkan kepada lawan jenis, maka kita akan suka dengan segala hal yang berhubungan dengannya. Namun bagaimana dengan cinta yang belum melalui proses pernikahan atau yang sering disebut dengan ‘pacaran’? Ini lah jenis cinta yang harus dihentikan. Karena memandangnya adalah dosa, menyentuhnya pun juga dosa, bahkan memikirkannya saja kita akan mendapatkan dosa yang berlipat ganda akibatnya.
Allah Swt berfirman yang Artinya :
“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji ( Fahisyah ) dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra’:32)
Dari ayat diatas sudah sangat jelas, bahwa Allah Swt melarang apa saja yang bisa mendekatkan kita pada zina. Karena zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Mendekatinya saja tidak boleh, apalagi melakukannya. Pacaran memang belum tentu berujung zina, tapi semua zina sudah barang pasti berawal dari yang namanya pacaran. Dan didalam pacaran itu banyak sekali hal-hal yang mendekatkan kita pada zina. Karena zina itu banyak macamnya, mulai dari zina mata, zina hati, dan lain sebagainya dan itu semua terdapat dalam pacaran. Dan sungguh merugi apabila ada orang yang melakukan pacaran dengan alasan untuk menikah.
Allah Swt berfirman yang Artinya :
“Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunnya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS. Thaha: 124)
Jika Allah Swt sudah memberikan peringatan, dan sudah jelas-jelas melarangnya, kewajiban kita yang berikutnya adalah menjauhi segala larangannya. Apabila kita tetap melakukannya niscaya kita akan mendapatkan kehidupan yang sempit dan menyakitkan sebagai akibat dari perbuatan maksiat kita kepada Allah Swt dan berpaling dari petunjuk wahyu. Banyak pernikahan yang didahului dengan pacaran berakhir dengan perceraian, hal itu terbukti dari penelitian yang dilakukan oleh dosen sosiologi Mesir, Ismail Abdul Bari terhadap 1500 keluarga didapatkan bahwa lebih dari 75% pernikahan yang didahului pacaran justru berakhir dengan perceraian. Jika dibandingkan dengan pernikahan yang tidak didahului dengan pacaran yang tidak lebih dari 5% kasus perceraian..
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Wahai para pemuda barangsiapa diantara kalian yang telah memiliki kemampuan (ba-ah) maka hendaklah dia menikah, karena sesungguhnya menikah lebih menjaga kemaluan. Dan barangsiapa yang belum memiliki kemampuan maka hendaknya dia berpuasa karena berpuasa merupakan tameng baginya.”
Apabila kita memang mampu untuk menikah, baik itu dari segi materil atau pun non materil, maka menikahlah. Namun apabila belum mampu, maka berpuasa adalah jalan terbaik. karena dengan berpuasa kita mampu menjaga diri kita dari kehendak nafsu syaitan yang selalu menggoda dan mengajak kita kepada jalan kemaksiatan.
Allah Swt Berfirman yang Artinya :
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97)
Maka untuk kita semua yang belum menikah, alangkah baiknya kita isi hari-hari kita dengan memperbanyak amal saleh dan banyak beribadah pada Allah Swt, karena banyak yang bisa kita kerjakan, mulai dari mengikuti kajian keislaman, memperbaiki bacaan dan menambah hafalan Al-Qur’an, berbakti kepada kedua orang tua, dan masih banyak hal lainnya yang jauh lebih bermanfaat dibandingkan pacaran. Yang dimana dengan pacaran itu sama saja kita hanya membuang-buang waktu, uang, dan fikiran yang kita punya, dan lebih parahnya lagi hanya menambah tabungan dosa kita diakhirat kelak, Naudzubillahi min dzalik. Semoga Allah senantiasa melindungi kita dari segala marabahaya dan kemudharatan yang terjadi. Aamiin Allahumma Aamiin
Marilah kita bersama-sama memperbaiki diri, memperbaiki diri semata-mata untuk mencari ridha Allah dan Rasul-Nya. Kalaupun memang dia jodoh kita, maka Allah akan dekatkan ia dengan cara-Nya. Dan kalaupun bukan, semoga bisa saling meng-Ikhlaskan. Karena ”Perempuan-perempuan yang keji adalah untuk laki-laki yang keji. Dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji (pula). Dan perempuan-perempuan yang baik adalah untuk laki-laki yang baik. Dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula). Mereka bersih dari apa yang dituduhkan orang kepada mereka. Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia (surga)” (QS. An-Nur: 26).
Wallahu A’lam Bishawab. [syahid/voa-islam.com]
Kiriman Muhammad Iqbal Muttaqin, STEI SEBI)