Satu hari, seorang gadis ABG mendatangi saya. Dia mengadukan tentang salah satu temannya yang tidak mau berbaur dengan teman lainnya.
“Dia itu pilih-pilih, tidak mau berteman dengan teman yang lain kecuali sahabat dekatnya saja. Waktu kerja kelompok, dia pun gak mau ada di kelompok lain. Maunya dengan teman yang itu-itu saja. Kalau terpaksa jadi satu kelompok dengan orang lain, dia tidak mau berbaur dan mengerjakan tugas kelompok sendirian,” jelasnya panjang lebar.
Karena posisi sudah di atas motor dan hendak pulang, saya membutuhkan solusi cepat untuk masalah ini. Masalah yang bagi ABG mungkin sedemikian pelik dan mengganggu sehingga dia merasa butuh mengadu.
“Masalah kelompokan, sebaiknya kamu membicarakan hal ini dengan guru bidang studi supaya dicarikan jalan keluarnya. Tapi secara umum, akan ada karakter seperti itu dalam lingkungan pergaulan kita. Yang penting, kita bukan menjadi orang yang menurut kita sendiri adalah sosok yang tidak menyenangkan. Kita tidak bisa mengubah sikap orang lain ke kita, tapi kita bisa mengubah sikap dan persepsi kita terhadap orang lain.”
...Intinya, ada di sikap kita sendiri mau menerima atau tidak keunikan teman-teman kita dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Tetap berbuat baiklah pada semua orang...
Saya tahu penjelasan ini masih abstrak, sehingga butuh pendetilan.
“Biarlah dia dengan sikapnya. Kalau bisa dinasehati ya bolehlah kalau kamu ingin menasehatinya. Tapi bila dia tetap dengan sikapnya tersebut, maka biarkan saja. Masing-masing tumbuh dengan karakternya. Kamu saja yang harus belajar menerima bahwa tidak semua temanmu memunyai sikap dan karakter yang sesuai dengan apa yang kamu mau. Jadi belajarlah menyesuaikan dan menghormati apa yang ada.
Intinya, ada di sikap kita sendiri mau menerima atau tidak keunikan teman-teman kita dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Tetap berbuat baiklah pada semua orang. Karakter yang bisa menerima keberagaman karakter teman, insya Allah ke depan akan jauh menjadi sosok yang mudah beradaptasi dan memunyai banyak teman yang menjadikan hidupnya indah dan berwarna.”
Sepertinya dia paham, karena terlihat eskpresi puas di wajah polosnya.
Yaa....tidak semua hal yang terjadi di sekitar harus sesuai dengan apa yang kita mau. Pun dalam hal berteman, akan banyak keragaman karakter yang muncul. Saling menghormati dan menerima adalah kunci langgengnya pertemanan yang itu bisa semakin erat dengan nama persahabatan. Biarlah kebaikan itu dimulai dari diri sendiri, yang kemudian insya Allah menular pada teman lainnya. Karena seringkali hal yang sepertinya terlihat sepele yaitu adanya rasa menghargai terhadap keunikan karakter dan prinsip teman, bisa menjadi cikal-bakal pecahnya hubungan pertemanan.
Semoga saja tulisan yang diangkat dari kisah nyata ini bisa menginspirasi semua, bukan hanya ABG saja. Karena sungguh, seribu teman itu terlalu sedikit sedangkan satu musuh itu terlalu banyak. Wallahu alam. (riafariana/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google