View Full Version
Rabu, 26 Apr 2017

Coretan Ruh Peradaban

Oleh: Ahmad Ghozi (Mahasiswa STEBI)

Seharusnya saat ini peradaban telah tenggelam di selimuti kegelapan. Namun, peradaban ini terselamatkan melalui tangan para donatur peradaban yang menghasilkan karya-karya intelektualnya. Melalui tulisan tangan mereka, ilmu pengetahuan tetap terjaga dan tidak habis seiring bergantinya zaman. Karena sejatinya ilmu itu akan habis jika tidak di tuangkan kedalam sebuah tulisan.

Begitu berjasa sebuah tulisan, karena sebuah tulisan dapat memberikan konstribusi besar untuk membangun sebuah peradaban. Saat peradaban Islam di Eropa, Islam memiliki budaya menulis dan membaca, sehingga peradaban di Eropa menunjukan masa keemasannya. Lewat tulisan para ilmuan muslim berkarya dan membangun peradaban.

 

Menulis dan Peradaban

Menulis merupakan cara untuk menjaga ilmu, maka tak heran jika para ilmuan yang memiliki banyak karya tulis yang di karangnyanya. Menulis tidak menjadikan ilmu hanya ada di dalam otak saja, karena setiap orang akan mengalami penurunan kualitas ingatan dan kinerja otak pada masa tuanya. Al-Qur'an pun memberi isyarat betapa pentingnya menulis, bahkan di jadikan sebagai nama didalam sebuah surah, yaitu surat Al-Qalam (pena) yang mengibaratkan bahwa menulis merupakan perintah dari Allah Swt.

Di dalam sebuah syair, ilmu di ibaratkan sebagai binatang buruan, yang mana binatang buruan itu akan kabur jika tidak di ikat. Maka ikatlah ilmu dengan menulis. karena dengan menulis, ilmu yang kita miliki tidak akan lari dari ingatan.

Pentingnya menulis pun diterapkan saat Rasulullah Saw menerima wahyu, beliau memerintahkan para sahabat untuk mencatat setiap wahyu yang turun untuk mereka hafalkan dan mereka amalkan. Dan saat pemerintahan khalifah Umar bin Khatab, saat itu banyak dari penghafal Qur`an yang syahid di medan perang, hal ini menimbulkan kekhawatiran akan hilangnya Al-Qur`an beriringan dengan kematian para penghafal Al-Qur`an.

Sehingga Umar berijtihad mengumpulkan Al-Qur`an menjadi satu mushaf, agar Al-Qur`an tidak hilang dan dapat terus di hafalkan dan diamalkan pada setiap generasi selanjutnya. Bisa di bayangkan, seandainya Al Qur'an tidak di catat atau tidak secara utuh kita terima, mungkin saat ini peradaban berada di dalam masa kegelapan.

Dan bagi seorang inisiator peradaban, menulis adalah suatu hal yang penting agar pergerakan tidak hanya berhenti pada masa keemasannya. Melalui tulisan, ghiroh perjuangan akan tetap ada dan abadi pada setiap zaman. Imam Syahid Hasan Al-Bana sebagai pejuang yang memiliki perjuangan dakwah yang luar biasa, sehingga beliau di sangat di takuti oleh musuh islam selama hidupnya. Dan setelah beliau wafat, melalui karya-karyanyalah semangat perjuangan beliau masih tetap ada dan terasa sampai saat ini. Karena menulis adalah cara untuk menambah umur keilmuan seseorang.

Telah kita rasakan bagaimana karya – karya intelektual dari para ilmuan terdahulu mampu membangun peradaban modern pada saat ini. Karya – karya mereka menjadi rujukan di berbagai universitas dan di gunakan sebagai standar pembelajaran. Seperti buku Qanun fi At-thibb karangan ibnu sina (Avicenna) yang menjadi rujukan ilmu kedokteran di Eropa. padahal ibnu sina hanya hidup selama 57 tahun (980-1037). melalui tulisannya, kehadirannya pada seribu tahun silam, menjadikan nama dan keilmuan Ibnu sina masih sangat berkesan sampai saat ini.

Seperti itulah nama orang – orang besar tetap terkenang di sepanjang zaman, dari sebuah tulisan tangan para pahlawan abadi. Walaupun namanya tak seharum pahlawan berdarah, tetapi jasa mereka tetap terasa sepanjang zaman. Dengan memberikan hadiah sebagai ungkapan cintanya untuk terus membangun peradaban dunia. Telah banyak pengalaman dari para ilmuan dengan tulisannya yang walaupun hanya sedikit, tetapi dapat menjadikan peradaban berubah menjadi lebih baik. [syahid/voa-islam.com]

 

Referensi:

Biografi para Ilmuan Muslim/wahyu murtiningsih;Yogyakarta;Insan madani,2009.

Membina Angkatan Mujahid/Said Hawa;Era Media;2000.


latestnews

View Full Version