View Full Version
Ahad, 30 Apr 2017

Indonesia Darurat Sekulerisme

Indonesia Darurat Sekulerisme

Akhir-akhir ini banyak dikejutkan dengan tanggapan tokoh yang intinya tidak memperbolehkan menyatukan antara perkara politik dan agama. Padahal sudah jelas sekali ketika semua perbuatan  dipisahkan dengan agama akan rusak. Kenapa bisa? Karena tidak memakai aturan yang berasal dari sang pencipta yang paling memahami apa yang terbaik untuk manusia.Ibarat robot, yang mengerti cara mengendalikan hanya yang membuat.

Alhasil, ketika gunung emas di Papua diserahkan kepada asing yang harusnya dikelola negara untuk kesejahteraan rakyat, apa yang terjadi? Alih-alih rakyat Papua  mengalami peningkatankesejahteraan,yang terjadi justru sebaliknya banyak dari anak-anak papua yang tidak mendapatkan pendidikan yang layak, makan sesuap nasi pun susah, bahkan masih banyak suku pedalaman Papua yang belum memakai pakaian yang layak dengan dalih melestarikan budaya setempat. Budaya memakai koteka itu bukan pelestarian tapi mirip pembodohan.

Padahal secara logika, gunung emas yang menjulang tinggi yang kini telah menjadi lembah yang curam, jika dikelola dengan negara sendiri akan lebih menguntungkan. Dan sebaliknya, ketika dikelola oleh asing kita tidak mendapatkan untung melainkan hanya limbah dari emas tersebut. Bukan hanya terjadi di tanah Papua, tapi juga di seluruh wilayah yang kaya akan sumber daya alam.

 

Cengkaraman Sekulerisme

Negara benar-benar sudah digadaikan kepada pihak asing. Sebagai perbandingan, pada Juni 2015, tanah Nusa Tenggara Barat dikeruk hasil buminya untuk diekspor ketiga negara—Korea Selatan, Jepang, dan Philipina—dengan total sebesar 93,59 persen, atau senilai US$80,3 juta (Data BPS NTB, Juni 2015). Itu baru dari provinsi kecil, belum dari provinsi besar lainnya.

Indonesia yang kaya akan sumber daya alam, gunung emas, belum lagi laut dan isinya, kilang minyak, hasil hutan, dan lain-lain, bisa dibayangkan negara yang sekaya ini jatuh ke tangan asing.Mengapa itu semua bisa terjadi? Siapa yang patut disalahkan?Mungkin tak banyak warga Indonesia yang berfikir seperti itu.Kita terlalu  disibukkan mencari sebanyak-banyaknya uang untuk mempertahankan hidup dan tuntutan ekonomi. Badan Pusat Statistik mencatat terjadi kenaikan jumlah penduduk miskin secara tahunan menjadi 28,51 juta orang pada September 2015 atau bertambah 780 ribu orang dibanding September 2014 yang sebesar 27,73 juta orang.

Itulah negara kita yang kaya akan hasil alam, tapi rakyatnya sendiri kesulitan untuk memenuhikebutuhan primernya.Kini sudah saatnya kita berfikir lebih dalam tentang semua fakta yang telah terjadi di indonesia, bagaimana mungkin ini semua bisa terjadi.Sadar atau tidak tapi inilah yang terjadi.Pemerintah berusaha untuk tidak ikut campur tangan dalam masalah rakyat. Dampaknya pun semakin parah. Yang miskin tambah miskin dan hidup sengsara.

"Kebijakan subsidi dihilangkan, menurut saya kebijakan berbahaya," kata Pengamat dari Management and Economics Development Studies (MECODEstudies) Mangasa Augustinus Sipahutar kepada Okezone di Jakarta.

Tidak ada upaya pemberantasan kemiskinan yang dilakukan pemerintah, kalaupun ada sangat lamban progressnya,  yang ada hanya pembunuhan rakyat miskin.Tarif pajak terus meningkat yang tentu saja membuat rakyat tercekik. Negeri-negeri akhir zaman yang tidak menganut sistem Islam akan sedikit demi sedikit akan hancur. Mereka mengadopsi sistem pemerintahan yang salah untuk mengelola masyarakat. Itu semua akibat dari sekulerisme yang mencekam Indonesia.

“Urusan agama ya di tempat ibadah kalau dalam kehidupan sehari-hari ya nggak usah bawa-bawa agama”, Itu pendapat masyarakat kebanyakan. Padahal Allah telah berfirman yang artinya :

“Janganlah kamu campur-adukkan antara kebenaran dan kebatilan, dan kamu sembunyikan yang benar padahal kamu mengetahuinya.“ (Qs AlBaqarah: 42 )

Yang buruk dengan yang buruk dan yang baik dengan yang baik. Tidak bisa mencampur adukkan yang buruk dengan yang baik. Semuanya harus sepaket seperti Islam. Di dalam Islam sudah tercipta sepaket dengan aturannya jadi tidak bisa seenaknya kita memakai aturan manusia yang jelas-jelas makhluk yang lemah.

Sudah saatnya untuk beralih ke sistem Islam sebagai satu-satunya solusi bagi umat manusia untuk keluar dari krisis yang selama ini mengungkung dan dapat hidup sejahtera. Untuk itu, kita membutuhkan Khilafah Islamiyah sebagai institusi yang menerapkannya. [syahid/voa-islam.com]

Kiriman Alimatul Mufida Siswa SMA AL-AZHAR Tulungagung


latestnews

View Full Version