View Full Version
Kamis, 04 May 2017

Madesu Remaja, Kamu Mau?

Oleh: Aziz Rohman*

Eh, Sob… Tahun ini kayaknya tranding topik kita ngomongin agama nih. Mulai dari Habib Rizieq, Uus, Urnest, Zakir Naik, Inul sampe yang terbaru Ust. Felix Siauw. Alhamdulillah, ghirah keislaman teman-teman kita nggak pernah padam di tengah-tengah godaan jeratan dunia hiburan yang makin hedonis dan liberal alias bebas nggak ngenal aturan.

Di tengah zaman yang edan ini kita juga mesti kuat ni Sob, agar tidak madesu (masa depan suram). Gimana nggak edan coba. Akhir-akhir ini umat Islam diberi cobaan yang nggak masuk akal. Panji Rasulullah dibilang bendera teroris, ngadain pengajian dibubarkan. Haduh, benar-benar edan. Meski gitu sebagai generasi muda kita juga mesti tau nih, bahwa biar bagaimanapun kita adalah generasi penerus. Dan sebaik-baik generasi penerus adalah mereka yang taat kepada agamanya.

Islam dan Para muda

Sobat rohimakumullah… Islam dengan seperangkat aturannya, secara alami sebenarnya telah menjaga keberlangsungan generasi. Sebelum kita lahir, Islam telah memiliki seperangkat aturan agar kita menjadi anak yang bener dan nggak memberi celah buat jadi anak nakal. Mulai merencanakan pernikahan, proses taaruf sampe menikah pun semua ada aturannya. Kemudian saat pasangan tersebut memunyai bayi itu yang tumbuh dewasa, Islam memiliki sistem yang mampu menjaga agar tetap menjadi manusia-manusia taat dan berkualitas jempolan. Namun, saat ini Islam udah nggak dipandang sebagai sebuah Sistem Hidup.

Perkembangan generasi mudanya pun makin hari semakin menyedihkan. Sekedar sholat lima waktu aja banyak di antara kawan-kawan kita yang masih bolong-bolong. Apalagi sholat jama’ah, malah sepi peminat. Masjid udah menjadi tempat yang nggak menarik lagi buat para muda. Seolah di dinding masjid tertulis (maaf), “Tempat ini hanya untuk orang tua dan orang tobat”. Ckckckc… Masjid udah kalah sama yang namanya mall dan café. Sekadar sholat aja berat, apalagi menghadiri sebuah kajian keislaman?

Tentu ini ironis, ngeliat para muda kita jauh dari kata “Islam”. Saat mereka alergi sama Islam maka pengajian dibubarkan seolah menjadi sesuatu yang wajar. Seolah pengajian adalah penyebab pergaulan bebas dan rusaknya moral. Benarkah demikian? Tentu tidak!

Serangan Budaya Asing

Orang-orang kafir selalu nggak suka jika umat Islam bersatu dan berjaya. Mereka akan senantiasa merusak generasi muslim lewat berbagai macam cara. Food, Fun, Fashion (3F) adalah salah satu upaya mereka untuk melemahkan kita-kita, para generasi muda. Mereka paham jika serangan fisik nggak akan mampu mereka menangkan. Makanya, mereka beralih kepada perang pemikiran (ghazwul fikri). Dan target empuk dari ghazwul fikri ini adalah para muda yang cenderung masih labil, mudah untuk diarahkan dan diwarnai.

Sobat sekalian yang kucinta, Melalui Food (makanan), mereka membuat kita gagal paham tentang konsep halal haram. Produk haram pun kian marak beredar di pasaran. Fun (kesenangan), membuat kita happy sampe lupa dan terlena sama kewajiban sebagai hamba Allah. Mereka menjadikan kita lebih peduli pada hal-hal yang nggak begitu penting sebenarnya. Musik, film, pacaran, bola menjadi sesuatu yang paling sering kita bahas, dibanding dengan kondisi umat saat ini. Fashion (pakaian), mereka sengaja menipu kita dengan mengatakan bahwa pakaian adalah salah satu ajang aktualisasi diri dan gaya hidup, bukan sebagai penutup aurat sebagai bukti ketaatan kepada Allah SWT.

Semua serangan pemikiran melalui masuknya budaya asing ini memiliki satu tujuan, agar umat Islam jauh dari agamanya. Ketika umat Islam sudah jauh dari Al qur’an dan As sunnah, maka mereka akan mudah untuk dikalahkan. Mereka mengejar materi dan kesenangan sebagai tujuan hidupnya. Allah bukan lagi sebagai sumber kebahagiaan karena sudah diganti dengan materi. Materi dijadikan sebagai sumber kebahagiaan baru yang ditawarkan orang kafir dan munafik.

Saat kenikmatan makanan lebih utama dari pada halal-haramnya, saat itulah materi sebagai sumber kebahagiaan. Saat alis sulam, operasi plastik dan segala macam bentuk fisik diubah demi satu kata, “cantik”. Maka, saat itulah materi sudah menjadi pengganti Allah dan hijab syar’i dianggap kuno dan primitif serta tak menarik. Mereka pun membuat saudari muslimah kita berlomba-lomba berpakaian telanjang untuk menarik perhatian. Maka, ghazwul fikri sukses dan berhasil dijalankan.  

Saat Para Muda Miskin Teladan

Saat Syariah Islam nggak lagi di terapkan, hukum-hukum Islam pun secara otomatis akan dicampakkan. Kehidupan liberal serba bebas pun merebak dimana-mana, bak jamur di musim penghujan. Sekulerisme telah benar-benar memisahkan antara agama dengan kehidupan. Umat menjadi kian lalai untuk taat kepada Allah SWT. Maka, tibalah kita pada satu masa dimana segala sesuatu akan dinilai dari penampakannya. Sukses diukur dari uang, mobil, harta, rumah, wajah ataupun selembar ijazah. Di kemudian hari pun menjadikan para muda mengidolakan para artis, pemain film ataupun pesepak bola.  

Saat seorang artis sudah dinobatkan sebagai sosok idola dan teladan, maka peraduan para muda-mudi Islam bukan lagi di masjid tapi di arena konser. Hasilnya bisa dilihat sekarang. Para muda tidak hanya mengambil paham kebebasan (liberal) tapi justru malah menjadi pembelanya. Para muda lebih suka mengundang artis ibu kota dari pada seorang ustadz ataupun kyai.

Miskinnya pemahaman para muda untuk menjadikan Muhammad SAW sebagai sosok teladan ideal adalah sinyal bahaya! Jika para muda udah nggak mau menjadikan beliau sebagai suri tauladan, maka nanti para muda juga akan nggak mau diatur dengan aturan Islam. Manusia terbaik nggak lagi jadi teladan, dan aturannya pun nggak lagi berlaku. Islam ditempatkan di satu tempat, dimana orang-orang tua, para pencari tobat dan orang meninggal saja yang mau dan boleh memakai aturan Islam. Jika hal ini telah terjadi, maka selamat datang di zaman terbalik! Zaman dimana saat ada sekelompok umat taat kepada aturan Islam dicap sebagai pelaku teror yang membahayakan kehidupan.

Terakhir nie….

Eh, Sob… Gimana nih masa depanmu??? Apakah kalian ingin agar para muda kita ini semakin rusak atau berubah. Kalo mau berubah maka, yuk kita rame-rame tobat massal. Datangi pengajian, datangi majelis ilmu dan juga lawan serangan budaya asing dengan taat pada aturan Allah SWT secara totalitas. Jika saat kita sedang ngaji lantas dibubarkan, percayalah mereka yang membubarkan itu sebetulnya belum paham. Andai mereka paham akan pentingnya menjaga moral para muda tentu mereka akan hadir dan mengikuti acara sampai selesai. (riafariana/voa-islam.com)

*(Pembina Soeara Peladjar)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version