Miris! Mengikuti perkembangan politik tanah air, benar-benar membuat dada sesak dan banyak istighfar. Demi memuluskan ambisi politik sekuler, kegiatan dakwah pun dihantam. Kali ini yang terkena imbas adalah Hizbut Tahrir Indonesia atau biasa disingkat HTI. Dengan alasan yang dibuat-buat, pemerintah seolah mendapat dukungan masyarakat dengan berusaha membubarkan partai ekstra parlemen ini.
Apapun kondisi yang akan dialami oleh saudara-saudara kita di HTI, ukhuwah islamiyah itu tetaplah harus ada. Seperti yang dituliskan oleh Maimon Herawati di status Fbnya, “HTI itu santun dan tidak berbahaya. Yang tidak santun dan membahayakan keutuhan bangsa itu Ahok. Gerakan HTI adalah gerakan pemikiran,...”
Maimon adalah dosen Unpad dan aktivis dakwah. Beliau adalah aktivis PKS namun mengapresiasi dakwah HTI karena sesungguhnya sesama muslim itu bersaudara, terlebih yang memang konsen dakwah amar makruf nahi mungkar dan meneruskan kehidupan Islam, juga menolak ide SIPILIS (sekularisme, pluralisme, dan liberalisme).
...Sunatullah dalam berdakwah, aral rintangan itu pasti datang juga. Tak selamanya dakwah mulus dan baik-baik saja...
Kepedulian ini adalah ikatan kebersamaan bahwa apapun kendaraan politik dan dakwah masing-masing, umat Islam seharusnyalah bersatu. Persatuan inilah yang sebetulnya menggentarkan musuh-musuh Islam dan tidak dikehendaki oleh mereka yang tidak ingin umat ini bangkit.
Kita lihat saja beberapa hari ke depan. Sunatullah dalam berdakwah, aral rintangan itu pasti datang juga. Tak selamanya dakwah mulus dan baik-baik saja. Isu ini dilemparkan karena sesungguhnya ada yang ingin dilindungi oleh pemerintah yaitu dia si penista agama. Kita semua berharap kondisi negeri yang seperti ini segera kembali ‘normal’. Meskipun istilah ‘normal’ di sini juga masih ambigu di saat rakyat makin tercekik dengan banyak kebijakan pemerintah yang menaikkan segala macam tarif dengan semena-mena.
Demi menguatkan semangat berjuang teman-teman di jalan Islam siapa pun mereka adanya, puisi yang saya kutip dari akun FB Abu Faaza semoga bisa mewakili.
Jika esok anakmu ditangkap, berbahagialah karena anakmu pejuang
Jika esok adikmu ditangkap,tersenyumlah karena adikmu pejuang
Jika abangmu esok ditangkap, ceritakanlah ke semua orang bahwa abangmu pejuang
Jika esok suamimu tertahan untuk tak lagi bisa pulang, berdoalah layaknya istri seorang pejuang
Jika esok abahmu ini ditangkap Nak, cerialah karena di darahmu mengalir darah pejuang
Esok jika satu peluru menembusku, tak perlu tangisan karena aku bersiap sejak petang tentang tarian seorang pejuang.
Selamat berjuang, teman! (riafariana/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google