Oleh: Nurul Ikoma
Seorang dokter biasanya menangani pasien di rumah sakit. Tapi kali ini dokter-dokter muda ini membacakan ayat di panggung Hafiz RCTI.
Mereka adalah dokter hafiz.
Dari kiri ke kanan.
1. dr. Khaerul, Bogor.
2. dr. Fitri, Purwokerto. Hafal 30 juz.
3. dr. Naelin, Purwokerto. Hafal 30 juz.
4. dr. Triana, Garut.
Ada kisah menarik yang dialami salah satu dokter muda ini. Saat sedang bertugas, dr. Khaerul menyaksikan sebuah kematian yang indah. Saat itu ada pasien sesak nafas. Sang dokter yang memeriksa terheran dan takjub melihat sang pasien.
"Wah... pasien ini luar biasa, dalam keadaan begini sudah pakai baju muslim dan kopyah. Badan pun sudah menghadap kiblat," cerita dokter Khaerul.
Saat itu masa menjelang maghrib dan kondisi pasien makin memburuk. Dalam keadaan yang tidak baik, tapi bapak itu berkomat-kamit (bisa jadi berdzikir atau murajaah).
Lalu keluarga minta ijin untuk mentalqin bapak itu. Dokter mengizinkan karena sang pasien sedang dalam kondisi sekaratul maut. Dan saat maghrib, bapak itu menghembuskan nafas terakhir.
Kematian yang mudah dan indah ini jadi pelajaran yang berharga bagi dokter Khaerul. Kemudian dokter Khaerul menceritakan kejadian ini pada dokter yang biasa menangani bapak itu di rumah sakit. Dan apa kata sang dokter?
"Saya sudah tahu. Bahkan bapak itu sudah pamit mau pulang pada saya tadi pagi."
"Jadi ternyata bapak itu sudah pamit pada dokternya, mungkin itu sebuah firasat, ya," cerita dokter Khaerul pada Irfan Hakim, si pembawa acara Hafiz Indonesia.
Kemudian dokter muda ini bertanya pada keluarga bagaimana keseharian pasien.
"Bapak tidak pernah meninggalkan sholat berjamaah di masjid," kata keluarganya.Mungkin amalan itulah yang menjadikan kematian bapak itu menjadi mudah dan indah.
Lalu kita... bagaimana kita nanti saat menghadapi sekaratul maut?
Bukankah kita sering mendengar bahwa kematian adalah nasehat terbaik?
Senyampang masih di bulan suci, marilah berlomba berbuat kebaikan yang pahalanya berlipat hingga seribu bulan. Wallahu alam. (riafariana/voa-islam.com)