View Full Version
Selasa, 20 Jun 2017

Mualaf Tara Blackthorn, Masuk Islam dan Berniqab sejak Kelas 11

Assalamu’alaikum. Ini adalah kisahku saat mulai berniqab. Aku masuk Islam saat masih duduk di kelas 11 atau setara dengan SMA kelas 2. Sebelum bersyahadat, aku sudah membiasakan diri memakai hijab dan jilbab. Begitu bersyahadat, pakaian ini sudah menjadi bagian dari diriku yang tak terpisahkan.

Mengenai pakaian muslimah, salah satu sister memberitahuku dalil tentang niqab. Di dalam Islam, ada dua pendapat ulama tentang pakaian muslimah. Niqab, menurutku adalah pendapat paling aman yang bisa kuambil. Aku pun memutuskan untuk memakainya nanti, insya Allah saat liburan musim panas. 

Sementara itu, aku pun bertanya pada diri sendiri mengapa harus menunggu liburan musim panas? Apa iya aku takut dengan reaksi teman-teman ketika mereka tahu bahwa aku memakai niqab? Sebelumnya, teman-temanku sudah cukup shock dengan perubahanku yang memakai jilbab dan hijab. Dan sekarang, masa iya kubuat mereka shock lagi dengan niqabku? Rasanya aku tak ingin lagi mendapat pandangan aneh dan kasak-kusuk tentang gaya berpakaian yang kupilih.

Astaghfirullah. Aku takut jangan-jangan aku telah melakukan dosa syirik karena lebih peduli terhadap omongan orang daripada penilaian Allah. Aku juga takut untuk naik kereta bawah tanah apabila memakai niqab. Banyak mata yang memandangku dengan begitu kejam seolah ingin membunuhku.

...Aku takut jangan-jangan aku telah melakukan dosa syirik karena lebih peduli terhadap omongan orang daripada penilaian Allah...

Saat aku menghadiri salat Jumat, qadarullah imamnya membahas tentang waktu. Saat itulah aku merasa makin sedih. Apa iya aku masih hidup hingga musim panas untuk memakai niqab? Mengingat salah satu temanku ada yang meninggal di awal tahun karena kecelakaan, siapa yang mengira usia dia hanya di situ saja? Aku pun semakin merasa mellow karena rasa kehilangan itu masih terasa. Ditambah dengan ceramah tentang waktu dan keinginan memakai niqab, aku semakin merasa takut.

Sabtu esoknya, aku mulai mengubah gayaku dalam memakai khimar/kerudung. Aku mulai menutup wajahku dan menyisakan kedua mata yang tidak tertutup. Keputusan ini, tidak pernah aku sesali seumur hidupku. Bagi siapa pun yang tinggal di New York pasti tahu kondisi sistem transportasi publik di kota ini. Jangan pernah takut untuk berniqab meskipun mungkin kondisinya tidak nyaman.

Saat naik kereta bawah tanah, aku selalu mengingatkan diriku tentang satu hadits sehingga aku menjadi tidak takut. Hadits itu menyatakan bahwa meskipun seluruh dunia ingin mencelakakan kita, hal itu tak akan mungkin terjadi kecuali dengan seizin Allah. Berbekal ini, aku pun menjadi tenang lagi. Semoga saja Allah selalu melindungi kita dan menjaga keimanan kita selalu. (riafariana/voa-islam.com)

Sumber: muslimconverts


latestnews

View Full Version