View Full Version
Senin, 17 Jul 2017

Pemuda Negarawan

Sahabat VOA-Islam...

Mendengar kata "negarawan" banyak orang beranggapan bahwa negarawan ialah penguasa atau orang-orang yang mengatur kenegaraan seperti Perdana Menteri, Presiden, dan lain sebagainya.

Padahal harus kita fahami terlebih dahulu bahwa Negarawan mengandung arti seorang pemimpin politik kreatif dan inovatif. Adapun didalam buku Pemikiran Politik Islam karya ustadz Abdul Qaddim Zallum dinyatakan bahwa:

"Negarawan merupakan seorang yang mempunyai mentalitas pemimpin (leadership) dan mampu mengatur urusan kenegaraan, menyelasaikan permasalahan, serta mengendalikan hubungan pribadi dan urusan umum."

Pemahaman mengenai negarawan ini merupakan pemahaman yang tidak benar. Bisa saja seorang penguasa yang tidak memiliki kriteria sebagai seorang negarawan. Dan sebaliknya, bisa juga orang biasa dapat menjadi seorang negarawan meskipun ia tidak melaksanakan tugas-tugas pemerintahan.

Sejak didirikannya Daulah Islamiyyah memiliki banyak tokoh ataupun pemuda yang berfikiran cerdas dan memiliki jiwa kenegarawanan. Namun setelah keruntuhan Khilafah utsmani pada tahun 1924, pemikiran dan jiwa ke-islaman dan kepemimpinannya mulai merosot secara bersamaan.

Bahkan tempat tumbuh dan berkembangnya para negarawan tersebut sudah tak ada lagi. Ummat Islam tak lagi menghasilkan  yang bermental negarawan, sehingga tak ada lagi orang-orang tersebut di tengah-tengah ummat.

Hanya dengan ilmu yang telah diberikan Allah dan diajarkan Rasulullah yaitu Al-Qur'an dan As-Sunnah, menghadirkan kembali tokoh-tokoh yang bermental negarawan.Saat ini ummat sedang mengalami perpecahan antar sesama Muslim. Dikarenakan adanya pemfitnahan dari segolongan kelompok.

Kriminalisasi ulama tumbuh dan berkembang dalam sistem yang salah dan sesat. Keadilan dalam hal kemanusiaan kepada rakyat telah musnah. Yang ada hanya mengurusi kepentingan-kepentingannya sendiri.

Rakyat dibiarkan merasakan melonjaknya harga bahan pokok dan harga listrik yang mencekik. Mungkin banyak keluarga yang kaya-raya menganggap bahwa itu hal yang biasa. Namun, banyak orang yang tak memiliki uang cukup untuk menanggung listrik yang sangat mahal.

Seorang penguasa yang mempunyai kewajiban mengurusi urusan negara. Tetapi saat mereka menaikkan harga listrik yang melonjak dan berlipat ganda, mereka tak memikirkan apa yang rakyatnya rasakan.

Penguasa tidak bisa disebut sebagai negarawan, karena tak bisa memecahkan masalah ummat. Juga mereka tak bisa mengatur kenegaraan karena yang dianutnya itu sistem buatan manusia sendiri, bukan buatan sang pencipta.

Allah telah memberikan aturan yang sempurna untuk manusia. Tetapi, manusia malah membuat aturannya sendiri. Aturan yang manusia buat itu tak sesuai fitrah sehingga ummat hidup di sistem yang salah ini harus merasakan kemiskinan, kerusakan, bahkan rela memfitnah dan bercerai dengan saudara sendiri demi uang.

Inilah sistem yang fatal dan merusak pola fikir masyarakat dengan hadlarah (peradaban) barat, pelajaran barat (tak sesuai dengan syari'at Islam), dan ekonomi yang sulit didapatkan serta pergaulan remaja yang hancur dan menghancurkan generasi mendatang.

Pemuda dan masyarakat tak dapat meraih jiwa sebagai negarawan bila hidup dalam lingkungan yang salah dan merusak akal. Pemuda sangat sulit meraih cita-cita yang di inginkannya karena tak diberikannya fasilitas yang bermutu.

Pemuda negarawan sulit ditemukan dalam sistem saat ini. Hanya dengan memahamkan tsaqafah yang berlandaskan aqidah islamiyyah agar pila fikir ummat berubah menjadi pola fikir yang islami.

Bila tsaqofah ini tersebar luas di kalangan kaum Muslimin dan terwujud dalam kehidupan mereka, maka tempat tumbuh para negarawan akan tercipta.

Pemuda negarawan ialah ia yang ber'amar makruf nahi' munkar kepada masyarakat, kerabat, maupun kepada penguasa. 'Amar ma'ruf nahi' munkar menandakan kecintaannya kepada masyarakat, memberikan solusi yang shahih dan tepat yakni mengajak berjuang bersama menerapkan Syari'at Islam.

Solusi satu-satunya hanyalah menerapkan syari'at dan menegakkan Khilafah Islamiyyah di muka bumi ini. Karena didalam negara Islam (Khilafah), yang diterapkannya hanyalah aturan Allah sang pencipta alam semesta, manusia, dan kehidupan ini.

Allah menciptakan manusia pasti dengan aturannya dan aturan itu pasti sesuai fitrah manusia. Didalam sistem Islam, tak akan ada rakyat yang kelaparan karena sistem Islam sangat mengasihi ummatnya sebagaimana perintah Allah dalam Al-Qur'an yang menjelaskan bahwa kewajiban mengasihi setiap manusia.

Dengan demikian, diharapkan tumbuh dan berkembang dengan subur para negarawan baru khususnya pemuda negarawan, yang mampu membawa umat pada kebangkitannya dan mampu menghasilkan perubahan dengan diterapkannya syari'at Islam.

"Siapa saja yang melihat kemunkaran, maka ubahlah dengan tangannya, dan apabila tidak mampu maka ubahlah dengan lisannya, dan apabila (masih) tidak mampu ubahlah dengan membenci (perbuatan) itu di dalam hatinya, dan itu adalah selemah-lemahnya iman." (HR. Muslim)

Saat ini terlihat kemunkaran dimana-mana. Kriminalisasi ulama, pemfitnahan terhadap ormas Islam, pemboman yang tak masuk akal dan masih banyak lagi kemunkaran yang terjadi di Indonesia. Semua obat ini ialah hanya dengan meng'amar ma'ruf nahi' munkar kepada ummat.

'Amar ma'ruf nahi' munkar merupakan kewajiban bagi setiap Muslim. Bila tak dilaksanakan maka dosalah ia. 'Amar ma'ruf nahi' munkar yakni mengajak kepada Islam yang kaaffah yang berlandaskan qur'an dan sunnah. [syahid/voa-islam.com]

Kiriman Anisa Agustiani, Murid di SMA Negeri 1 Nagreg


latestnews

View Full Version