Oleh: Hanifah Zallum (Pengisi Keputrian Sekolah Swasta di Bandung)
Andai matahati ditangan kananku,
takkan mampu merubah yakinku,
terpatri dan takkan terbeli dalam lubuk hati.
Bilakah Rembulan ditangan kiriku,
takkan sangguh mengganti imanku,
jiwa dan raga ini apapun adanya.
Itulah penggalan lirik lagu nasyid yang berjudul “Keimanan”, yang cukup populer pada saat saya masih SMA dulu, sekitar tahun 2005 atau 2006. Lirik yang mengandung arti dan makna. Penulis berpendapat kalau lirik ini terinspirasi oleh perkataan Rasulullah saat diminta untuk menghentikan dakwahnya oleh kaum Quraisy yang disampaikan melalui paman Beliau, Abu Thalib.
Saat itu kaum Quraisy tidak tahan lagi dengan aktivitas dakwah Rasulullah yang mereka anggap akan mengancam eksitensi kekuasaan mereka di Mekkah dengan menyerrang keyakinan mereka yang salah.
Berbagai macam cara mereka kerahkan untuk menghentikan laju dakwah Rasulullah. Namun tak satupun berhasil untuk menghentikannya. Akhirnya kaum Quraisy menempuh cara dengan meminta Abu Thalib membantu mereka untuk menghentikan dakwah Rasulullah. Awalnya Paman Rasulullah ini menolak, namun kaum Quraisy datang kedua kalinya dengan mengancaman Paman Beliau, mereka berkata:
”Wahai Abu Thalib, sungguh engkau orang yang kami tuakan, kami muliakan, dan punya kedudukan di sisi kami. Kami telah memintamu agar menghentikan aktivitas keponakanmu, tetapi kamu tidak melakukannya. Demi Allah, kami tidak akan sabar lagi jika Tuhan kami dicaci maki dan mimpi-mimpi kami dilecehkan. Untuk itu hentikan dia atau kamu akan melihat salah satu dari dua kelompok ini ada yang binasa.”
Akhirnya Abu Thalib pun menemui Rasulullah dan berkata: ”Wahai keponakanku sesungguhnya kaummu mendatangiku. Mereka berkata kepadaku begini dan begitu –karena mereka berkata demikian- maka selamatkanlah aku dan jaga dirimu, dan janganlah kamu membebani aku perkara yang tidak sanggup aku pikul.
Mendengar perkataan pamannya, Rasulullah menduga bahwa pamannya akan meninggalkan dan menyerahkannya, pamannya sudah lemah tidak mampu lagi menolongnya, maka Rasulullah SAW berkata: “Wahai paman, demi Allah, kalaupun mereka menaruh matahari di sebelah kananku dan bulan di sebelah kiriku supaya aku meninggalkan urusan (agama) ini, niscaya sekali-kali aku tidak akan meninggalkannya, sampai Allah memenangkan agamaNya atau aku binasa karenanya.” (siroh nabawiyah sisi politis:2006).
Kata-kata yang beliau sampaikan kepada pamannya, bagaikan gunung berapi yang akan meletus, jika gunung akan meletus tak ubahnya seperti tumpukan pasir panas yang siap menimbun siapa saja. Dan jika manusia walaupun dia kuat dan perkasa takkan mampu melawannya. Itulah gambaran jiwa yang memiliki keyakinan yang besar, tidak akan pernah berhenti untuk terus menyerukan dakwah Islam bahkan dia rela mati demi dakwah ini.
Jiwa-jiwa seperti itulah yang harus dan akan ada pada jiwa para pengemban dakwah Islam. Karena dakwah ini memiliki tujuan seperti halnya dakwah Rasulullah, bukanlah untuk harta, kekayaan ataupun kedudukan, namun bertujuan untuk menyampaikan dakwah dan menerapakan syariat yang dibawa Rasulullah yang akan membawa manusia pada keridhoanNya.
Sudah menjadi fitrahnya jalan cinta para pengemban dakwah itu beronak dan berliku serta penuh dengan resiko. Halangan dan rintangan datang menghadang dalam perjalanannya. Propaganda busuk, penghinaan, ancaman kesempitan hidup, sudah menjadi bagian dalan perjalanan dakwah ini. Seperti yang dulu dilakukan kaum Quraisy kepada dakwah Rasulullah SAW. Tak sedikit para sahabat mendapatkan siksaan, bahkan Rasul sendiri pernah merasakan siksaan dan perilaku buruk dari mereka.
Begitu pula ketika dakwah Rasulullah telah mendapatkan hasil yang baik di negeri Habasyi. Dimana para sahabat yang hijrah mendapatkan perlindungan dari penguasaannya saat itu, yaitu Raja Najasyi. Sehingga kaum Quraisy tidak bisa membawa mereka kembali ke Mekkah. Hal itu membuat kaum Quraisy naik pital, karena mereka tidak hanya gagal membawa kembali para sahabat yang hijrah, tetapi mereka juga tidak bisa berbuat banyak untuk menyakiti Rasulullah. Karena Rasulullah mendapatkan perlindungan dari keluargnya, bani Hasyim dan bani Muththalib.
Hal tersebut, membuat para pembesar kaum Quraisy bersepakat untuk melakukan pemboikotan terhadap Rasulullah dan para pendukungnya. Pemboikotan ini telah mendatangkan kesempitan hidup kepada mereka selama tiga tahun. Namun hal itu tidak menyurutkan dakwah Rasulullah, tapi justru telah menggerakkan hati yang memiliki simpatik terhadap mereka yang tertindas. Melalui mereka, Allah memberikan pertolonganNya dan akhirnya mampu memhentikan pemboikotan yang dilakukan kaum Quraisy.
Apa yang telah menimpa Rasulullah dan para sahabat dalam dakwah ini, pastinya akan dialami pula oleh para pengemban dakwah saat ini. Jalan cinta ini pastinya mengalami onak duri sebagai bagian dari perjalanan dan sebagai bukti seberapa besar cinta para pengemban dakwah ini kepada dakwah Islam yang merupakan impementasi dari cinta mereka kepada Allah dan Rasul-Nya. Benarkah mereka mencintai dakwah ini dengan keyakinan yang kuat, atau hanya sebatas di bibir saja tanpa tertancap dalam hati, jiwa dan raga mereka?
Setiap pecinta sejati, pastilah harus diuji sebesar apa cintanya. Tentu hal ini harus terbukti jelas dari mereka para pecinta dakwah ini. Sanggupkah mereka melakukan apapun untuk sesuatu yang mereka cintai? Memberikan pengorbanan untuk kecintaan mereka. Karena pecinta sejati akan siap berkorban apapun untuk apa yang dia cintai, jiwa, raga bahkan nyawa sekalipun siap mereka korbankan. Tak goyah walau dterjang badai, takkan sirna walau ajal menjelang.
Seperti itulah jalan cinta para penngemban dakwah, harus siap menghadapi halangan dan rintangan. Karena semua itu adalah ujian untuk cinta mereka. Celaan, hinaan, bahkan fitnah yang dilancarkan mereka yang membenci dakwah ini tak usah dihiraukan. Tuduhan sebagai pengrusak, ancaman, itu hal yang biasa. Karena Rasulullah pun pernah mengalaminya. Begitu juga dengan kesempitan hidup yang mereka lakukan terhadap para pengemban dakwah. Mengancam akan diperhentikannya dari pekerjaan mereka karena aktivitas dakwah mereka.
Tak perlu risau, satu jalan mereka tutup, tapi Allah akan buka seribu jalan ubtuk para pengemban dakwah. Karena Allah yang memberikan rejeki kepada kita semua. Lihatlah burung-burung yang mereka terbang bebas, Allah sudah siapkan makanan dan tempat tinggal mereka di bumi ini. Apalagi untuk hamba-Nya yang mengemban Syariat-Nya. Allah pasti tidak akan pernah membiarkan hambaNya yang beriman kelaparan dan hidup dalam kekurangan. Hasbunallah wa ni’mal wakil ni’mal maula wa ni’mal nashir.
Untuk itu, janganlah takut dalam menapaki jalan cinta ini. Karena jalan inilah akan mampu membawa kita kepada keridhoanNya. Dengan jalan ini kelak Allah akan mempertemukan kita dengan Rasulullah dan para sahabat yang telah mewariskan perjuangan ini. Dengan jalan ini pula kelak dengan izin Allah, Islam akan meraih kemenangan dan menerangi bumi ini dan seisinya dengan sinarnya. Wallahu’alam bish-showab. [syahid/voa-islam.com]