Maling tak kenal tempat dan status sasaran. Kotak infak masjid pun sering menjadi sasaran. Asal ada keuntungan dan kesempatan, pembobolan dilakukan.
Kasus kotak infak masjid dimaling tak sekali atau dua kali kita dengar. Bahkan di satu masjid, bisa terjadi berkali-kali. Tumpukan uang dan kondisi sepi, membuat maling semangat mencuri.
Ada maling yang menggondol uang infak sekalian kotaknya. Adapula yang memecahkan kaca atau mencongkel pintu kotak infak, lalu menguras isinya. Adapula yang menggunakan lidi berlem untuk menarik uang kertas di dalamnya. Masih banyak lagi modus pencurian kotak infak masjid.
Agar tidak menjadi korban, berbagai cara dilakukan DKM masjid untuk melindungi kotak infak. Ada yang mengikat kotak infak dengan rantai besar bergembok. Adapula yang mengebor kotak infak ke lantainya dan menggemboknya dengan gembok raksasa. Ada pula pengurus yang langsung mengunci pintu masjid –bahkan ada pula pagar halamannya- seusai shalat jamaah ditunaikan; tanpa peduli ada kaum muslimin yang mau mampir shalat di situ. Ada juga yang memasang kamera CCTV dengan biaya yang cukup malah –kalau rupa si maling ketahuan, terus mau ngapain-.
Sebenarnya ada cara yang sangat mudah dan ringan untuk mencegah kotak amal dibobol maling, yaitu ambil uang setiap hari. Lalu simpan di tempat yang aman serta setorkan ke rekening Bank. Bila cara ini dilakukan, maka kotak selalu dalam keadaan kosong, lalu apa yang mau diambil maling?
Kalau kotaknya kosong, bisa jadi orang jadi ingin berinfak.
Perlu disadari, infak jamaah adalah amanah yang harus segera ditunaikan pengurus untuk menjadi amal nyata berpahala. Sehingga para munfikin segera mendapatkan keutamaan pahala dari infak yang telah dikeluarkannya.
Infak bukan kekayaan yang pantas ditumpuk-tumpuk dan dibanggakan. Rasa bangga, seharusnya, apabila mampu segera menunaikan amanat infak jamaah untuk kegiatan berguna. Pengurus harus malu kalau sampai uang infaknya sampai ratusan juta, tapi minim kegiatannya dan tidak peka kepada orang susah di sekitarnya. [PurWD/voa-islam.com]