Oleh: Muhammad Malik Sayyid Ahmad (Mahasiswa STEI SEBI)
Hari ini manusia kehilangan eksintensi, cita-cita tanpa orientasi, visi tanpa ideologi. Raga bergerak tanpa jiwa tanpa rasa. Menapaki hari-hari dengan payah yang kian bertambah, dunia menguasai jiwa, kemuliaan luruh bersama tetes-tetes peluh kehinaan. Manusia jatuh pada lembah nadir kenistaan dan kematian hati kian mendekat serta kemuliaan jiwa kian sulit mendekat. Sebuah seruan harus dilantunkan untuk kembalikan kehormatan diri, umat, dan agama yang lama tercabik dihinakan.
Maka, generasi harapan di masa depan yang menjadi unggulan seharusnya dapat memberikan kontribusi-kontribusi terbaiknya. Sehingga dapat membawa umat kepada semangat perilaku berbuat baik dan dijadikan teladan oleh masyarakat sekitar. Dengan demikian, generasi harapan ini harus memiliki sifat-sifat yang telah ada dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Sifat yang pertama adalah kemurnian. Yaitu kemurnian maksud atau tujuan, seorang hamba Allah senantiasa memurnikan niatnya kepada Allah semata, sebagaimana firman-Nya, “Katakanlah, ’Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya untuk Allah, Tuhan semesta alam.”(Al-An’am:162). Kemudian kemurnian tauhid, seorang mu’min memurnikan aqidah dan tauhidnya dari syirik. Ia menyembelih dengan nama Allah, bersumpah dengan nama Allah, dan bernazar hanya untuk Allah, tidak pergi ke dukun, mengundi nasib, serta tabarruk (bersemedi) atas pohon dan batu, tidak mengunjungi kuburan untuk memohon dan memenuhi keinginannya. Lalu kemurnian perbuatan, seorang mu’min senantiasa memurnikan perbuatannya.
Ia hanya melakukan perbuatan yang tidak dilarang syara’ dan mengikuti petunjuk Rasulullah SAW. Allah SWT. berfirman,”Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan yang lain, karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya…”( Al-An’am:153). Dan, ”Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal sholih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya.”(Al-Kahfi:110).
Sifat yang kedua adalah menahan amarah. Allah SWT. berfirman, “…dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”(Ali Imran:134). Kita semua mengetahui bahwa amarah dan rasa dendam sangat sulit untuk dikendalikan dalam waktu singkat. Seorang mu’min harus selalu berusaha menahan amarahnya karena ini menjadi bukti kemenangan atas nafsunya, sebagaimana Rasulullah SAW. bersabda, “Bukanlah orang kuat itu adalah orang yang pandai berkelahi. Sesungguhnya orang kuat itu adalah orang yang dapat mengendalikan nafsunya ketika ia marah.”(Muttafaq ‘alaih).
Sifat yang ketiga adalah benar dan jujur. Seorang mu’min hendaknya selalu benar. Ia tidak pernah berbohong meskipun hal itu harus dibayar dengan kepahitan. Allah SWT. berfirman, “Wahai orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.”(At-Taubah:119).
Kejujuran seorang mu’min dimulai dengan jujur terhadap diri sendiri dan lalu disebarkan kepada orang lain. Orang lain akan melihat ia benar dalam perkataan dan perbuatannya, tidak pernah korupsi, tidak melanggar janji, tidak berkhianat, dan tidak memberikan kesaksian palsu. Ia menyampaikan amanat, menepati janji, dan kebenarannya yang menjauhkan dari nifaq.
Generasi harapan yang menjadi unggulan setelah melewati fase pembentukan karakter pribadi yang baik, dituntut juga harus cakap dalam keilmuan, pengalaman, dan pengamalannya. Khususnya dalam bidang teknologi modern. Sehingga tidak ketinggalan dan terus memberikan inspirasi serta inovasi dalam hal-hal kebaikan.
Semoga Allah selalu menjaga generasi harapan pemuda muslim dalam hal kebaikan sehingga bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa. Semoga Allah selalu memberikan hidayah-Nya kepada kita semua. Wallahu a’lam bishowab. [syahid/voa-islam.com]