View Full Version
Selasa, 15 Aug 2017

[Cerpen] Ekonomi yang Tertukar

Kemiskinan yang semakin mencekik masyarakat. Aktivitas dan kebutuhan keluarga yang semakin bertambah untuk dapat menyambung hidup. Kemiskinan, penganguran, PHK, dan lain sebagainya bukan hanya dirasa oleh masyarakat bawah saja. Namun, oleh seluruh masyarakat menengah keatas pun merasakan kondisi seperti itu.

Masyarakat yang hidup di kota dengan berpenghasilan juga merasakan hal yang sama. Bahwa semua kebutuhan yang semakin bertambah dengan penghasilan yang seadanya juga menganggap dirinya masyarakat golongan bawah. Sebut saja keluarga Mashuri. Seorang kepala rumah tangga yang memiliki 3 orang anak dan 1 istri ini mengalami kepailitan Ekonomi yang semakin mencekik. Di tengah perkembangan zaman, tingkat konsumtif masyarkat pun jelas akan meningkat. Mashuri adalah seorang karyawan BUMN sebut saja karyawan di sebuah perbankan konvensional milik Negara.

Tak perlu, dibahas terkait Gaji/UMR seorang karyawan berapa. Namun, Mashuri sering kali mengeluhkan keadaan Ekonomi Keluarganya. Dengan 3 anak yang masih belia, sebut saja  Halma kelas 1 SMA, Irfan kelas 2 SMP dan yang terakhir Nazrah kelas 2 SD. Dan seorang istri yang berprofesi sebagai Ibu rumah tangga. Tentu bisa kita bayangkan, pengeluaran dan pemasukan keluarga Mashuri ini.

Bahkan saat kondisi yang semakin pailit ini, kebutuhan keluarga dan keperluan anak-anak disekolah pun bertambah. Mashuri juga kelilit hutang yang tak sedikit kepada Bank yang ia naungi.

“Assalamualaikum.. Pak Mashuri. Bisa ke kantor hari ini?” Tanya Pak Supri HRD Kantornya

Tak kala itu hari minggu, bank pun tutup. Disaat waktu luangnya, ia memanfaatkannya berkumpul bersama keluarga. Namun, tiba-tiba handphone nya bordering

“Waalaikumsalam. Bisa pak. Ada apa keprluan apa kalau boleh tahu ?” Tanya Mashuri.

“Ada yang mau saya bicarakan dengan Anda. Satu jam lagi, saya tunggu di Kantor yaa” Jawab Pak Supri dengan nada Tegas.

Mashuri pun menutup telponnya dengan mengucapkan salam. Kemudian bergegas untuk pergi ke kantor.

Tepat pukul 16.00 WIB Mashuri pun sampai di kantor. Dan langsung membuka pintu dengan keadaan masih tergesa-gesa.

“Assalamulaikum.. “ Jawab Mashuri.

Mashuri pun langsung, bergegas ke lantai 2 tempat ruangan HRD nya.

“Eh.. Mashuri sudah datang. Silahkan duduk.”

“Baik, pak. Sebenernya ada apa saya tiba-tiba dipanggil ke kantor?” Tanya Mashuri.

HRD Bank tersebut hanya memberikan sepucuk surat peringatan. Dalam isi surat tersebut, dipertegas terkait absensi Mashuri yang sudah 4 kali berturut-turut tidak masuk kantor dan sering terlambat. Mashuri pun menyadari, sikap nya di kantor akhir-akhir ini menjadi kurang optimal. Karena ia mencoba melakukan hal-hal yang baru diluar untuk meningkat taraf hidup perekonomian keluarganya yang sedang dilanda krisis Ekonomi.

Mashuri pun, bergegas kembali pulang ke rumah. Sesampainya dirumah, ia pun tak langsung menceritakannya pada Istri ataupun keluarganya.

Semalaman panjang, ia termenung di sofa kursi belakang. Ia memikirkan apa yang salah pada hidup ini ? sehingga keadaan ekonomi yang ia alami, terasa begitu berat. Mashuri bukan tipe orang yang sering banyak berbicara. Dan selalu menyimpannya dalam hati suatu permasalahan yang sedang ia hadapi. Bahkan saat ini, Mashuri bekerja sampingan di salah satu Restaurant milik temannya. Setelah lembur kerja dari kantor ia langsung bergegas pergi ke Restaurant sebagai Koki. Disaat perekonomian yang semakin mencekik dan krisis yang dialami keluarga nya, ia pun bersikeras memikirkan kesalahan-kesalahan dan bermuhasabah terhadap dirinya.

“Ya Allah.. mungkin aku terlalu banyak mengeluh terhadap hidup. Sehingga sampai saat ini aku merasa jauh dari mu” Ucap ia dalam hati, sambil menitikan air mata.

Tepat pukul 02.00 WIB pagi. Mashuri pun belum tertidur. Tiba-tiba ia membuka hp dan kebutulan ia, memutar salah satu video ceramah seorang ustadz yang membahas terkait “Riba”

Dalam ceramah tersebut, disampaikan kesulitan yang dialami oleh manusia, bermula dari mana. Kadang kita bertanya-tanya. Ibadah rajin, sedekah rajin, silaturahmi rajin, dan lain sebagainya. Mashuri terus melanjutkan mendengar ceramah tersebut. Kadang apa yang kita anggap sepele itu yang bisa kadang menghapuskan amalan kita, mau hidup berkah tapi tetap masih bergelut di dunia Riba. Riba jelas hukumnya haram, udah Allah sampaikan dalam Al-Qur’an. kok kita masih saja bergelut didunia tersebut.

Mungkin, salah satu ketidak berkahan hidup yaa itu bu pak. Kita minjem duit, 1 juta minta dikembalikan 1,5 juta. Yang setengahnya itu haram bu, pak.  kadang kita tak mengetahui, bahwa hal-hal seperti itulah keberkahan dan kenikmatan dalam Hidup Allah cabut. ungkap tegas Ustadz dalam ceramah tersebut. Semoga dengan kita mencoba, berhijrah secara perlahan dari dunia tersebut apapun kegiatan aktivitas kita selalu ada dalam keberkahan. Pungkas tegas seorang ustadz dalam ceramah, yang Mashuri play sekitar 20 Menitan tersebut.

Tak kuat menahan Air mata, ia pun langsung menitikan air mata. Bahwa apa yang ia lakukan selama dalam hidupnya, mungkin inilah jalan yang Allah putuskan untuk keluarga Mashuri.

Ia pun bergegas ke kamar mandi, dan mengambil Air wudhu. Ia pun membangunkan Istrinya.

“Mii.. Mii kita shalat tahajud mii” Pinta Mashuri.

Istrinya pun terbangun. Ia merasa keheranan, tak seperti biasanya Mashuri membangunkan Istrinya untuk Shalat Tahajud.

“Baik, bi. Abi habis menangis yaa” Tanya sang istri, yang masih dalam keadaan kantuk.

“Tidak mi, barusan abi pakai obat sakit mata. Ayoo mi bangun. Ambil Air Wudhu” Pinta Mashuri.

Selang beberapa menit, mereka pun melaksanakan shalat tahajud bersama-sama. Mashuri pun mencoba untuk menenangkan hati sang istri, dan ia mulai memberanikan berbicara tentang keadaan yang ia hadapi saat ini.

“Umi, abi minta maaf yaa sama umi” Awal percakapan, dengan nada lembut Mashuri.

“Iya bi, minta maaf buat apa ?” Jawab Sang Istri.

“Tidak mi, hanya ingin minta maaf saja. Mi, kalau abi menjadi seorang koki. Umi setuju tidak?” Tanya Mashuri.

“Waah.. abi nih kan jago masak. Umi setuju-setuju saja” Dengan tersenyum bahagia, Sang Istri pun menjawab.

Pelan-pelan Mashuri menceritakan, sesuatu yang harus istrinya ketahui pula. Mulai dari kerja di Bank bahwa akhir-akhir ini sering absen, peminjaman uang kredit ke bank dengan bunga yang mencekik dan pekerjaan sampingan yang ia geluti.

Sang Istri pun hanya menangis dan merangkul suaminya. Apapun keputusan suaminya, ia patuhi. Dan mereka pun saling minta maaf.

Pagi tepatnya 07.00 WIB Mashuri sudah memikirkan dengan matang bahwa ia harus Resign dari pekerjaannya saat ini. Segera melunasi hutang nya. dan mencari pekerjaan yang lebih baik lagi. Pengunduruan Mashuri pun diproses dan selesai. Hari selanjutnya, Mashuri pun bekerja seperti biasanya di pekerjaan sampingannya sebagai koki di tempat rekannya.

Sudah beberapa kali, rekannya mengajak untuk konsisten bekerja sebagai koki disini. Namun, Karena keterikatan pada kantor. Mashuri pun, seringkali menolaknya. Hari berjalan dan terus berjalan. Banyak sekali, yang melihat potensi atau skill yang ada dalam diri Mashuri dalam hal memasak. Satu tahun kemudian, dengan Gaji yang tak seberapa. Ia pun memutuskan untuk berhenti di Restaurant tersebut. Karena ia sudah merancang bersama Istriny, untuk mendirikan sebuah Warung yang Berkonsep Syariah.

Luar biasa, meski hanya sebuah warung dan baru berdiri beberapa bulan, sudah sering dibanjiri pelanggan. Konsep yang pelajari adalah terkait Ekonomi Syariah. Dimana, ia menjualkan makanan-makanan yang halal dan tempat yang memenuhi untuk masyarakat untuk beribadah. Kebetulan warung tersebut, berdiri sebelah mushola dekat Rumahnya. Jadi setiap pelanggan yang ingin beribadah, dapat mudah diakses.

Seiring berjalannya waktu, Mashuri pun membuka cabang kembali Warung Berkonsep Syariah ini, diberbagai kota. Alhamdulillah, respon dan apresiasi masyarakat pun baik terhadap dirinya.

Hutang yang melilitnya selama ini, sudah lunas terbayarkan. Keadaan financial juga Allah cukupkan terhadap keluarga kecil nya.

Sore itu, tepat pukul 17.00 WIB saat ia bersama Istrinya ingin menutup warung. Ia menatap sang Istri dengan penuh kehangatan dan kecintaannya terhadap keluarga. Ia pun berkata dengan lembut kepada Istri nya.

“Sebenarnya apa yang kita cari didunia ini, bukan hanya sekedar Materi yaa Umi. Namun, sebuah keberkahan didalamnya. Kadang hal sepele yang kita anggap lazim di masyarakat itu hal biasa. Namun, bisa saja itu salah satu penyebab kesulitan masalah seseorang. Semoga keluarga kita senantiasa dilindungi Allah dan tetap Istiqamah dalam jalan-Nya untuk keberkahan bukan hanya di dunia namun di Akhirat kelak yaa mi” Ujar Mashuri sambil menutup kedai Warungnya. [syahid/voa-islam.com]

Penulis: Reni Marlina


latestnews

View Full Version