Oleh: Reni Marlina
Layaknya seorang mahasiswa pada umumnya. Mahasiswa yang sering di sapa roger ini memiliki kebiasaan dan aktivitas yang luar biasa di kampusnya. Roger merupakan salah satu aliansi sosok mahasiswa organisator di kampusnya. Karena kesibukannya di luar kampus, roger pun sering bolos masuk perkuliahan. Sampai pada suatu hari ia pun mendapat surat pemanggilan dari kampus kepada orang tua nya.
“Roger! Kamu kenapa di kampus? Barusan dekan kampus kamu nelpon mamih buat segera ke kampus.” Ucap Mami Agita (Ditelpon dengan nada marah)
“Yauda mi, ke kampus aja” Jawab Roger dengan lembut
“Kamu pasti buat onar lagi di kampus? Bolos? Atau apa?” Tanya Mami Agit
Roger pun tiba-tiba menutup telponnya. Selang beberapa menit mami agita pun sampai di kampus. Dan mereka berdua pun menemui dekan kampus. Dan lagi, lagi sudah seminggu ini roger tidak masuk kelas.
Roger pun tak mau menceritakan apa yang ia lakukan kenapa ia selalu bolos masuk kuliah. Mami Agita memang menginginkan roger untuk focus kuliah saja. namun, berbeda dengan keinginan roger, yang memiliki cita-cita tinggi untuk bangsa dan Negara. Salah satunya ia harus dapat bermanfaat di masyarakat sejak dini. Roger sekarang duduk di bangku kuliah semester tua. Namun, karena kelalaiannya dalam menej waktu roger pun harus banyak mengulang mata kuliah dan menambah semester lagi.
Suatu hari mami agita pun, mengalami kekhawatiran pada anaknya tersebut. Mami agita pun, menanyakan perilaku roger selama kuliah kepada teman-temannya.
“Roger pokonya mama gak mau tahu, kamu harus rajin belajar dan segera lulus. Kamu tuh harus jadi orang pintar roger” Ujar Mami Agita
“Mi, tujuan mami nguliahin roger cuman nyuruh roger buat jadi orang pinter aja. Abis itu lanjut lagi kuliah S2 lagi. Setelah lulus S2 lanjut lagi S3. Terus roger kapan bisa bermanfaatnya buat orang lain? Nunggu lulus kuliah? Keburu mati mi” Jawab Roger sambil membuka pintu kamarnya
Mami Agita pun tertegun. Mendengar pernyataan anak semata wayangnya tersebut. “Kok anak itu bisa ngomong kaya gitu.” Pikir mami agita
Mami Agita pun memberanikan diri untuk mencari informasi terkait Roger di kampusnya.
“Hallo. Assalamualaikum..?”
“Iya, Waalaykumussalam.. siapa yak?” Tanya Fauzan
“Ini benar dengan nak Fauzan? Saya Agita Orang tuanya Roger. Tante boleh nanya sedikit terkait roger di kampus nak?” Ujar Mami Agita Via Telpon
Mereka pun akhirnya berbincang lama dalam telpon. Fauzan merupakan sahabat dekatnya Roger di kampus. Fauzan pun menceritakan semuanya pada Mami Agita. Bahwa Roger merupakan anak pintar sebenarnya di kampus, dia juga ternyata salah satu aktivis social di masyarakat kecil.
Mami agita pun tak menyangka anak semata wayang nya tersebut dapat melakukan hal-hal tersebut. Sedangkan ia tahu roger hanya sosok mahasiswa yang pendiam di rumah. Mami Agita terharu sekaligus merasa bangga pada anak semata wayangnya tersebut.
Episode baru, seorang aktivis social dan aliansi organisator memulai aksi nya memperjuangkan hak-hak kaum kecil. Tepat tanggal 17 Agustus pada hari kemerdekaan. Roger setelah shubuh sudah bergegas meninggalkan rumah.
Ternyata roger pagi itu pergi menemui sebuah desa yang jauh dari hiruk pikuk kota. Salah satu kampung atau desa yang sering di sebut sebagai kampung buta huruf ini. Ia banyak memberikan kontribusinya untuk memperjuangkan hak-hak kaum kecil. Seluruh masyarakat pun membuat barisan untuk berdemonstrasi menuntut hak-hak mereka yang sampai saat ini di abaikan oleh pemerintah. Roger merupakan organisator yang berada pada barisan terdepan. Ia pun menyuarakan aspirasi rakyat tersebut kepada pemerintah.
Panas hujan pun, tak ia hiraukan. Dalam pikirnya “Ini karena Dakwah!”
Masyarakat disana pun merasa bangga dengan kehadiran sosok roger yang mau membantu dan memperjuangkan hak-hak rakyat kecil.
Seminggu sudah ia tinggal di kampung tersebut. Tiba-tiba sosok perempuan berjilbab putih menghampirinya dan memeluk roger dengan eratnya
“Mami bangga sama kamu. Nak! Maafkan mami yang terlalu banyak menuntut sama kamu nak. Mami bangga pada roger!” Ucap mami agita dengan isak tangis
Seluruh masyarakat pun melihat memperhatikan anak dan seorang ibu itu. Dan mereka pun berteriak “Terimakasih roger!”
Roger pun tak kuasa menahan air matanya. “Maafkan roger mi, sering bolos masuk kuliah dan membuat mami kecewa”
Roger pun meninggalkan kampung tersebut dan kembali ke kota untuk belajar. “Setidaknya aku bisa membuat mereka bahagia” Ucapnya dalam hati
Roger pun kembali dengan rutinitasnya. Ia pun berjanji akan membayar hutang pada mami agita untuk segera lulus. Sampai setahun kemudian, ia pun dinyatakan lulus dan menyandang gelar sarjana.
“Satu hal, kuliah bukan hanya mengejar gelar sarjana atau nilai tinggi di kampus. Namun, yang paling penting sebagaimana kebermanfaatan kita di masyarakat.”
Masyarakat dari kampung buta huruf pun datang beramai-ramai menemui roger yang hari ini di wisuda atas kelulusannya.
“Semangat roger! Kegigihan dan perjuangan kamu akan terus di kenang oleh kami” Teriak masyarakat buta huruf tersebut. Sekian. [syahid/voa-islam.com]