Oleh: Shafiya*
Dilahirkan dalam keluarga muslim dan menjadi seorang muslim adalah anugrah yang tidak terkira yang telah Allah Swt beri. Kita tidak perlu bersusah payah menjalani proses pindah keyakinan seperti sebagian saudara kita alami. Bayangkan betapa sulitnya mereka, dari proses mencari, memahami, dan memantapkan diri. Belum lagi jika keluarga menentang, bisa-bisa diusir dan dicabut dari daftar warisan.
Kita Pada hakikatnya, tidaklah perlu mengalami hal serupa karena lahir dalam kelurga muslim. Itu artinya kita otomatis telah menjadi muslim. kita hanya perlu mendalami dan terus memahami bagaimana menjadi muslim sejati, dan mempraktikkannya dalam kehidupan. Semua itu tidaklah sesulit apa yang telah dilalui saudara kita yang muallaf.
Secara teori memang seharusnya begitu. Namun sayang, beda lagi di lapangan. Pada kenyataannya tidak semua keluarga muslim senang saat ada anggota keluarganya yang tiba- tiba kealiman, berjilbab atau jenggotan. Belum lagi dengan masyarakat sekitar, responnya warna- warni, dari mulai mewanti- wanti sampai mencemoohi, lengkap memang. Alhamdulillah diantara mereka masih ada yang mengistiqomahi.
Jalan menjadi seorang muslim sejati, ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Saudara sekeyakinan yang jauh dari pemahaman agama, justru menjadi penghalang mereka yang ingin taat. Meskipun mereka muslim tetapi kebanyakannya tidak kenal dan paham syari'at. Efek terlalu lama hidup berlandaskan sekulerism (paham memisahkan agama dari kehidupan).
Betapa tidak, sekulerisme tidak hanya berhasil menjauhkan Islam dari kaum muslim, tetapi juga berhasil membuat kaum muslim phobia dengan syari'at agamanya sendiri. Paham rusak ini telah menyematkan berbagai tuduhan untuk Islam dan para pengemban dakwahnya, dari tuduhan Islam garis keras, radikal, sampai label teroris.
...Jalan menjadi seorang muslim sejati, ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Saudara sekeyakinan yang jauh dari pemahaman agama, justru menjadi penghalang mereka yang ingin taat...
Ini berarti masih banyak yang harus dibenah di negeri kita tercinta ini, termasuk yang terpenting adalah memahamkan Islam bukan hanya sekedar agama, tetapi juga ideologi. Karena jika umat paham bahwa Islam dan syari'atnya adalah solusi untuk masalah negeri, tentunya Islam tidak perlu dijauhi apalagi ditakuti. Wajar, karena Islam dengan seperangkat syari'atnya hasil produk sang pencipta semesta, yang maha tahu segala yang terbaik untuk manusia.
Namun, di saat umat mulai paham akan pentingnya Islam mengatur kehidupan dan mulai menampakkan kerinduannya akan sistem Islam (Khilafah), kaum kuffar dan antek- anteknya tidaklah berdiam diri. Mereka mulai menampakkan wajah asli. Propaganda-propaganda busuk dilancarkan. Ormas Islam dipersekusi, para ulama dikriminalisasi, dan ajaran Islam diradikalisasi bahkan dituduh sebagai pemecah belah persatuan NKRI.
Walhasil, semakin beratlah rintangan orang- orang yang ingin taat pada Rabbnya apalagi yang merindukan hidup di bawah syari'at-Nya. Di tengah- tengah kerja keras mereka memahamkan sesama akan ide- ide rusak buatan kaum kuffar, mereka harus dihadapkan berbagai sangkaan dan kriminalisasi.
Setidaknya itulah yang telah terjadi di bumi pertiwi saat ini. Mereka kaum kuffar berkehendak menghadang laju dakwah kebangkitan Islam, dengan berbagai makar dan siasat keji. Namun, mereka lupa pada satu kekuatan yang dimiliki kaum muslim.
Kekuatan yang dengannya Byzantium pernah ditaklukkan. Kekuatan yang dengannya pula kota Roma kelak akan ditaklukkan. Kekuatan yang begitu dahsyat sehingga senjata nuklir super sekalipun tidak bisa menandingi. Kekuaan itu bernama iman, yang meyakini bahwa Allah Azza wajalla tidak akan pernah menyalahi janji, bahwa kemenangan itu pasti. Wallahu alam. (riafariana/voa-islam.com)
*founder muslimah cinta Qur'an, anggota group revowriter, Blangpidie, Aceh.